Mohon tunggu...
ADI PUTRA (Adhyp Glank)
ADI PUTRA (Adhyp Glank) Mohon Tunggu... Saling follow itu membahagiakan_tertarik Universalitas, Inklusivitas dan Humaniora, _Menggali dan mengekplorasi Nilai-nilai Pancasila

-Direktur Forum Reproduksi Gagasan Nasional, -Kaum Muda Syarikat Islam, - Analis Forum Kajian Otonomi Daerah (FKOD), - Pemuda dan Masyarakat Ideologis Pancasila (PMIP), -Penggemar Seni Budaya, Pemikir dan Penulis Merdeka, Pembelajar Falsafah Pancasila

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Refleksi Prabowo Subianto di SPIEF 2025 : Menalar Jalur Strategis Indonesia di Dunia Multipolar

21 Juni 2025   13:07 Diperbarui: 21 Juni 2025   13:27 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pidato Prabowo Subianto dalam SPIEF 2025 di St. Petersburg, sumber : Merah Putih

Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) merupakan momen penting bagi kerjasama global, mempertemukan para pemimpin dunia untuk mengulas isu-isu ekonomi, diplomasi, dan strategi. Pada tahun 2025, kehadiran tokoh-tokoh kenamaan seperti Paul Masha Tille, Wakil Presiden Afrika Selatan, Ding Zouyang, Wakil Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok, serta menteri dan pengusaha global lainnya menegaskan peran SPIEF dalam membentuk wacana antara negara-negara Barat, Selatan, Timur, dan Eurasia. Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang baru dilantik, memanfaatkan platform ini untuk mengartikulasikan visi yang berakar pada prinsip kemandirian nasional, kerjasama multipolar, dan filosofi ekonomi yang seimbang.

Secara kritis strategi ekonomi dan orientasi diplomasi Indonesia sebagaimana disampaikan dalam pidato internasional perdana Presiden Prabowo di SPIEF 2025. Berdasarkan komunikasi yang disampaikan secara resmi, penulis menganalisis ini menempatkan upaya ketahanan pangan dan energi, kemajuan pendidikan, serta percepatan industrialisasi Indonesia dalam konteks realokasi geopolitik kontemporer. selanjutnya penulis membahas implikasi filosofi ekonomi Indonesia yang berusaha mensintesis inovasi pasar dengan intervensi negara yang berkeadilan terhadap pembangunan domestik dan penguatan kemitraan global.

Sudut pandang Demografis Indonesia dan Prioritas Strategis sebagai Peluang dan Tanggung Jawab Pembangunan Indonesia sebagai negara terpadat keempat di dunia, Indonesia menghadapi dorongan demografis berkelanjutan, tambahan ratarata 5 juta jiwa setiap tahun, setara dengan populasi Singapura per tahun. Momentum ini memunculkan peluang ekspansi pasar dan pertumbuhan angkatan kerja, namun juga tantangan besar terkait ketahanan pangan, pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja. Menurut Presiden Prabowo di SPIEF 2025, tugas utama pemerintahan adalah melindungi dan memberdayakan rakyat Indonesia menjaga mereka terbebas dari kelaparan, kemiskinan, dan bencana lingkungan.

Urgensi demografi ini membentuk prioritas pembangunan, memaksa negara memfokuskan pada kemandirian pangan dan energi serta mempercepat reformasi pendidikan untuk meningkatkan daya saing nasional. Pendekatan terpadu ini selaras dengan kerangka pembangunan negara-negara dengan pertumbuhan cepat, di mana "Bonus Demografis" tergantung pada intervensi dan perencanaan negara yang efektif dalam tata kelola manajemen pemberdayaan persiapan masa depan.

