Mohon tunggu...
Afaf
Afaf Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim

Mahasiswa Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Rekayasa Perangkat Lunak Ternyata Punya DNA Saintifik, Bukan Cuma Koding!

15 Mei 2025   18:29 Diperbarui: 15 Mei 2025   18:29 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hypotheses Verification Validation (Gambar dibuat dengan AI)

Dalam dunia rekayasa perangkat lunak (RPL), wacana mengenai fondasi keilmuan seringkali hanya terbatas pada dua kutub, yaitu fondasi matematis yang menekankan pembuktian formal, dan fondasi rekayasa yang berfokus pada praktik implementasi. Namun, artikel ulasan Nicola Angius terhadap buku On the Foundations of Computing karya Giuseppe Primiero (2020) menghadirkan dimensi ketiga yang selama ini terpinggirkan namun krusial: fondasi eksperimental dari ilmu komputasi. Saya melihat bahwa gagasan ini bukan sekadar kontribusi filosofis, melainkan penegasan terhadap realitas yang selama ini telah menjadi denyut nadi dalam praktik pengembangan perangkat lunak modern.

Mengapa Fondasi Eksperimental Relevan?

Pengembangan perangkat lunak masa kini tidak hanya menuntut kita untuk "membuat program yang berjalan", tetapi juga memastikan bahwa sistem tersebut benar, andal, dan teruji dalam berbagai kondisi dunia nyata. Namun, kenyataan pahitnya adalah kita hampir tidak pernah bisa membuktikan secara matematis bahwa sebuah sistem kompleks 100% benar. Di sinilah pengujian (testing) masuk sebagai jembatan antara teori dan praktik. Tapi apakah testing hanya sebuah prosedur teknis tanpa nilai epistemologis?

Angius menjawab: tidak. Melalui ulasan mendalam terhadap konsep experimental computational validity dari Primiero, ia menunjukkan bahwa proses testing adalah bentuk nyata dari metode ilmiah hipotetiko-deduktif. Ini artinya, kita tidak sekadar "menguji" program, tetapi menguji hipotesis tentang perilaku sistem berdasarkan model formal tertentu. Dengan kata lain, software testing bukan hanya "alat bantu rekayasa", tapi juga proses ilmiah eksperimental dalam konteks keilmuan komputasi.

Rekayasa Perangkat Lunak: Arena Tiga Fondasi

Angius menyajikan kerangka tiga fondasi: matematis (di level algoritma), rekayasa (di level implementasi), dan eksperimental (di level eksekusi dan pengujian). Kerangka ini relevan bagi RPL karena mencerminkan realitas proses pengembangan modern:

  • Formal verification pada level algoritma dibutuhkan untuk menjamin logika dasar dari solusi.

  • Implementasi fisik (coding, deployment) membutuhkan pendekatan rekayasa yang modular dan terkendali.

  • Testing dan validasi, terutama dengan teknik berbasis model seperti model checking, menguji kesesuaian sistem terhadap model dan spesifikasi.

Dengan pendekatan ini, kita dapat melihat bahwa RPL bukan hanya bidang teknik pragmatis, tetapi juga bagian dari tradisi ilmiah yang sah. Ia memiliki proses eksperimentasi, pengujian hipotesis, dan revisi model, persis seperti sains eksakta lainnya.

Pengujian sebagai Eksperimen Ilmiah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun