Mohon tunggu...
Adlan Daie
Adlan Daie Mohon Tunggu... Analis Politik Sosial Keagamaan

Analis Politik Sosial Keagamaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj Santri Par Exelence, Lebih dari Sekedae Layak Menjadi Rais A'am PBNU

6 Oktober 2025   12:43 Diperbarui: 6 Oktober 2025   12:43 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gus Dur dan KH Said, sama sama tidak "syindrom elitis", betapa pun dalam posisi ketua umum PBNU tidak tersandra dalam lingkup pergaulan elite pejabat tinggi, pengusaha, dll, beliau berdua dalam posisi sebagai ketua umum PBNU tetap dalam intensitas tinggi, selalu hadir memenuhi undangan pengajian di mushalla musholla kecil di perkampungan sempit, terkadang jalan rusak, becek, dll.

Gagasan KH Said tentang "Islam Nusantara" adalah kelanjutan sistemik dari gagasan "Pribumisasi Islam" Gus Dur, bahkan kelanjutan dari cara pandang Islam pesantren dalam relasi negara. Penulis dalam tulisan lain berjudul "Amal Jariyah Politik Kebangsaan NU" merekam keputusan keputusan NU terkait konstruksi Islam dalam relasi negara sejak Muktamar NU di Banjarmasin tahun 1936, sebelum Indonesia merdeka.

Dalam hal naiknya Gus Dur dan KH Said menjadi Ketua Umum PBNU di eranya masing masing jelas berbeda tapi perbedaan yang menarik justru memperlihatkan kekuatan karakter dan tipologi keduanya.

Gus Dur terpilih menjadi Ketua Umum PBNU selain karena memiliki "trah" atau darah "ke NU an" yang tak tertandingi oleh siapapun, baik dari jalur ayah maupun ibu tersambung langsung ke pendiri NU, kakek Gus Dur, tetapi juga karena kecanggihan, kepiawanan dan ketrampilan politik Gus Dur,

KH Said tidak secanggih Gus Dur dalam keterampilan politik tetapi keilmuannya yang luas dalam khazanah kitab kitab kuning mempermudah jalan bagi KH Said menapak, mendaki dan memuncaki struktur organik tertinggi NU, yakni menjadi Ketua Umum PBNU

'Ala kulli hal, karier organisasi KH Said dalam struktur organik NU lebih ditopang oleh sekali lagi penguasaan ilmu ilmu keislaman yang luas dan kecanggihan kontekstualisasinya menghadapkan NU dengan tantangan komtemporer kekinian. 

Itulah kekuatan "par exelence" sebagai tokoh kuat dan berpengaruh sehingga kehadirannya menjadi ketua umum PBNU lebih karena kebutuhan organisasi dari pada kecanggihan "bermain politik".

Dalam perspektif itu penulis membaca harapan warga NU terhadap KH Said Aqil Sirodj, bukan sekedar lebih dari layak menjadi Rois A'am PBNU dalam Muktamar NU ke 35 awal tahun 2027, tapi memang kebutuhan NU.saat ini sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia atas kehadiran KH Said di posisi Rois A'am PBNU tersebut.

Keluasan ilmu, kematangan personality dan pengalaman panjang sejak tahun 1980 an berkiprah di PBNU hingga menjadi Ketua Umum PBNU dua periode menjadikan beliau "komplit'" dari sisi keilmuan, kebutuhan organisasi PBNU dan cakrawala kearifan membaca dinamika sosial.

Jika kelak jalan takdir membuka jalan beliau terpilih menjadi Rois A'am PBNU bukan saja beliau 'orang" pertama Ketua Umum PBNU yang berhasil menjadi Rois A'am PBNU dalam perjalanan panjang sejarah NU sebagai ormas Islam

Bahkan, lebih dari itu PBNU kelak sekaligus menjadi "majelis ilmu" tempat dinamika keislaman dan tantangan kebangsaan dieksplore lebih artikukatif dan maslahat bagi sebesar besarnya kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun