Mohon tunggu...
Aditya Nuryuslam
Aditya Nuryuslam Mohon Tunggu... Auditor - Menikmati dan Mensyukuri Ciptaan Ilahi

Menjaga asa untuk senantiasa semangat berikhtiar mengadu nasib di belantara Megapolitan Ibukota Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Karakter Bermartabat Melalui Revitalisasi Pendidikan Budi Pekerti

1 November 2020   19:39 Diperbarui: 2 November 2020   14:12 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam 5 (lima) tahun terakhir ini seringkali kita mendapati berita baik di koran, televisi ataupun media social berita tentang pembunuhan sadis, pelecehan seksual, pertikaian antar ormas dan kasus-kasus kekerasan baik yang bersifat individual ataupun kelompok yang semakin hari semakin meresahkan masyarakat. 

Fenomena maraknya tindak kekerasan, kekejaman, pembunuhan, pemerkosaan  dan penganiayaan membuat kita jadi bertanya-tanya, apakah adab dan moral masyarakat sudah sedemikian kritis terkikis habis dari bumi nusantara ini ?

Sudah lebih dari 3 dasawarsa terakhir ini menilik dari pengamatan dan pengalaman saya pribadi, pendidikan budi pekerti (secara formal maupun informal) telah mengalami penurunan kualitas dan bahkan bisa dibilang mati suri dari hingar bingarnya dunia pendidikan nasional. Sebagian mengatakan bahwa tuntutan perkembangan dan percepatan perubahan jaman sebagai salah satu alasan mengapa Pendidikan formal tentang pendidikan budi pekerti tergeser dan harus rela terpinggirkan serta tergantikan dengan (tambahan) pelajaran untuk bidang studi sains, matematika ataupun bahasa asing.

Dalam opini saya, hal ini sungguh sangat disayangkan hingga pada akhirnya pendidikan budi pekerti mulai meredup dan terpinggirkan dalam kumpulan mata pendidikan wajib di sekolah-sekolah. Sejatinya pendidikan budi pekerti yang sejalan dengan pengamalan nilai-nilai luhur budaya bangsa akan memberikan bekal pengetahuan sosial kemasyarakatan kepada murid yang tiada ternilai terutama dalam menyongsong, menyaring dan menghadapi derasnya informasi serta pengaruh budaya dari luar.

Penanaman budi pekerti sejak dini yang tepat arah dan tepat sasaran serta bersinergi dengan pendidikan agama diyakini akan menghasilkan murid-murid yang paham dalam perilaku santun, mengerti dan memahami tata krama yang adiluhung, relijius serta tertanam jiwa yang teguh bertindak atas dasar kebenaran serta takut akan berbuat dosa dan senantiasa segan bertindak atau berperilaku yang merugikan secara umum.

Sependek yang saya ketahui dan saya amati, memang dalam 3 dasawarsa terakhir ini materi pendidikan budi pekerti secara teori telah tersusun dalam kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Namun demikian cukup padatnya materi dalam PPKn ini menyebabkan pembahasan tentang materi budi pekerti secara khusus semakin berkurang porsinya. 

Belum lagi sifat pengajarannya adalah lebih berat porsinya pada metode hafalan bukan pada metode terapan, sehingga anak-anak peserta didik terpola hanya pada menghafal dan minim pemahaman secara mendalam filosofinya.

Harapan kami, dalam rangka mencetak insan-insan muda yang berkharakter prima, memiliki jiwa-jiwa luhur pemerintah hendaknya mempertimbangkan peningkatan porsi pelajaran budi pekerti. Bukan hanya pengenalan secara tekstual saja, namun lebih menitikberatkan kepada praktik di lapangan yang membumi, sehingga peserta didik dapat memahami secara utuh filosofi pendidikan budi pekerti yang luhur dan bermartabat.

Sebagai test case study, perlu kiranya kita belajar penerapan pendidikan budi pekerti serta semangat mempertahankan kultur dari negara Jepang. Hal penting yang perlu kita contoh dari pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter Jepang adalah kepada esensi serta semangat Jepang dalam mempertahankan budi pekerti karakter bangsa serta kulturnya ditengah derasnya arus globalisasi budaya seperti saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun