Mohon tunggu...
Adnan Abdullah
Adnan Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Seorang pembaca dan penulis aktif

Membaca, memikir dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup, Maut dan Cinta

16 Juni 2022   16:31 Diperbarui: 16 Juni 2022   16:36 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ridwan Kamil dan putranya alm. Eril. Sumber foto: suara.com dan instagram @ridwankamil 

Selama dua pekan yang telah lalu, peristiwa hilangnya Emmeril Kahn Mumtadz (Eril) ketika berenang di Sungai Aare di Bern, Swiss hingga ditemukan dua pekan kemudian dan dimakamkan di Bandung menjadi perhatian publik di Indonesia.

Pemberitaan media massa secara intensif atas musibah yang dialami oleh putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil itu menimbulkan simpati yang luar biasa dari publik, bukan hanya bagi kami warga Jawa Barat, namun juga di seluruh Indonesia.   

Ribuan orang datang melayat dan menyampaikan ucapan duka cita kepada Ridwan Kamil dan keluarganya. Selain itu, ada sekitar 1.200 karangan bunga yang dikirim ke Gedung Pakuan, rumah dinas Gubernur Jawa Barat di Bandung. 

Setiap peristiwa, apakah itu berupa kebahagiaan atau musibah, pasti ada hikmah atau pelajaran di balik itu yang bisa kita petik. Demikian halnya dengan musibah yang dialami oleh keluarga Kang Emil tersebut.

Hikmah pertama tentunya adalah terkait maut. Peristiwa itu mengingatkan kita bahwa kematian itu begitu dekat dengan kita, bahkan lebih dekat daripada urat leher kita. 

Eril yang datang ke Sungai Aare untuk berenang, pasti tidak tahu kalau di situlah hidupnya akan berakhir. Demikian pula Kang Emil yang mengirim putra kebanggaannya itu ke Swiss untuk melanjutkan pendidikan pasti tidak pernah menduga akan kehilangan putranya di negeri itu.   

Kita semua tidak akan pernah tahu, kapan, dimana dan bagaimana kita akan mati. Semua itu adalah rahasia Tuhan. Oleh karenanya hal yang bisa kita lakukan adalah senantiasa mempersiapkan diri untuk mati atau kehilangan orang-orang terdekat kita. 

Hikmah kedua adalah terkait cinta. Selama dua pekan Eril menghilang terbawa arus Sungai Aare hingga ditemukan, selama itu pula kita menyaksikan bagaimana Kang Emil begitu mencintai putranya itu. 

Selama sepekan di Bern, setiap hari Kang Emil ikut turun ke Sungai Aare untuk mencari keberadaan putranya itu. 

Cinta orang tua kepada anaknya memang tidak akan pernah habis dan akan terus abadi hingga akhir hayat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun