Mohon tunggu...
Adi Prayoga
Adi Prayoga Mohon Tunggu... Buruh - belajar

adhang-adhang tetesing embun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Respon Subsitusi Teknologi Pertanian Era 4.0 bagi Petani Konvesional. "Apakah Bisa?"

27 April 2021   04:00 Diperbarui: 27 April 2021   12:18 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://www.idntimes.com/

Respon subsitusi Teknologi pertanian era industrialisasi bagi petani konvensional, apakah bisa?

                                                                                                                 

Subsitusi cara kerja produksi dan pemasaran pertanian dari konvensional menuju digitalisasi dan internet. Singkatnya eperti itulah yang dapat dibayangkan dari pemahaman pertanian yang dilakukan pada era 4.0.

Era 4.0 sendiri merupakan suatu tahapan dimana adanya perubahan cara fikir dan cara bekerja dari cara lama yang masih menggunakan metode konvensional untuk melaksanakan suatu pekerjaan “dalam hal ini pertanian” menuju era dimana adanya terobosan digitalisasi serta penggunaan teknologi terbarukan lainnya yang secara sederhana dapat dikatakan lebih effisien dan terbarukan.

Tidak diragukan jika adanya terobosan baru akan selalu muncul, hal ini tentu tidak lepas dari kemajuan tekologi seiring perkembangan zaman. Pada era ini kemudahan akses informasi yang luas telah didukung berbagai input dan platform, maka keterkaitan akan adanya inovasi dan kemajuan adalah wajib di berbagai bidang pekerjaan khususnya pertanian.

Kemajuan pertanian di era 4.0 adalah suatu proses yang panjang dan dapat dikatakan tidak mudah dilaksanakan bagi seluruh petani Indonesia walupun jika menengok kebelakang maka sebenarnya ada berbagai perubahan signifikan yang terjadi di bidang pertanian di setiap era hingga saat ini sampai di era 4.0.

images-1-1-6086f42cd541df752e509762.jpg
images-1-1-6086f42cd541df752e509762.jpg
                                                                                                                       sumber gambar: http://mediajateng.net/

Berikut merupakan beberapa faktor yang memepengaruhi bagaimana proses peralihan nya bagi petani:

  • Usia petani
  • Tingat pendidikan
  • Kesesuaian wilayah/lahan eksisting
  • Modal

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Lokadata.id, jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Adapun dari jumlah tersebut, petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya 8 persen atau setara dengan 2,7 juta orang. Sekitar 30,4 juta orang atau 91 persen berusia di atas 40 tahun, dengan mayoritas usia mendekati 50-60 tahun. Dari data ini maka tentu dapat dismpulkan mayoritas petani adalah petani usia tua. Faktor yang selanjutnya adalah faktor tingkat pendidikan.

Seperti data yang dilansir https://akurat.co/ tingkat pendidikan petani indonesia ditampilkan sebagai berikut, yakni belum pernah sekolah 766.954 orang atau sekitar 9,65%, tidak sekolah. Yang belum Lulus SD 10.358.754 orang atau 26,54%. Sementara untuk Lulusan SD15.023.269 orang setara 38,49%, lulusan SLTP 6.330.800 orang setara 16,22%. lulusan SLTA 332.106 orang atau 8,54% dan lulusan Perguruan Tinggi dan Diploma dan Sarjana 223.809 orang setara 0,57%. Dari data diatas maka kembali dapat di simpulkan bahwa petani indonesia didominasi oleh para etani dengan pendidikan yang dapat dikatakan masih rendah.

Pada kedua faktor yang telah dipaparkan terjadi suatu korelasi yang menimbulkan fenomena lapangan dimana dengan keadaan mayoritas petani yang berumur tua dengan pendidikan rendah, presentase mereka dalam ikut berperan dalam pertanian era 4.0 masih sangat kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun