Mohon tunggu...
Fajar Ikhsan
Fajar Ikhsan Mohon Tunggu... Auditor - Penulis

Hanya orang biasa yang selalu mencintai isteri dan empat orang anaknya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekolah Bukan Posyandu

7 Juli 2019   07:51 Diperbarui: 7 Juli 2019   07:58 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah hampir Adzan Subuh namun mata ini belum bisa terpejam. Pikiran, otak dan akal sehat rasanya masih sibuk berlalu lalang seperti belum mau mempersilahkan saya untuk berbaring dan merajut mimpi. Tiada lain tiada bukan penyebabnya hanya satu, anakku yang nomor dua hampir dipastikan menjadi "Korban Zonasi". 

Masih terbayang raut kekecewaannya ketika dia mendengar bahwa zonasi yang ditetapkan oleh SMP Negeri 1 Lembang, Kabupaten Bandung Barat hanya berjarak kurang dari 1 kilometer sementara tempat tinggal kami berjarak 1,2 kilometer dari sekolah tersebut. Masih terbayang pula bagaimana dia seriusnya belajar dalam menghadapi Ujian Nasional di SD Negeri Kayuambon 1 Lembang. Masih terbayang pula betapa riang gembiranya dia sewaktu mendapatkan hasil NEM semuanya diatas angka 9. Dalam benaknya hanya satu yang diinginkan yaitu melanjutkan sekolah di almamater bekas orang tuanya, pamannya, bibinya, uwaknya yaitu SMP Negeri 1 Lembang. Itu adalah kebanggaan, karena neneknya pun sejak tahun 70an menjadi guru disana. Namun kejadian tadi, bagaikan petir di siang bolong. Entahlah, saya sebagai orangtua hanya bisa planga-plongo kayak orang stress, tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengobati kekecewaan yang mendalam dari anakku.

Ini sekali lagi bukan masalah mampu atau tidak mampu, bukannya saya congkak, pekerjaan saya adalah advokat, penghasilan saya mencukupi jika sebatas menyekolahkan anak, saya mampu, berkali-kali saya tawarkan untuk bersekolah di sekolah swasta favorit di Bandung. Namun, anakku tetap keinginannya di sekolah bekas bapaknya.

Rumah kami kebetulan merupakan perbatasan Desa Lembang dengan Desa Kayuambon sehingga SMP Negeri 1 Lembang adalah satu-satunya yang terdekat dengan rumah kami, sudah terbayang bahwa desa kami,  anak-anaknya dipastikan tidak bisa melanjutkan ke sekolah yang terdekat, mengingat SMP Negeri lainnya berjarak lebih jauh dari sekolah tersebut bahkan sekolah swasta pun lebih jauh lagi.

Inikah ide dan alam pikiran yang dibangun oleh Mendikbud ? Sampai adzan subuh berkumandang masih juga belum dimengerti alam pikirannya. Memang benar selain dari jarak, salah satu tolak ukurnya adalah Prestasi. Lalu nilai-nilai raport di sekolah yang tinggi kenapa bukan dikatakan prestasi? hanya karena tidak ikut Olimpiade Sains?  

Apakah seorang anak harus dituntut untuk menjadi pemain sepakbola ? Atlet Karate ? Apakah anak gamer dan animator yang tidak memiliki kertas-kertas piagam sebagai pajangan bahkan bisa memperoleh penghasilan bukan prestasi ? 

Lalu apa gunanya Bapak Presiden membicarakan "YANG ONLEN-ONLEN ITU"? Bagaimana masa depan bangsa jika sekolah ditentukan oleh meteran seperti tarif Ojek Online.

Ini benar-benar tidak masuk akal, kerja keras dan kepintaran kalah hanya oleh meteran dan Google Map. Sekali lagi ingin rasanya sumpah serapah, namun ya sudahlah. SEKOLAH MUNGKIN DIKIRANYA POS YANDU. Setiap ganti Mendikbud, ganti pula formula. Sekolah ya tetap begitu-begitu saja, tidak ada pemerataan sumber daya guru, sarana dan prasarana. Jomplang sekali perbedaannya antara sekolah negeri satu dengan lainnya bahkan hanya di level satu kecamatan.

Satu-satunya jalan sekarang, saya sebagai orang tua mencari jalan dan memberi pemahaman kepada anakku untuk mengobati rasa kekecewaannya. Kami hanya diberi saran oleh panitia yang bersangkutan untuk segera mendaftar disekolah negeri yang lebih jauh dari sekolah tersebut. Dan sampai sekarang saya masih belum mengerti alam pikiran orang setingkat Menteri bahkan Profesor sampai ke tingkat Panitia.

Ohh... KABUPATEN BANDUNG BARAT | PPDB SIAP ONLINE, Malang benar nasibku.... 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun