Mohon tunggu...
Haeruddin Zulbahara Zamani
Haeruddin Zulbahara Zamani Mohon Tunggu...

Nothing special with me. just an ordinary people....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jelaja

24 November 2010   15:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290611427503123246

angin berhembus kencang malam ini. menampar keras dinding gubukku. diluar sana alam menyorak bergemuruh, seolah memberi semangat bagi sang bayu untuk terus menggedor dinding anyaman bambu gubukku yang kumuh semakin keras tanpa ampun. diatas sana, atap daun nipahku beriak ditiup angin. derai hujan menyelinap masuk diselanya setiap saat mengaga sekaligus memberi celah bagi kedua mataku yang melamur melihat langit yg kelam.menetes turun menggenangi beberapa bagian petak kecil diruang tidurku. aku ingin memejam mata, terlelap meski diluar sana bising suara alam menghajar jelajaku. tak mampu memejam mata, padahal tubuhku lelah. aku ingin pulas ditengah badai. namun nampaknya, badai pula berkecamuk dalam benakku. memaksa mataku tetap terbuka, terjaga. barangkali sebentar lagi, jejaja dan daun nipahku ambruk, menelungkup ditanah becek setelah letih dihajar sang bayu yang garang.

tubuhku yang renta menggelung kedinginan diatas pembaringan berbau apek. hawa dingin menyusup masuk melalui lubang dijelaja gubukku yang miring. kutarik selimut kumalku yang lembab, menutup tubuh atasku yang ceking. berharap hangat menutupi lusuh jasadku yang berbalut kulit keriput.

telah mata lamurku sembab oleh rasa was-was. mungkin saja atap nipahku mencium keningku malam ini. sebab tiang-tiang yang menopangnya telah rapuh. uzur oleh waktu yang laju berlalu. aku tak bisa memejam mata. kutelingkupkan tubuhku penuh takut. diluar sana, badai masih saja berdendang. memaksa pepohonan menari. meliukan dahannya diiringi nyanyian alam dan rentak rinai hujan yang mengguyur buana.

"Tuhan, rasanya malammu berjalan pelan saat ini. pun Matahari-Mu, enggan menyapa daun pintuku lebih awal"

aku terjaga menanti sentuh belai hangat jemari mentari pagi yang mungkin sudi bertandang diruang lusuhku. mungkin saja ia mau mengusir sisa malam yang menggumpal dingin melembab dipetak hidupku.

--------------------------

[caption id="attachment_76694" align="aligncenter" width="400" caption="pic from google search"][/caption] Jelaja = anyaman bambu, biasanya dipergunakan sebagai dinding pd bangunan gubuk

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun