Mohon tunggu...
Adi Novendra Putra
Adi Novendra Putra Mohon Tunggu... Teknik Informatika 22 - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Teknik Informatika 22 - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah ISMS Hanya Sekadar Simulasi? Menyoal Efektivitas Risk Analysis Framework di Dunia Nyata

8 Mei 2025   15:58 Diperbarui: 8 Mei 2025   15:58 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ISMS (Sumber: Generated by AI)

Apakah ISMS Hanya Sekadar Simulasi? Menyoal Efektivitas Risk Analysis Framework di Dunia Nyata

Standar ISO 27001 telah lama diposisikan sebagai tonggak emas dalam manajemen keamanan informasi. Dengan jargon seperti "risk-based approach," "continuous improvement," dan "top management commitment," dokumen-dokumen kebijakan seolah menjelma menjadi pelindung sakti dari bencana digital. Namun ketika saya membaca artikel "Developing a Risk Analysis Strategy Framework for Impact Assessment in Information Security Management Systems" oleh Kitsios dkk. (2022), saya tidak bisa menahan diri untuk bertanya: apakah ini praktik nyata, atau hanya sekadar simulasi keamanan yang dibungkus jargon dan tabel risiko?

Ritual Risiko yang Terlalu Bersih

Artikel tersebut menawarkan sebuah studi kasus dari perusahaan konsultan TI bernama "Venus," yang berusaha mengimplementasikan ISO 27001 melalui kerangka kerja analisis risiko yang terstruktur. Mereka membangun sistem, menyusun matriks, menetapkan nilai probabilitas dan dampak secara kuantitatif, lalu membagi risiko ke dalam kategori "terima," "alih," "hindari," atau "kurangi." Di atas kertas, ini terdengar seperti kisah sukses penuh metode dan kehati-hatian.

Tapi justru di sinilah ironi bermula.

Proses yang dibutuhkan memakan waktu hampir setahun, melibatkan 16 iterasi dokumen, dan mengidentifikasi 309 skenario risiko. Dari jumlah itu, lebih dari dua pertiga ternyata sudah "teratasi" oleh kontrol yang ada sebelumnya. Pertanyaan yang langsung terlintas di benak saya: jika sebagian besar risiko sudah "tertangani" sejak awal, mengapa perlu membuang waktu berbulan-bulan menyusun kerangka kerja risiko baru? Apakah ini benar-benar tentang keamanan, atau sekadar tentang memenuhi compliance agar bisa mencantumkan logo ISO di halaman utama situs web perusahaan?

Ketika Matriks Menjadi Fetish

Model yang digunakan "Venus" bukanlah hal baru. Menentukan likelihood dan impact, mengalikan keduanya, dan memetakan skor risiko ke dalam warna-warni matriks. Tapi mari kita jujur: ini lebih menyerupai ritual administratif daripada representasi nyata dari ancaman dunia siber yang kompleks dan dinamis.

Apakah kita benar-benar bisa menyandarkan pertahanan organisasi pada model yang mengkuantifikasi kemungkinan insiden peretasan setara dengan probabilitas "0,6"? Siapa yang bisa mengklaim memiliki data empiris valid tentang seberapa sering ransomware menyerang tim proyek berbasis cloud dalam perusahaan konsultasi beranggotakan 4--30 orang? Dalam realitas, angka-angka ini lebih sering dikarang untuk menyesuaikan kebijakan daripada hasil perhitungan yang dapat diuji ulang.

Dan ketika akhirnya risiko "tinggi" ditemukan, solusinya nyaris selalu sama: tambahkan kontrol, audit lebih sering, latih pegawai. Bahasa ini terdengar bijak, tetapi sangat bisa diprediksi dan sering kali tidak menjawab pertanyaan paling mendasar: apakah organisasi benar-benar menjadi lebih aman, atau hanya terlihat lebih patuh?

CISO Baru, Masalah Lama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun