Mohon tunggu...
Affania Novalinda
Affania Novalinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - https://www.kompasiana.com/affanianovalinda1957

hi guys! saya affania, I hope my content is useful:)

Selanjutnya

Tutup

Money

Memajukan Perekonomian dengan Hasil Panen Padi

8 April 2021   10:56 Diperbarui: 8 April 2021   11:00 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karanggayam, kebumen (Dokpri)

Apa bener orang Indonesia belum kenyang kalo belum makan nasi?
Nasi merupakan salah satu sumber karbohidrat utama bagi Negara bagian asia karena 90 persen mata pencaharian di asia adalah petani. Maka tak heran nasi mudah ditemukan, baik dirumah maupun di restoran atau rumah makan. Indonesia merupakan konsumen beras terbesar di dunia. Namun terlalu banyak mengkonsumsi nasi tidak bagus untuk kesehatan. Mengutip Live Strong, mengonsumsi terlalu banyak nasi bisa menyebabkan kamu kelebihan asupan karbohidrat dan kekurangan vitamin. Jadi, mungkin saja nutrisi yang kamu butuhkan tidak akan terpenuhi dengan baik hanya dengan mengonsumsi nasi.  Menurut USDA FoodData Central, satu cangkir nasi putih berbiji pendek mengandung; 53 gram karbohidrat, 2 gram kalsium, 2,72 gram zat besi, 15 gram magnesium, 4,39 gram protein, dan 242 kalori.
Lalu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim dari Boston Children's Hospital di Amerika Serikat, makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi, seperti roti putih, kentang, atau bahkan nasi berpotensi menimbulkan rasa candu bagi yang mengonsumsinya. Mengonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung nilai indeks glikemik yang cukup tinggi nyatanya bisa menyebabkan lapar yang berlebihan dan merangsang otak pada rasa ketagihan tersebut.

Sektor Pertanian di Indonesia saat ini masih menjadi peluang mata pencaharian untuk rakyat kecil. Kurang lebih 100 juta jiwa atau hampir separuh dari jumlah rakyat Indonesia bekerja di sektor pertanian. Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai upaya untuk membina para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) agar menjadi pondasi yang kuat dalam mendukung ekonomi Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan menggelar pelatihan manajemen agrobisnis untuk pelaku usaha kecil dan menengah bekerjasama dengan Asian Productivity Organization (APO) dan Cornel University.
Vietnam kini menjadi produsen beras terbesar di Asia Tenggara dan dunia. Jauh sebelumnya, Vietnam sempat belajar dari Indonesia, bahkan pernah meminjam beras pada Era Orde Baru. Vietnam di tahun 1989-1990 meminjam beras sebanyak 100.000 ton kepada Indonesia. Namun beras mereka saat ini bisa surplus 5-6 juta ton/tahun. Salah satu kuncinya mereka mengikuti sistem pertanian di Indonesia. Vietnam kini menjadi pengeskpor beras terbesar di dunia bahkan mengalahkan Thailand. Sistem pertanian yang ditiru Vietnam dari Indonesia adalah sistem/program intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi pertanian. Dari ketiga cara itu, Vietnam lebih fokuskan untuk terus mencetak sawah baru di negaranya. Cara tersebut dinilainya telah dilakukan oleh Presiden Soeharto pada masa lalu.

Indonesia masuk kedalam lima Negara penghasil beras terbesar di dunia ketiga. Maka tak heran juga kalau Indonesia termasuk kedalam pengjonsumsi beras terbanyak juga.  Ironisnya Indonesia masih tetap perlu mengimpor beras hampir setiap tahun (walau biasanya hanya untuk menjaga tingkat cadangan beras). Situasi ini disebabkan karena para petani menggunakan teknik-teknik pertanian yang tidak optimal ditambah dengan konsumsi per kapita beras yang besar. Bahkan, Indonesia memiliki salah satu konsumsi beras per kapita terbesar di seluruh dunia. Konsumsi beras per kapita di Indonesia tercatat hampir 150 kilogram (beras, per orang, per tahun) pada tahun 2017. Hanya Myanmar, Vietnam, dan Bangladesh yang memiliki konsumsi beras per kapita yang lebih tinggi dibanding Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun