Mohon tunggu...
Advertorial
Advertorial Mohon Tunggu... Editor - Akun resmi Advertorial Kompasiana

Akun resmi Advertorial Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masa Depan Ditentukan oleh Bagaimana Kita Bersikap dan Berpikir Hari Ini

28 Maret 2024   15:06 Diperbarui: 28 Maret 2024   15:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta, 27 Maret 2024 -- Di tengah bulan Ramadan, MudaBerdaya kembali menggelar acara "Bernalar Berdaya," sebuah roadshow edukatif yang berfokus pada pengembangan nalar dan logika bagi para siswa sekolah. Kali ini "Bernalar Berdaya" diadakan di SMAN 22 Jakarta Timur. 

Dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang merupakan perwakilan murid dan guru, acara diawali dengan pembukaan dari Co-Founder MudaBerdaya, Ryan Batchin. Di awal Ryan memperkenalkan visi MudaBerdaya dalam memberdayakan anak muda Indonesia melalui pemberdayaan berbasis komunitas. Ryan juga menjelaskan mengenai bagaimana organisasi sekolah dapat bergabung dengan Komunitas Sekolah Kampus Berdaya untuk dapat mengakses berbagai macam benefit untuk organisasi di sekolah.

Dilanjutkan oleh pembukaan dari Ibu Yunita Zana, Kepala Sekolah SMAN 22 Jakarta, yang menyampaikan pentingnya saat ini para murid dapat berperan aktif dan berdaya untuk bersiap berkontribusi menuju Indonesia Emas 2045. Ibu Yunita juga menyampaikan rasa terima kasih kepada MudaBerdaya atas inspirasi dan pemikiran yang dibagikan, yang diharapkan dapat memotivasi siswa-siswi SMAN 22 untuk meraih kesuksesan.

Sesi Teras Literasi yang merupakan sesi utama dari acara Bernalar Berdaya dimulai oleh Livi Louisa, perwakilan siswi SMAN 22, mengangkat tema "Aku Berbeda dan Itu Gapapa," mengajak para siswa untuk selalu bangga terhadap keunikan diri tanpa merasa rendah diri, insecure, serta selalu membandingkan diri dengan orang lain.

Daniel Limantara, sebagai Founder Neo Historia melanjutkan sesi Teras Literasi dengan membahas mengenai pendekatan dalam belajar ilmu sejarah. Selama ini selalu ada anggapan bahwa guru terbaik adalah pengalaman sendiri. Tetapi menurut Daniel Limantara guru yang paling baik adalah belajar dari pengalaman orang lain. Pada dasarnya belajar sejarah itu adalah belajar dari pengalaman orang lain. Daniel juga mendorong siswa untuk belajar dari masa lalu guna menciptakan masa depan yang lebih cerah.

Sesi selanjutnya dibagikan oleh Luki Indra Malik, membahas mengenai peran Gen Z dalam masa depan Indonesia. Pembahasan dibuka dengan mengemukakan beberapa stigma yang ditemukan di GenZ. Menurut Luki yang merupakan perwakilan dari media Opini.id terkadang hal yang bersifat stigma di Gen Z tersebut memang harus dilalui sebagai bagian dari fase hidup.  Tetapi sebagai Gen Z jangan sampai terjebak dengan stigma tersebut dan harus dapat mengenali dan memaksimalkan potensi diri karena Gen Z merupakan masa depan bangsa.

Ahmad Khotib Syahroni dari Harian Kompas, menutup sesi Teras Literasi dengan pembahasan mengenai bagaimana menyelami strategi komunikasi di media. Roni membagikan wawasan tentang strategi komunikasi dan marketing di dunia media, berbagi pengalaman kepada siswa mengenai bagaimana pentingnya komunikasi efektif dan kreatif di dalam era digital.

Acara yang berlangsung sekitar 2 jam ini diakhiri dengan sesi berfoto bersama antara pihak sekolah, MudaBerdaya dan para pembicara. Diharapkan dengan adanya Bernalar Berdaya, bisa menjadi sebuah gerakan yang menebarkan kebaikan serta semangat bernalar sehat dan kritis di kalangan anak sekolah. 

dok.pribadi
dok.pribadi

Tentang Bernalar Berdaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun