Mohon tunggu...
Adjeng Cecilia _43121010088
Adjeng Cecilia _43121010088 Mohon Tunggu... Mahasiswa (Universitas Mercu Buana); Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak. Fakultas Ekonomi & Bisnis . Prodi Manajemen(S1)

Adjeng Cecilia Anggraini Wibowo NIM : 43121010088 Hai semuanya 👋 , Selamat membaca artikel ini.Semoga bermanfaat yaa🙂 Don`t Give Up !

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penerapan Etika Utilitarianisme dan Contohnya dalam Praktik Bisnis Menurut (Jeremy Bentham)

18 Maret 2022   14:36 Diperbarui: 18 Maret 2022   14:42 7410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://www.atomenulis.com/

Pengertian Utilitarianisme
Utilitarianisme itu berasal dari kata latin yaitu utilitis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah atau menguntungkan. Istilah ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest happiness theory).

 Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali dipaparkan oleh Jeremy bentham dan muridnya, Jhon Stuart Mill. Utilitarianisme atau utilisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama hukum. Kemanfaatan ini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness).

Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Oleh karena itu tugas hukum adalah menghantarkan manusia menuju the ultimate good. Sehingga esensi hukum harus bermanfaat, artinya hukum yang dapat membahagiakan sebagian terbesar masyarakat (the great happiness for the greatest number of people).

Kriteria etika utilitarianisme
Secara lebih konkret, dalam kerangka etika ut koilitarianisme kita dapat merumuskan tiga Kriteria objektif yang dapat dasar objektif sekaligus norma untuk menilai suatu kebijaksanaan dan tindakan.
1. Manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat atau kegunaan tertentu. Jadi kebiasaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal baik. Sebaliknya kebijaksanaan atau tindakan yang tidak baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu.
2. Manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar dibandingkan dengan tindakan yang lainnya.
3. Manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang, Kebijakan atau tindakan dinilai baik secara moral jika memiliki manfaat terbesar bagi banyak orang.

Utilitarianisme Bisnis

Menurut paham Utilitarianisme bisnis adalah etis, apabila kegiatan yang dilakukannya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada konsumen dan masyarakat. jadi kebijaksanaan atau tindakan bisnis yang baik adalah kebijakan yang menghasilkan berbagai hal yang baik, bukan sebaliknya malah memberikan kerugian.

Nilai positif Utilitarianisme terletak pada sisi rasionalnya dan universalnya. Rasionalnya adalah kepentingan orang banyak lebih berharga daripada kepentingan individual. secara universal semua pebisnis dunia saat ini berlomba-lomba mensejahterakan masyarakat dunia, selain membuat diri mereka menjadi sejahtera. berbisnis untuk kepentingan individu dan di saat yang bersamaan mensejahterakan masyarakat luas adalah pekerjaan profesional sangat mulia.

Adapun Kelemahan Etika Utilitarianisme :  
- Manfaat merupakan konsep yang begitu luas sehingga dalam kenyataan praktis akan menimbulkan kesulitan yamg tidak sedikit.
- Tidak pernah menganggap serius nilai suatu tindakan pada dirinya sendiri dan hanya memperhatikan nilai suatu tindakan sejauh berkaitan dengan akibatnya.

Contoh Etika Utilitarianisme Dalam Bisnis  :
1.  Seorang penjual es buah keliling seharusnya  secara etis dia menggunakan gula asli. Tapi karena harga gula yang tinggi, maka dia mengurangi biaya yang dikeluarakan dengan menggunakan sari gula yang lebih murah atau biasa disebut gula biang. Dan umumnya penyakit yang diderita pembeli bukanlah kesalahan si penjual melainkan pembeli itu sendiri yang jajan sembarangan.

2. Penjual bakso sebaiknya jika melakukan secara etis ia menggunakan daging sapi , tetapi karena daging sapi mengalami kenaikan harga , akhirnya dia menggunakan daging tikus dan boraks agar baksonya terasa lebih kenyal sehingga pembelinya akan mengalami penyakit sehingga dia dapat merugikan orang

3. Penjual kue yang seharusnya menggunakan pewarna makanan , tetapi dia memilih mencapurkan pewarna makanan dengan pewarna pakaian agar makanan nya terlihat menggiurkan dengan warna yang cerah . Secara etis hal ini memang tidak beretika, karena dapat merugikan konsumen yaitu anak-anak. Tapi dalam konsep utilitarianisme hal tersebut akan menghasilkan keuntungan yang banyak bagi penjual sebab dia mampu menggantikan pewarna makanan yang mahal dengan pewarna yang murah.

4. Penjual Gorengan yang seharusnya mengunakan minyak asli tetapi mereka mencampurkan dengan plastik dan lilin agar gorenganya selalu renyah agar mendapatkan keuntungan yang sebanyak banyaknya


SUMBER
https://dosenppkn.com/utilitarianisme/
https://www.indonesiana.id/read/119843/etika-bisnis-dalam-mencapai-utilitarianisme
https://pdfcoffee.com/contoh-kasus-etika-bisnis-utilitarianisme-pdf-free.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun