Mohon tunggu...
Adrian Chandra Faradhipta
Adrian Chandra Faradhipta Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi pengadaan di industri migas global yang tinggal di Kuala Lumpur dan bekerja di salah satu perusahaan energi terintegrasi terbesar dunia.

Menggelitik cakrawala berpikir, menyentuh nurani yang berdesir__________________________ Semua tulisan dalam platform ini adalah pendapat pribadi terlepas dari pendapat perusahaan atau organisasi. Dilarang memuat ulang artikel untuk tujuan komersial tanpa persetujuan penulis.

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Artikel Utama FEATURED

5 Hal yang Perlu Kita Pelajari dari Jepang dalam Menghadapi Bencana Gempa

15 Februari 2021   07:29 Diperbarui: 17 Maret 2022   21:40 3015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keesokan hari setelah gempa pada sabtu lalu, petugas langsung memperbaiki jalan tol yang tertimbun longsoran (Sumber: Kyodo News)

Lihat saja ketika gempa terjadi pada sabtu malam, pada dini hari dan pagi harinya disiarkan oleh media-media setempat para petugas perbaikan jalan terlihat menerjunkan ekskavator dan juga alat berat lainnya untuk membuka jalan yang tertimbun longsor. 

Sementara para petugas lainnya berkeliling mengecek kerusakan dan korban luka-luka yang tersebar di seluruh penjuru wilayah terdampak. Bahkan bantuan medis serta logistik yang diperlukan langsung dibagikan keesokan hari setelah gempa.

Bandingkan dengan Indonesia, meski sekarang BMKG secara berkala dan real time menyiarkan informasi terkait gempa bumi serta potensi tsunami yang timbul, namun sirine dan juga informasi peringatan sering telat sampai kepada masyarakat, akibatnya banyak korban jiwa berjatuhan.

Gempa bumi di Palu, Majene, Lombok, Banten dan berbagai daerah lainnya membuktikan bagaimana kurang cepatnya early warning system kita.

Belum lagi jika kita melihat bagaimana kesiapsiagaan bencana belum masuk dalam kurikulum kita, simulasi gempa bumi dan tsunami masih sangat jarang dipraktikan di sekolah-sekolah kita, bahkan bantuan medis dan logistik pun kerap terlambat datang dan tidak jarang bahkan dikorupsi oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab.

Ketiga adalah Bangunan yang Dirancang Tahan Gempa

House in Toyonaka, by FujiwaraMuro Architects (Sumber: wallpaper.com via properti.kompas.com)
House in Toyonaka, by FujiwaraMuro Architects (Sumber: wallpaper.com via properti.kompas.com)
Sebuah fakta yang perlu diketahui bagi kita semua bahwa korban paling banyak berjatuhan ketika gempa bumi terjadi karena tertimpa reruntuhan gedung yang tidak kuat menahan guncangan gempa bumi.

Informasi tentang ini pernah saya tulis di artikel tentang Urgensi Bangunan Tahan Gempa di Indonesia.

Meski sudah ada aturan, namun di Indonesia pelaksanaan dan juga pengawasan pun sangat minim dilakukan oleh pihak-pihak terkait, tak pelak banyak gedung-gedung terutama rumah penduduk yang dibangun serta dirancang di are rawan gempa bumi tidak dapat menahan guncangan gempa bumi meski hanya berskala kecil. 

Belum lagi jika kita melihat bahwa bentuk rumah-rumah warga sekarang didominasi dengan beton-beton yang kaku tanpa sturktur yang dapat menolerir guncangan gempa.

Bandingkan dengan Jepang yang hampir seluruh rumah penduduknya dibuat dan dirancang dengan apik, sehingga tahan terhadap guncangan gempa bahkan dengan skala yang cukup besar. 

Material rumah pun banyak didominasi dengan kayu atau pun kertas yang cukup aman dari guncangan gempa. Struktur rumah pun dibuat sedemikian rupa agar kokoh meski gempa melanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun