Apa kaitannya antara tipe perilaku warga terhadap laka lantas dan contoh sharing pengalaman saya? Mungkin bagi saya adalah pentingnya manajemen kecelakaan di jalan raya lintas sektoral.Â
Kita mungkin pernah mendengar ada ungkapan di masyarakat terhadap jalan raya seperti tikungan maut, persimpangan tengkorak, jalur maut, dan istilah populer lain.Â
Mengapa masyarakat melabeli demikian? Jawaban sederhana karena banyak tragedi kecelakan di situ.Â
Pertanyaan lanjutannya adalah siapa yang semestinya bertanggung jawab dalam hal mengurangi frekuensi kejadian berulang? Dan manakala terjadi, apa tindakan preventif demi menyelamatkan (nyawa) korban?Â
Untuk menjawabnya adalah mungkin dengan meninjau faktor pencetus kecelakaan.Â
Bila penyebab laka lantas adalah kecelakaan tunggal alias tanpa tabrakan antar kendaraan, mungkin edukasi ke warga oleh teman-teman di kepolisian daerah meliputi pentingnya memakai helm standar (helm tabung), penggunaan lampu lalu lintas (belok kanan belok kiri), tidak konsumsi alkohol (minuman keras) saat berkendara dan kepatuhan terhadap rambu.Â
Milennial Road Safety (saya singkat MRS), adalah contoh baik dari program yang sudah dilakukan Polri di seluruh Indonesia pada tahun lalu. Termasuk disini adalah anjuran perawatan berkala terhadap kendaran agar layak (dan aman) saat digunakan di jalan raya.Â
Saya tak tahu apakah hewan liar atau hewan milik warga yang kerap melintas di jalan dan kadang menjadi penyebab kecelakaan, itu ada hukum dan sanksinya apa tidak.Â
Karena risiko dan penyebab laka lantas karena pencetus ini selalu ada dan menimpa korban, bahkan berujung korban nyawa. Tak mungkinlah bila sang hewan digiring ke pengadilan dan dijadikan pelaku.
Terakhir, berkaitan dengan tindakan preventif manakala terjadi insiden. Sekarang sudah zaman teknologi digital, saya kepikiran setiap warga menerima SMS notifikasi perihal rumah sakit (klinik) terdekat dari lokasi kejadian bilamana menemukan kecelakaan. Selain itu, prosedur dan tata cara penanganan awal sebagai edukasi bagi warga.Â