Sedih Karena kehilangan kebiasaan-Kebiasaan  Lama
Kesedihan yang terakhir adalah hilangnya kesempatan kita untuk melakukan kebiasaan  kita sebagaimana kita lakukan sebelum pendemi covid19. Tahun kemarin dalam masa awal pemberlakuan kegiatan masyarakat  kita  menahan tidak melakukan kebiasaan kita sebagai wujud berpartisipasi pencegahan penyebaran Covid.Â
Namun setelah berbulan bulan berjalan perasaan kangen terhadap semua kebiasaan simbol kekaraban itu makin kuat. Makin berat untuk ditahan. Siapa yang kuat tidak memeluk erat orang tua ketika bertemu . Bersalaman dan mencium tangannya.  . Bercengkerama bebas dengan para sahabat dekat tanpa ada jarak sebagai pemisah. Setahun lebih  kita harus menahan kerinduan itu.Â
Kerinduan kepada keasyikan akan kebiasaan lama yang telah puluhan tahun kita lakukan.  Gara gara pendemi  semua bentuk kekraban , kedekatan, keintiman, sebagai saudara atau sahabat sementara waktu harus ditinggalkan. Ada jarak sebagai pemisah. Ada masker yang mengurangi kekhasan suara. Dan ada hand sanitizer , setiap habis memegang benda benda di tempat umum.
Pertanyaanya , benarkah kita merasa berat atau sedih  untuk melakukan itu semua ? atau  sulitkah mengadopsi kebiasaan baru. Berkomunikasi dengan tetap menjaga jarak.  Berkumpul dengan keluarga harus tetap mengikuti protokol kesehatan. Setiap waktu  harus memakai masker . Yang  terasa mengurangi kebebasan untuk bernafas atau bersuara ?
Atau sebenarnya hal hal baru itu mudah dilakukan . Tidak sulit untuk menyesuaikan terhadap perubahan. Karena manusia adalah makhluk yang paling mampu menyesuaiakan diri terhadap setiap perubahan lingkungannya. Yang  susah justru perasaan kita yang sulit untuk menghapus kenyamanan akan kebiasaan kebiasaan  lama . Menghilangkan kenangan yang sudah terpatri di hati. Melupakan hal hal yang biasa kita jalankan yang sudah mendarag daging . Sudah turun menurun .Sebagaimana ungkapan  anak mahasiswa, ketika ditanya untuk pindah kost kostan. Pindahnya sih gampang. Yang susah itu menghapus kenangannya.