(Catatan kecil dari pengajian KH. Abdul Qoyyum Manshur dalam Istihlal ke-31 Ma’had Nurul Haromain Pujon)
Istihlal, secara bahasa berarti mencari halal. Apabila kita mempunyai kesalahan terhadap seseorang baik ia itu dibawah, di atas atau sederajat dengan kita maka wajib bagi kita untuk meminta halal atau meminta maaf kepadanya. Antara guru dengan murid, murid dengan guru, dengan masyarakat dan lain sebagainya.
Istihlal itu membuahkan suatu ajaran yang sangat penting dalam islam, ialah ukhuwah/persaudaraan. Agar istihlal membuahkan ukhuwah, maka dengan:
1. Tidak terkontaminasinya jiwa atau hati dari kekeruhan fikiran.
Orang bisa bersaudara dengan baik, bisa halal bi halal dengan baik itu karena dalam hatinya tidak ada kekeruhan, qudurah. Dalam kitab akhlaqunNabi karya Abu Syaikh, Rosulullah SAW pernah bersabda: “Kalau ada sahabatku yang menggunjing aku, yang berkata tidak mengenakkan untuk diriku jangan disampaikan kepadaku. Aku ingin keluar dengan masyarakat, berinteraksi dan menatap mereka dalam keadaan hati bersih/salimus shadri”.
Berarti Nabi ingin memiliki hati yang jernih untuk menjaga persaudaraan.
2. Menerapkan nilai-nilai ukhuwah dalam al-Qur’an.
Al-Qur’an menyebut kata ikhwan yang artinya seudara-saudara sebanyak 28 kali. Sedangkan kata ikhwah hanya tuju kali dalam al-Qur’an. Diantaranya adalah:
- Tidak boros yang bisa menyebabkan orang lain iri hati.
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
(QS. Al-Isra’; 27)
- Suka berbagi kenimatan. Menjadi saudara karena adanya kenikmaan. Kalau ada kenikmatan jangan dimakan sendiri. Dalam QS. Ali Imran; 103,