Banyak orang beranggapan bahwa sifat "kepemimpinan" adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Pemikiran inilah yang sering membuat sebagian orang salah kaprah dan berpikir bahwa mereka tidak terlahir sebagai Pemimpin. Namun, apakah benar bahwa kepemimpinan hanya soal bawaan lahir?
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menguji asumsi ini, dan hasilnya pun telah terdokumentasi dalam berbagai buku serta jurnal ilmiah.Â
Kesimpulannya cukup jelas: seseorang memang bisa terlahir dengan keterampilan kepemimpinan, tetapi kemampuan tersebut juga dapat dipelajari dan dikembangkan seiring waktu.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Applied Psychology, faktor genetik hanya menyumbang sekitar 30% terhadap kemampuan kepemimpinan.Â
Artinya, porsi terbesar, yaitu 70%, ditentukan oleh pengalaman, pendidikan, dan lingkungan yang membentuk seseorang sepanjang hidupnya.
Dengan kata lain, tidak mewarisi kemampuan kepemimpinan secara alami bukanlah akhir dari peluang seseorang untuk memimpin.Â
Siapa pun masih memiliki kesempatan menjadi pemimpin selama berada di lingkungan yang positif, mendapatkan dukungan, dan dikelilingi oleh orang-orang yang mendorong serta membantu proses perkembangan kemampuan memimpinnya.
Unsur terpenting untuk menjadi seorang pemimpin adalah kemauan yang kuat. Meskipun bakat, pengetahuan, dan pengalaman memiliki peran penting, tanpa kemauan yang nyata, semuanya itu tidak akan berkembang dengan maksimal.Â
Ketika seseorang benar-benar termotivasi untuk memimpin, maka setiap tantangan akan dilihat sebagai peluang untuk belajar meningkatkan kemampuan kepemimpinannya.