Aksi Ben Cohen pada 14 Mei 2025, ketika ia memprotes perang Israel di Gaza dengan mengganggu sidang Senat AS, adalah pernyataan berani yang mencerminkan keberanian sekaligus memicu polarisasi.
Dengan berteriak bahwa Kongres "membunuh anak-anak di Gaza" melalui dukungan bom senilai miliaran dolar sambil memotong dana Medicaid, Cohen, pendiri es krim Ben & Jerry's, tidak hanya menantang kebijakan AS tetapi juga menyoroti kontradiksi moral dalam prioritas anggaran negara.
Ditangkap bersama tujuh pengunjuk rasa lain, ia tetap teguh, memposting di X setelah dibebaskan bahwa ia "tidak bisa menyebut diri orang Amerika" tanpa mempertaruhkan tubuhnya untuk keadilan.
Dari satu sudut pandang, tindakan Cohen adalah ekspresi keberanian moral di tengah meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza.
Kritiknya terhadap pemotongan Medicaid juga relevan, mengingat anggaran militer AS yang mencapai ratusan miliar dolar sering kali kontras dengan pendanaan program sosial yang terbatas.
Bagi banyak pendukungnya, Cohen mewakili suara rakyat yang merasa diabaikan oleh elit politik, terutama ketika ia menyebut dirinya mewakili "jutaan warga Amerika yang marah."
Aksi ini, meski kontroversial, menggarisbawahi peran aktivisme langsung dalam mengguncang status quo.
Dari perspektif pendukung, Cohen adalah suara moral di tengah krisis kemanusiaan.
Data independen memperkirakan puluhan ribu korban sipil di Gaza akibat eskalasi konflik, dan seruannya untuk membuka akses bantuan kemanusiaan resonan dengan jutaan orang yang prihatin.
Sebagai keturunan Yahudi, kritiknya terhadap kebijakan Israel seperti yang ia ulang dalam wawancara dengan Tucker Carlson pada 5 Mei 2025, menyebut tindakan di Gaza sebagai "genosida".
Ini menunjukkan keberanian melawan narasi dominan, terutama ketika tuduhan antisemitisme sering digunakan untuk membungkam kritik.