Motto ini diharapkan dapat memicu inspirasi komunitas dan masyarakat umum untuk terus beradaptasi dan berinovasi lewat aksi nyata.
Lantas, aksi nyata macam apa yang bisa dilakukan dari rumah?
Sampah makanan dan keseharian kita
Seperti yang sudah sering kita dengar, salah satu masalah lingkungan yang paling mengkhawatirkan --- namun kadang terlupakan --- adalah limbah makanan.Â
Ayo, coba cek piring makan kita hari ini. Adakah makanan yang tersisa di piring? Potongan bawang putih, batang kangkung, atau sejumput nasi dan saus sambal yang tidak habis? Kalau sampai tiap hari seperti itu, bayangkan berapa banyak makanan yang berakhir di tempat sampah.
Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan yang terbit di akhir 2019, setiap orang di Indonesia menghasilkan kurang lebih 300kg sampah makanan dalam satu tahun.Â
Lebih mengagetkan lagi, data yang diterbitkan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020 menunjukkan 39,8% sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia berupa sisa makanan.
Dalam konteks pandemi, selama 1,5 tahun terakhir terjadi peningkatan yang sangat siginifikan pada pola berbelanja online, termasuk di antaranya jasa pesan-antar makanan dan sembako.Â
Menurut riset yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC) selama pandemi ada lonjakan sebesar 44% terkait pengguna baru layanan pesan-antar makanan di kalangan Generasi Z.Â
Alasannya macam-macam: praktis, tidak sempat memasak, dan bosan terhadap makanan rumah.
Masalahnya, seringkali kita memesan makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan; dan tidak jarang juga kita memesan makanan yang ternyata citarasanya tidak sesuai dengan yang kita harapkan --- hingga akhirnya mereka berakhir di tong sampah. Kebiasaan ini harus diubah agar tidak menimbulkan masalah baru di masa pandemi yang sudah sulit ini.