Upaya Kemandirian Pangan dan Energi dalam Volatilitas Pasar dan Ketahanan Nasional. Sejarah fluktuasi pasar pangan dan energi menambah kerentanan Indonesia terhadap goncangan global, menjadikan kemandirian sebagai kunci ketahanan nasional. Dalam tujuh bulan pertama pemerintahan Presiden Prabowo, produksi padi dan jagung meningkat 50% menjadi angka tertinggi dalam sejarah dengan cadangan beras pemerintah mencapai 4,4 juta ton, tertinggi sepanjang masa. Pencapaian ini berkat pemberantasan korupsi, penyederhanaan regulasi, dan reformasi kelembagaan yang terfokus.

Paralel dengan itu, kemandirian energi melengkapi upaya pangan demi mengurangi ketergantungan eksternal. Keterkaitan pangan dan energi bersifat praktis dan simbolis menjadikan kedua sektor ini menjadi ukuran efektivitas pemerintahan dan prasyarat pembangunan otonom. Prioritas ini selaras dengan literatur pembangunan yang menekankan kapasitas endogen sebagai fondasi pertumbuhan berkelanjutan di Global South.

Rekonsiliasi Kapitalisme dan Sosialisme titik temu Filosofi Ekonomi Sintetis Indonesia. Kelemahan Model Ekonomi Doktriner Pengalaman Indonesia menunjukkan keterbatasan ortodoksi ekonomi yang kaku. Adopsi neoliberal selama 30 tahun terakhir memang membuahkan pertumbuhan PDB ratarata 5% per tahun, namun gagal menurunkan ketimpangan kekayaan. Sebaliknya, eksperimen sosialis murni mengorbankan inisiatif dan produktivitas. Presiden Prabowo menolak kedua ekstrem ini, mencari model kompromi yang menyeimbangkan pasar dan negara merupakan debat model lama dalam ekonomi pembangunan.

"Kebaikan Terbesar bagi Jumlah Terbanyak adalah Jalan Tengah dari Indonesia". Filosofi sentral strategi ekonomi Indonesia termaktub dalam semboyan "kebaikan terbesar bagi jumlah terbanyak." Pendekatan pragmatis ini menggabungkan dinamika kapitalisme dalam entrepreneurship, inovasi, dan inisiatif swasta berimbang dengan intervensi negara yang melindungi kelompok rentan, mengelola barang publik, dan memperbaiki kegagalan pasar.

Sikap pendirian yang proaktif anti-korupsi, rasionalisasi regulasi, dan komitmen transparansi menjadi tulang punggung operasional model ini. Peningkatan produktivitas pertanian mencerminkan hasil nyata dari administrasi yang bersih dan berorientasi tujuan. Model ini berakar pada tradisi "Pembangunan Negara" Asia Timur, yang memadukan intervensi strategis negara tanpa mengorbankan manfaat alokasi pasar.

Peran Indonesia dalam Tatanan Multipolar yang Muncul yakni Menavigasi Non-Blok di Tengah Persaingan Global. Diplomasi Indonesia tetap bebas dan aktif, berpegang pada prinsip "seribu kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak." Penekanan keikutsertaan di SPIEF dibandingkan G7 menunjukkan komitmen pada multilateralisme inklusif, bukan blok eksklusif. Dengan menjalin hubungan konstruktif melalui BRICS dan New Development Bank, Indonesia menegaskan diri dalam arsitektur alternatif yang menjanjikan tata kelola global lebih adil. Pendekatan ini menghindari polarisasi dan membuka peluang kerjasama saling menguntungkan dalam Kemitraan Strategis dari BRICS hingga ASEAN dan Lainnya. Aksesi cepat Indonesia ke BRICS dan NDB menegaskan kelincahan strategis. Selain itu, keterlibatan dalam SEIPA, CPTPP, dan kerjasama dengan OECD mencerminkan dinamika engagement Indonesia dengan negara Selatan dan Utara. Kolaborasi ini bukan sekadar transaksi, tetapi cara menginternasionalkan agenda reformasi yang menjadikan Indonesia mitra terpercaya dalam ekonomi global yang terus berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun