Mohon tunggu...
Aditya Hariyadi
Aditya Hariyadi Mohon Tunggu... Penulis - Masyarakat Sipil

Ketua Dema FTK UIN Antasari Banjarmasin [20/21] | HMI Cabang Banjarmasin | IG: Aditya_hariyadi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Opini: Masa Depan Agama di Tengah Pesatnya Ilmu Pengetahuan

29 April 2020   14:18 Diperbarui: 29 April 2020   14:18 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah suatu proses pembentukan pengetahuan yang terus menerus sampai menjelaskan fenomena yang bersumber dari wahyu, hati dan semesta sehingga dapat diperiksa atau dikaji secara kritis dengan tujuan untuk memahami hakikat, landasan dasar dan asal usulnya, sehingga dapat juga memperoleh hasil yang logis.

Di beberapa negara maju, proporsi anggota masyarakat yang memeluk keyakinan agama semakin berkurang. Mereka lebih memercayai temuan-temuan dari sains dan teknologi sebagai pemberi pedoman kehidupan mereka sehari-hari. Agama semakin tersingkir perannya dalam memandu dan mengarahkan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya.

Dilansir dari Jajak pendapat WIN-Gallup International, menunjukkan ateisme meningkat di Amerika Serikat, sementara mereka yang menganggap dirinya religius mengalami penurunan. Jajak pendapat menunjukkan bahwa di AS, sejak tahun 2005, jumlah orang yang menganggap dirinya beragama telah turun dari 73 persen menjadi 60 persen. Sedangkan orang yang menyatakan diri ateis telah meningkat dari 1 persen menjadi 5 persen.

Kembali pada permasalahan awal, bagaimana keadaan agama di tengah pesatnya ilmu pengetahuan ?  saya rasa di masa depan orang tidak akan memperdulikan tentang apa itu agama. Karena kepesatan ilmu pengetahuan yang semakin luas dan itu akan menggantikan pedoman hidup umat manusia. Di tinjau dari sejarahnya pun, di Eropa hubungan agama dan pengetahuan sempat mengalami masa-masa suram ketika agama memaksakan kebenarannya. Ilmuwan yang menemukan pengetahuan baru yang berbeda dengan tafsir para pemuka agama mengalami penindasan.

Akhirnya hal ini memunculkan gerakan perlawanan berupa sekularisme yang memisahkan agama dengan kehidupan publik. Eropa menjadi maju dengan terbebaskannya para ilmuwan mengembangkan pengetahuannya. Dari sejarah di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa tidak semua orang beragama paham akan peran dan fungsinya, bahkan yang lebih ironisnya lagi agama hanya dijadikan alat untuk memeras rakyat dan hanya sebuah dogma belaka (oknum tertentu).

Lalu yang menjadi pertanyaan disini adalah, bagaimana dengan keadaan agama di Indonesia khususnya Islam ? tidak menutup kemungkinan agama yang kita Imani hari ini akan tidak laku lagi di masa depan karena pesatnya ilmu sains dan kurangnya pengetahuan tentang agama itu sendri. Apalagi menilik aturan yang di ajukan di kementrian pendidikan hanya mengutamakan skill belaka tanpa sadar hal yang paling fundamental dari semua itu adalah keimanan kita. Jika di barat percaya dengan mentiadakan tuhan dapat menghasilkan temuan baru yang luar biasa, lantas apa kabar kader umat Islam hari ini ? yang dahulu sangat banyak tokoh penemu yang luar biasa.

Agama sifatnya transendental sedangkan ilmu pengetahuan bersifat empiris rasional yang dapat diuji kebenarannya. Ayat-ayat Al-Qur'an bersifat tetap, tetapi tafsirnya dalam mengalami kontekstualisasi sedangkan kebenaran ilmu pengetahuan bersifat relative. Sebuah teori masih dianggap benar jika belum ada teori baru yang membuktikan teori lama itu salah. Dalam beragama kita beriman tentang keberadaan tuhan tanpa mempertanyakan bukti-bukti empiris karena pancaindra manusia tidak mampu menjangkau hal-hal yang sifatnya adikodrati. Akal manusia terlalu terbatas untuk memahami kompeksitas jagad raya ini. Tapi bagi kelompok agnostic atau atheis, maka kebenaran ditunjukkan oleh fakta empiris dan rasionalitas. Kelompok ini menguasai perkembangan dan perubahan dunia.
yang tertinggal dari kita adalah kita sudah tidak mau belajar lagi dan tidak bisa mengabil hikmah dari setiap kejadian yang ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun