Teruntuk Ibu dan Ayah di Kampung Halaman
Tak terasa sudah lebih dari setahun yang lalu kami mengabarkan bahwa kami sekeluarga di Bandung tidak dapat pulang ke kampung halaman karena wabah corona.
Ternyata tahun ini pun kami hendak mengabarkan hal yang sama. Kami tidak dapat menghabisakan waktu untuk berbuka puasa maupun sahur di akhir-akhir Ramadan seperti tahun-tahun sebelum pandemic melanda ataupun menghabiskan malam takbiran dan salat Ied dengan suasana syahdu di kampung halaman.
Tentu kami sedih, tentu kami rindu, tentu Idul Fitri kami tidak akan sepenuhnya bahagia tanpa kebersamaan kita di kampung halaman, namun semua memang harus dikorbankan demi kesehatan dan kemaslahatan kita bersama di tengah pandemi yang masih melanda.
Jika berkenan untuk mengulang momen-momen sebelum pandemic, tentu saya akan mengingat momen-momen kami harus berjibaku dengan kerepotan membawa beberapa koper pakaian dan oleh-oleh untuk dibagikan di kampung halaman dengan anak kami masih di gendongan.
Sesampainya di Palembang kami masih melanjutkna perjalanan 7-8 jam menuju rumah kita di Muaradua, OKU Selatan, Sumatra Selatan.Â
Perjalanan yang melelahkan apalagi dalam keadaan berpuasa dengan membawa 1 anak balita. Tetapi, semua itu seakan sirna ketika kami disambut di rumah oleh Ayah dan Ibu.
Hari-hari menjelang Idul Fitri semakin semarak dengan aroma masakan khas lebaran yang disiapka Ibu, Adik dan istri saya seperti rendam daging, opor ayam, ketupat, sambal kentang, dan lain sebagainya.Â
Sementara kami bermain bersama Athar yang saat itu belum pintar bercakap-cakap.
Oh ya momen salat Ied dan halal bi halal ke tetangga dan handai taulan juga sangat seru apalagi mencicipi berbagai camilan khas lebaran yang tentunya sukses membuat perut kenyang dan penuh sekali hahaha, tidak baik untuk dicontoh.
Saya juga mengingat kita juga berkunjung ke kampung halaman Ayah dan Ibu untuk berziarah sekaligus halal bi halal dengan keluarga di sana sekaligus mengunjungi kebun dan sawah yang sudah lama tidak kita kunjungi bersama.
Sangat seru apalagi bagian berfoto di tengah pematang sawah yang mulai menguning, rasanya tidak ingin mengakhiri dan betah untuk berlama-lama di kebun dan sawah dengan suasana yang asri dan penuh pepohonan hijau.
Selain itu juga, masih segar di benak saya ketika kita mengunjungi dan mengeksplorasi Danau Ranau serta mencoba arung jeram di daerah dekat Danau Ranau, sangat menantang dna tentunya juga seru sekali, ingin untuk segera mengulangnya.
Ya, mungkin ini sudah garis takdir yang harus kita lewati untuk kedua kalinya tidak bersama di hari yang fitri. Yakinlah Allah memiliki rencana terbaik untuk kita semua.
Oh ya meski tidak dapat bersam di momen Idul Fitri insya Allah kmai akan ke kampung halaman selesai waktu pembatasan dari pemerintah sekaligus untuk hadir pada momen lamaran adik tercinta kami pada bulan Syawal nanti.
Demikian surat ini kami sampaikan untuk Ayah dan Ibu sebagai pengobat rindu kami. Kiranya Allah segera menuntaskan pandemi ini dang mengumpulkan kita bersama dalam kebahagian dan ras khawatir akan ribetnya protokol kesehatan dan penyebaran virus dimana-mana. Amin.Â
Salam rindu dari kami dari Bumi Parahyangan. Sehat selalu Akas dan Ajong di kampung halaman.