Mohon tunggu...
Aditya Ristianang
Aditya Ristianang Mohon Tunggu... -

founder www.tshirttokoh.com, twitter @aditrist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jangan Takut Dikritik

26 Desember 2012   03:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:02 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aku, apa yang terlintas ketika membaca kata itu. Sebuah pemaknaan egoisitas diri ketika kita langsung teringat pada pejabat yang berebut kursi pemerintahan, atau teringat pada pejabat yang berebut uang proyek.

Aku, sebuah pemaknaan kerendahan seseorang ketika kita teringat seorang pengemis berkata pada orang bermobil dilampu merah “aku belum makan pak.” Atau teringat seorang anak SD berkata pada temannya, “Aku tinggal di kolong jembatan.”

Aku, sebuah pemaknaan semangat menghidupi hidup yang terus hidup. Teringat seorang mahasiswa ketika berkata pada ibunya, “aku akan mendapatkan pekerjaan itu, Bu.”

Aku mencerminkan apa yang kamu, orang lain, dan teori filsafat-filsafat kehidupan. Tiga huruf yang memang memiliki tiga sudut pandang, seperti system pemerintah yang menganut trias politika, yakni Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif. Tapi saya tak akan menjelaskan tentang trias politika seperti anak kelas 6 SD yang sudah membahasnya di pelajaran Pkn.

Ternyata di dalam diri kita sudah ada secuil politik, banyak orang bilang dia tak suka politik, sebenarnya bukan munafik, tapi mereka belum tahu saja jika dalam dirinya yang disebut “aku” itu terdapat politisasi diri.

Aku terdapat tiga sudut pandang : aku menurut dirimu sendiri, aku menurut orang lain, dan aku yang ideal. Banyak orang dan mungkin lebih banyak daripada jumlah sepeda motor di Jakarta tidak mengerti tentang “Tiga Aku” tersebut. Dengan pengetahuan saya yang terbatas saya akan jelaskan yang saya tahu, kata seorang sahabat “Jangan mengatakan lebih dari yang kamu ketahui.”. untungnya saya manutan dengan sahabat saya itu. :D

Aku menurut dirimu sendiri : kadang kamu berfikir dirimu baik, tak peduli apa orang lain bilang tentang dirimu. Kamu merasa memiliki Aku tersebut sehingga kamu berdandan, memakai baju model yang terus update, membaca buku karena kamu merasa dirimu belum cukup pintar. Pokoknya selama dirimu belum puas apa yang telah ada di dirimu kamu akan mencoba merawat “aku” mu dan menjalani apapun aktivitas untuk membuat kamu percaya bahwa “aku” mu menjadi lebih baik.

Aku menurut orang lain : manusia yang hidup tak sendiri di bumi ini dan tak akan pernah sendiri, karena menurut kuantitas penduduk dunia, jumlah manusia di bumi sangatlah banyak. Setiap orang punya pandangan berbeda-beda tentang dirimu, tergantung apa yang kamu lakukan di habitatmu. Tapi lebih bergantung lagi pada apa yang kamu katakan lingkunganmu. Kenapa begitu? Karena orang mudah memandang dirimu dari ucapanmu, jarang yang memandangmu dari tindakanmu. orang akan mengartikan kamu baik, jahat, pendiam, periang, cerdas, brilian dari bibirmu. Karena itulah yang sering orang lihat darimu, tak mungkin jika orang melihat segala tindakanmu selama 24 jam penuh. Oleh karena itu baiklah kita menjaga kualitas kata-kata yang akan keluar dari mulut kita.

Aku yang ideal : seperti seorang filsuf terkenal,yakni Plato. Dia menjelaskan tentang konsep Negara yang ideal, dimana semuanya tertata rapi dan semua memiliki fungsi masing-masing tanpa mengganggu fungsi dan yang lain, sehingga apa yang di idealkan tercapai. Diri kita pun perlu ideal agar diri dan lingkungan berjalan harmoni, tanpa ada singgungan dan tabrakan.

“Aku” yang ideal timbul karena sebuah perenungan apa dari apa yang saat ini terjadi dan apa yang “Aku” akan lakukan, “Aku” yang ideal memberikan kita gambaran bagaimana kita seharusnya menjadi “Aku”.

Sebagai contoh, Kamu tak pernah mencoba untuk menulis, padahal idemu dan ketajaman kata-kata yang kamu punya sangatlah menghentak pembaca, tetapi kamu tidak mempergunakan itu untuk menulis. “Aku” yang ideal adalah kamu memulai menulis sehingga orang akan tahu kemampuan yang ada pada dirimu.

“Aku” yang ideal tak akan pernah ada di pikiranmu tanpa kamu sejenak merenungkan tentang keadaanmu, seperti kata seorang filsuf terkenal : “Aku ada karena Aku berfikir”

“Aku” yang ideal menuntun diri untuk tetap seimbang, sehingga kita tidak egois mengontrol diri sendiri, dan kita tidak terbawa arus pendapat orang lain.

Jika berlebihan terdampar pada prinsip “Aku menurut dirimu sendiri” kamu akan menjadi pribadi yang tertutup dan tak mau belajar dari hal luar, dan jika berlebihan pada prinsip “Aku menurut orang lain” kamu akan menjadi seperti bangkai ikan dan sampah di sungai, yakni “mengikuti arus sungai dan tak bisa melawan arus itu”.

Perkataan memang lebih tajam daripada mata koruptor yang mencari celah untuk korupsi, Kadang orang menganggap “Aku” yang ideal hanya sebagai teori, hanya berisi anggapan-anggapan dan keinginan tanpa tindakan yang nyata. Perkataan orang lain akan menjatuhkan mu dan membuat kamu merasa bahwa “Aku” yang ideal itu hanya sebuah teori. Yakinlah mereka belum tahu seberapa besar perjuangan dan usahamu dalam mencapai “Aku” yang ideal tersebut.

JANGAN TAKUT DIKRITIK sebagai orang yang harus Talk Less Do more ketika sedang berproses mencapai diri yang ideal, tapi lawan dengan tindakan nyata tanpa mempamerkan hasil tindakan itu. Biarlah orang lain mengetahui dengan sendirinya.

Biarkan ketiga “Aku” dari dalam dirimu menyatu dan jangan perbolehkan mereka berpisah. Salam…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun