Mohon tunggu...
Aditya
Aditya Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Sosiologi

Mengharap semua orang senang dengan pikiranmu adalah utopis. Keberagaman pikiran adalah keniscayaan yang indah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tersenyumlah Semesta

20 Juli 2018   10:09 Diperbarui: 20 Juli 2018   10:44 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Udara sejuk pagi membelai raga yang tengah ditemani sepi. Menatap keluar jendela dengan perasaan yang tak dapat dimengerti. Pun begitu, hati yang sedang sibuk sendiri, membersihkan yang lama agar nyaman ditempati.

Senyummu hadir begitu pagi menyapa, meredam duka dari kisah lama. Kini semesta benar-benar sedang mempermainkanku, dengan kembali menghadirkan rasa di sejuknya pagi.

Mentari mulai menyingsing, embun di dedaunan mengering. Hangatnya mentari memberikan pengharapan baru teruntuk hati. Menatap layar hp coba berjalan-jalan di beranda salahsatu aplikasi. Logika penasaran akan senyummu, yang membuat hati begitu menginginkanmu.

Tak butuh waktu lama mencarimu, postinganmu mampir diberanda, logikaku meratapi dengan dengan seksama, sebenarnya ada apa dengan senyummu, hingga semesta begitu bahagia pun perasaanku mekar merekah begitu indah.

Ditemani secangkir teh, memandangi langit nan biru berhiaskan awan. Teh yang menemaniku akan selamanya terasa hambar, sebelum tercelup senyuman mu. Aku semakin tenggelam, hati ini terus meneriakkan namamu dan ingin memiliki senyummu seutuhnya.

Realita menampar dengan begitu keras untuk menyadarkanku. Sudah lupakah pada luka yang masih mengnganga? Ingat cerita lama yang menawarkan bahagia namun meninggalkan segenggam luka.

Logika dan hati merupakan sahabat. Ketika hati gelap atas rasa, logika yang kerap menyadarkannya. Tak jarang mereka bertengkar tentang rasa, dan kini mereka bertengkar perihal senyummu.

Pengharapan memiliki mu memang bukan perkara mudah, sebab ada raga yang pernah patah hingga logika tak mudah pasrah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun