Mohon tunggu...
Aditama Kenang
Aditama Kenang Mohon Tunggu... -

Hai F.R.D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ikhlas?

7 Mei 2018   22:31 Diperbarui: 13 Juli 2018   18:50 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dan dia menanyakan alasan kenapa bisa tertarik, dan saya hanya menjawab, "saya tertarik dengan kamu karena proses berhijrahmu, saya merasa salut dan kagum dengan niatanmu". Dia menjawab dengan bahasa yang bijak, dia menilai bahwa saya mungkin berlebihan, dan dia juga berbicara bahwa dia tak sebaik yang dilihat.

Dan dia berbicara juga, bahwa dia belum ingin menjalani hubungan serius kembali, masih ingin fokus dengan karir dan kedua orang tuanya. Dan pembicaraan saya dan dia selesai waktu itu. Dan dia berpesan tidak ingin membicarakan hal itu lagi.

Tapi semua usaha saya memperjuangkan dia kembali tidak berhenti begitu saja. Saya coba menetralisir suasana dengan dia dengan obrolan dan diskusi ringan kembali dan sebisa mungkin tidak membicarakan "hal serius" itu lagi (tetap lewat media chat, karena untuk bertemu sangat sulit). Hari demi hari, saya dan dia menjalani kehidupan masing masing. 

Dia akhirnya berprofesi sebagai pengajar, dan saya dengan rutinitas biasa. Sampai suatu ketika, saya bertemu dengan seseorang yang membawa saya dalam tempat yang tenang, orang orang yang taat dan berilmu disekeliling saya, saya merasa membutuhkan pemahaman untuk memperbaiki diri. Dan saya berpikir, mungkin dia (wanita idaman saya) menginginkan sosok pendamping yang baik yang bisa menuntunnya. 

Maka tak ada salahnya saya mencoba memperdalam keimanan dan pemahaman saya. Ditempat yang baru itu, Abah (guru saya) dan orang orang yang ada didalamnya, sangat "welcome" pada siapa saja yang bergabung. Hari demi hari saya berusaha memperbaiki pemahaman saya. 

Dan atas saran Abah (karena saya juga menceritakan niatan serius saya terhadap wanita idaman saya), saya coba berusaha dengan memperbanyak ikhtiar dan amalan amalan. Kebiasaan "chat"dengan dia tidak sesering dulu, ya mungkin karena kesibukan masing masing, tapi itu sama sekali tidak mengubah niat baik saya terhadap dia.

Setelah kurang lebih 2,5 tahun saya berusaha berikhtiar, lewat "chat" kembali, saya kembali beranikan untuk berbicara tentang niat baik saya untuk melamarnya dan menikahinya. Tapi untuk kedua kalinya dia menjawab dengan jawaban yang sama. Belum ingin menjalani hubungan serius, dia ingin fokus karir dan menambahkan bahwa dia ingin menunjukkan bakti pada orang tua. Ya penolakan untuk kedua kalinya. Dan untuk usaha saya kali ini, saya benar benar kecewa dengan hasil yang saya dapat. 

Dia (wanita idaman saya) akhirnya dilamar sebelum Puasa Ramadhan 2017 tahun lalu, dan akhirnya pada September 2017, dia sah menyandang status istri orang. Dan setelah menikah dia menetap di luar kota mengikuti suaminya. Dan semua akses komunikasi saya terhadap dia selesai sudah. Dia tutup akses komunikasi, dan mungkin ini cara dia agar saya tidak mengharapkan segala apapun dari dia.

Ya, dengan segala yang telah terjadi, jujur saya masih belum bisa ikhlas. Masih sangat belum ikhlas. Banyak  menenangkan saya dengan kata kata bijak, dan selalu bilang "ikhlaskan ikhlaskan" dan banyak orang men"judge"saya.

Ya, Maafkan hambamu ini yang masih belum bisa menerima apa yang telah engkau kehendaki. Dan saya juga sadar sesadarnya, saya yakin bahwa engkau mempunyai rencana yang baik bagi hambamu ini kelak dikemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun