Ditulis oleh: Aditya Pratama
Pintu Air, Rangkui -- Pangkalpinang | 17 Mei 2025
Saya, Aditya Pratama, menulis laporan ini sebagai warga Kota Pangkalpinang yang dirugikan secara langsung atas dugaan kuat penjualan Pertalite oplosan oleh salah satu penjual bensin eceran di kawasan Pintu Air, Rangkui.
Hari itu saya membeli 1 liter Pertalite seharga Rp12.000. Tidak ada kecurigaan di awal. Namun tak lama setelah motor saya berjalan, mesin mulai brebet dan akhirnya mogok. Setelah dicek di bengkel, bensin yang saya beli bercampur air radiator dan akibatnya saya rugi hampir ratusan ribu rupiah untuk perbaikan tangki dan pembersihan mesin.
Saya tidak sendiri. Teman saya yang menyaksikan langsung juga membuktikan bahwa bensin yang saya beli berbeda kualitasnya dari Pertalite murni. Kami melakukan perbandingan langsung.
Pertalite murni dari SPBU terlihat jernih, bening kehijauan.
Pertalite dari pengecer tersebut tampak keruh, berbau aneh, dan mengandung lapisan minyak aneh yang sangat mencurigakan.
Ini bukan sekadar dugaan. Ini fakta lapangan. Dan saya menulis ini bukan untuk mencari sensasi, melainkan untuk menggertak pemerintah agar tidak tinggal diam!
Saya tegaskan: selama bertahun-tahun saya membeli bensin eceran di kota ini, baru kali ini saya mengalami kejadian separah ini. Pertamina mungkin tak terlibat langsung, tapi nama baiknya rusak karena praktik pengecer nakal yang menjual BBM oplosan seenaknya tanpa pengawasan.
Pemerintah Kota Pangkalpinang, Dinas Perdagangan, aparat kepolisian --- JANGAN TUNGGU KORBAN BERJATUHAN LEBIH BANYAK!
Segera lakukan:
1. Sidak dan penertiban terhadap seluruh pengecer BBM eceran yang tidak terdaftar atau tidak memenuhi standar.