Dari diskusi ini juga saya menarik benang merah bahwa untuk bertahan memang kuncinya adalah Inovasi dan beradaptasi. Innovate or die begitu kira-kira adagiumnya.
Di masa pandemi ini semua lini bisnis harus pintar --pintar berinovasi memaksimalkan semua sumber daya yang ada untuk mencapai hasil yang optimal. Pendekatan teknologi digital semisal pemanfaatan media sosial harus benar-benar dipikirkan. Tidak bisa lagi berharap pada business as usual.
Kita tentu tahu bagaimana berbagai museum di seluruh dunia ramai-ramai menggunakan teknologi terbaru bagi para pengunjung setianya dengan mengeluarkan produk virtual tour dimana para pengunjung dapat merasakan suasana berada dan berkeliling museum hanya melalui akses internet dari rumah mereka masing-masing. Ada sebagian yang memberikan pelayanan secara gratis ada juga yang berbayar dengan teknologi 360 derajat.
Selain itu juga, untuk industri hospitality misalnya mereka ramai-ramai pemberian voucher diskon besar-besaran untuk keluarga yang akan melakukan staycation mereka memanfaatkan media sosial untuk promosi dan membagikan informasi tentang standar protokol kesehatan yang mereka.
Lebih jauh mungkin banyak sebagian teman kita yang tiba-tiba membuka penjualan makanan rumahan di masa pandemi ini. Mereka memanfaatkan jejaring media sosial dan komunitas terdekatnya untuk menjajakan produk mereka.
Pendekatan dan pemanfaatan teknologi tadi dinilai efektif untuk menjaring para konsumen yang kebanyakan stay at home selama pandemi ini ditambah lagi behavior mereka yang menggunakan media sosial dan internet lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi.
Paling penting sebenarnya adalah teknologi digital ini aman dan tidak ada potensi penularan sama sekali serta lebih efisien dari segi waktu dan biaya.
Selama pandemi ini kita semakin belajar bahwa istilah "Too big to fail"Â tidak akan berlaku lagi di masa sekarang. Kejatuhan perusahaan besar dunia seperti Nokia, General Motors, Pizza Hut di Amerika Serikat, beberapa perusahaan minyak dan gas seperti McDermot sebelum bahkan selama pandemi ini semakin menguatkan bahwa kejayaan berpuluh bahkan beratus tahun tidak mampu meredam perubahan global yang selalu dinamis.
Jika tidak mampu beradaptasi dan berinovasi secara cepat mereka akan tertinggal dan terkubur perubahan global lebih-lebih di masa pandemi saat ini.