Mohon tunggu...
Adriyan Sayed
Adriyan Sayed Mohon Tunggu... Perencana Keuangan - Praktisi Pasar Modal & Keuangan

"Sharing Investasi, Bisnis dan Keuangan, berbagi Ilmu mengharap Ridha Allah Swt..."

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

China Kini, dalam Perspektif Makro Ekonomi Global

21 Februari 2020   09:12 Diperbarui: 21 Februari 2020   17:03 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dead city, China (Reuters)

Terlepas dari penyebabnya, bencana virus itu telah berdampak secara psikologi bagi penduduknya dan perekonomian China. Kasihan memang, negeri itu menjadi negara terisolir di tengah masyarakat internasional. 

Bisa dibayangkan, hampir semua negara untuk sementara memutus suplay chain terkait arus barang yang masuk dan keluar dari China. Semua maskapai menyetop penerbangan begitupun dengan jalur laut karena khawatir penularan virus corona.

Dalam rilis Moody`s tahun lalu, China diprediksi akan mengalami kontraksi ekonomi di bawah 6% atau disekitar level 5.7 -5.9% sebagai dampak perang dagang dengan Amerika. Namun angka itu diperkirakan akan semakin melorot akibat dampak virus corona yang merebak hampir ke semua negara di dunia.

Analis memperkirakan pertumbuhan China di tahun 2020 akan anjlok sekitar 2% menjadi 4 - 4.5% pessimistic. Dengan kondisi seperti itu, tentu akan berimplikasi luas kepada negara negara mitra dagang China termasuk Indonesia dan Singapura.

Perlu diketahui setiap penurunan ekonomi China sebesar 1% maka akan berdampak pada penurunan ekonomi Indonesia sebesar 0.3 - 0.6%  (World Bank).

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, mungkin seperti itulah kiasan yang menggambarkan karut marut kehidupan saat ini, di awal tahun 2020. 

Yang tak kalah mengkhawatirkan ialah gejolak perekonomian yang terjadi di Singapura, yaitu desas-desus terjadinya resesi di Negeri Lion itu, maklum saja, China adalah mitra dagang utama Singapura dengan nilai ekspor U$363 tahun 2017, terbesar dibanding negara ASEAN lainnya (Kemendag RI). 

Pada akhirnya, China sebagai episentrum ekonomi dunia, yang banyak menyerap hasil ekspor negara mitra dagangnya, kini untuk sementara harus bertekuk lutut di bawah tekanan epidemik yang mematikan. Dan akhirnya menjalar ke perekonomian negara lain.

kini berbagai negara tengah bersiap dengan berbagai stimulus kebijakan ekonominya, termasuk Indonesia, salah satunya dengan menurunkan suku bunga BI 7 days repo sebanyak 25 bps, menjadi 4.75%.

Inilah efek domino dari sebuah negara adidaya, apapun yang terjadi di negaranya, dapat berpengaruh ke negara lain, dan tiba lah saatnya untuk mencari other country sebagai tujuan ekspor jika tidak ingin masuk dalam turbulensi ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun