Perspektif Opini Ekonomi
Penulis: AE Krisna
Pendahuluan: Momentum Bersejarah di Tengah Gejolak Global
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertingginya di angka 8.025 beberapa waktu setelah Oracle masuk. Hal ini mencerminkan optimisme kuat terhadap pasar modal Indonesia. Bank Indonesia (BI) baru saja membuat keputusan berani dengan memangkas suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) menjadi 4,75% pada September 2025. Di sisi lain, sentimen global terkait kinerja perusahaan teknologi raksasa seperti Oracle Corporation tengah menciptakan gelombang baru di pasar keuangan internasional. Pertanyaannya: bagaimana kedua faktor ini saling berinteraksi dan membentuk dinamika IHSG dalam beberapa pekan terakhir?
Dalam hal ini keputusan BI ini bukanlah sekadar langkah teknis moneter, melainkan sinyal politik ekonomi yang kuat tentang arah perekonomian Indonesia ke depan. Sementara itu, meskipun Oracle tidak secara langsung tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), dampak riil dari kinerja perusahaan ini dan ekosistem teknologi yang dibangunnya tidak bisa diabaikan. Artikel ini akan mengupas tuntas bagaimana kedua kekuatan ini kebijakan domestik dan sentimen global membentuk peta investasi di Tanah Air.
Dampak Pemangkasan Suku Bunga BI terhadap IHSG: Lebih dari Sekadar Angka
Keputusan BI untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis points pada September 2025 sebenarnya telah diprediksi oleh banyak analis. Namun, dampak psikologis dan implementasi nyata dari kebijakan ini ternyata jauh lebih luas dari yang diperkirakan.
Pertama, mari kita lihat data terkini. IHSG berhasil menembus level psikologis 7.800 dalam sepekan terakhir, dengan kenaikan mingguan mencapai 2,3%. Ini bukan kebetulan semata. Pemangkasan suku bunga menciptakan tiga efek langsung yang mendorong pasar:
Aliran Modal Asing yang Meningkat: Dengan suku bunga yang lebih rendah, selisih imbal hasil (yield differential) antara aset di Indonesia dan negara maju menjadi lebih menarik. Data BEI menunjukkan net buy asing mencapai Rp 1,2 triliun dalam sepekan pasca pengumuman BI, dengan sektor perbankan dan konsumen menjadi penerima utama aliran modal ini.
Biaya Modal yang Lebih Murah: Perusahaan-perusahaan di BEI kini dapat mengakses pembiayaan dengan biaya lebih rendah, baik melalui pinjaman perbankan maupun penerbitan obligasi. Ini secara langsung meningkatkan profitabilitas proyeksi perusahaan, yang pada akhirnya mendorong valuasi saham mereka.
Rotasi Sektor yang Cerdas: Investor mulai beralih dari sektor defensif (seperti consumer goods) ke sektor siklikal (seperti properti dan infrastruktur) yang lebih sensitif terhadap suku bunga. Ini menciptakan dinamika baru dalam komposisi IHSG.