Mohon tunggu...
Adina Nisa
Adina Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang memiliki hobi berdiam diri, membaca buku, mendengarkan musik dan menonton film sebagai hiburannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cara Jitu Membangun Kelas Aktif Menggunakan Model Jigsaw

7 Oktober 2025   10:30 Diperbarui: 7 Oktober 2025   10:30 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar ilustrasi kelompok asal jigsaw (Sumber dokumen pribadi di edit melalui canva)

Selaras dengan canggihnya zaman guru dituntut untuk menguasai berbagai model pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan aktif serta tidak monoton bagi siswa. Apalagi zaman sekarang diharapkan siswa memiliki kemampuan 4C critical thinking, collaboration, creativity, dan communication. Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang di rekayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran (Khaerunisa dan Aqwal, 2020)

Salah satu cara mewujudkan pembelajaran aktif yaitu dengan menggunakan model jigsaw. Mari berkenalan dengan model Jigsaw. Model jigsaw merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam kelas yang heterogen (Palennari (dalam Abbas, 2019). Model jigsaw tergolong model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa ke dalam kelompok asal dan kelompok ahli, ini lah yang menjadi ciri khas dari model pembelajaran jigsaw. Tokoh yang mempopulerkan model pembelajaran jigsaw ialah Elliot Aronson yang merupakan ahli pendidikan di Amerika. Pengembangan model ini dilakukan pada tahun 1971. Lalu bagaimana langkah-langkah penerapan model jigsaw ini?

Model jigsaw 1 dapat diterapkan melalui sintaks berikut :

1.Membentuk kelompok Asal

Guru dapat membentuk siswa ke dalam kelompok/group terdiri 4-6 kelompok, perlu diingat dalam pembagian kelompok haruslah bisa dibagi rata misalnya, terdapat 5 kelompok yang didalamnya terdapat 5 siswa maka seluruh kelompok dari kelompok pertama sampai kelompok 5 itu haruslah memiliki anggota yang sama yaitu 5 siswa.

Berikut ilustrasinya :

(gambar ilustrasi kelompok asal jigsaw (Sumber dokumen pribadi di edit melalui canva)
(gambar ilustrasi kelompok asal jigsaw (Sumber dokumen pribadi di edit melalui canva)

2.Membagi konten ke dalam jumlah yang sama sesuai kelompok

Guru membagi materi ke dalam konten-konten kecil yang sesuai dengan kelompok jigsaw yang dimiliki. Pastikan satu konten mewakili satu anggota kelompok.

3.Setelah membagi konten ke dalam jumlah yang sama sesuai kelompok, maka selanjutnya ialah membagi satu konten tersebut kepada masing-masing anggota kelompok jigsaw. Misalnya menetapkan materi 5 sila pancasila ke dalam kelompok jigsaw, maka masing-masing anggota jigsaw tersebut mendapatkan satu konten yakni butir sila di tiap anggota.

4.Setelah masing-masing anggota mendapatkan konten, maka kegiatan yang dilakukan siswa selanjutnya yaitu setiap siswa mempelajari bagiannya secara mandiri. Satu kelompok berkumpul dengan semua siswa lain yang memiliki konten yang sama. Ini disebut dengan kelompok ahli. Ketika berkelompok siswa tidak benar-benar berinteraksi dengan kelompok base/asal namun mereka akan sibuk mencari tahu atau mempelajari konten yang dimilikinya. Nantinya siswa di tiap-tiap kelompok ahli akan membandingkan ide-ide mereka, saling menggali informasi/sharing informasi yang belum diketahui, bekerjasama menyusun semacam presentasi yang digunakan untuk menjelaskan kepada kelompok base/kelompok asal mereka.

5.Siswa kembali ke kelompok asal dan masing-masing bergiliran mempresentasikannya.

Siswa yang belum/sudah mendapatkan jatah untuk melakukan presentasi di kelompok asal selain menyimak kegiatan yang dapat dilakukan yaitu mencatat dan bertanya.

6.Menilai semua siswa di kesuluruhan materi. Penilaian mencakup keseluruhan materi yang dipelajari, dapat berupa kuis sederhana. Dalam penilaian terdapat perbedaan antara jigsaw 1 dengan jigsaw 2. Pada jigsaw 1 siswa di nilai secara individual dan hanya menerima satu score. Jigsaw 2 dikembangkan oleh Robert Slovin pada tahun 1986, pada jigsaw 2 score kuis diberikan satu kali pada siswa secara individu kemudian score setiap siswa di rata-rata untuk menghasilkan score kelompok.

Setelah membahas langkah-langkah model jigsaw hal yang juga perlu diketahu ialah adanya kelebihan dan kekurangan model pembelajaran jigsaw, mari kita ulas.

Kelebihan Model Pembelajaran jigsaw :

1.Meningkatkan tanggung jawab siswa

Supaya bisa menjelaskan kepada teman lainnya siswa diminta untuk menggali informasi sesuai dengan konten yang dimiliki sehingga meningkatan rasa tanggung jawab yang dimilikinya.

2.Mendorong Pembelajaran aktif

Siswa tidak hanya mendapatkan informasi dari guru yang bersifat satu arah melainkan siswa mendapat informasi dengan cara membaca, menganalisis, bertukar wawasan dengan teman yang menjadikan pembelajaran aktif.

3.Meningkatkan keterampilan komunikasi dan sosial

Siswa juga diminta untuk menjelaskan suatu konsep kepada rekan, dari sana siswa akan belajar berkomunikasi dengan baik, melakukan tanya jawab, berdiskusi untuk menyatukan pemikiran. Ini sangat bagus untuk kemampuan interpersonalnya.

4.Efektif untuk kelas heterogen

Dalam satu kelompok yang terbagi memiliki keberagaman kognitif, siswa yang paham akan memperkuat pemahamannya dengan menjelaskan konsep kepada siswa yang kurang paham, sebaliknya siswa yang kurang paham akan menjadi paham.

5.Menumbuhkan ketergantungan yang positif

Keberhasilan suatu group/kelompok bergantung pada kerjasama tim yang terbangun dari sana tercipta iklim yang positif atau supportif.

Kita telah mengetahui beberapa kelebihan dari model pembelajaran jigsaw, pertanyaan selanjutnya ialah apa saja kelemahannya?

Kelemahan model pembelajaran jigsaw :

1.Membutuhkan waktu lebih lama

Siswa berkelompok dengan kelompok ahli untuk membangun pemahaman kemudian menjelaskan kembali kepada kelompok asal akan membutuhkan waktu yang lebih lama. Maka dari itu dibutuhkan batas waktu untuk mengelola agar lebih efisien.

2.Risiko pemahaman yang salah atau kurang mendalam

Jika siswa di dalam kelompok ahli tidak memahami materi dengan benar atau terjadi maka siswa tersebut bisa menyebarkan informasi yang salah kepada rekannya.

3.Tuntutan manajemen kelas yang tinggi

Guru harus pandai dalam mengelola kelas baik dari segi waktu ataupun jika terjadi kebisingan kelas maupun kelas yang sulit dikendalikan. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal guru harus menyiapkan strategi yang kuat.

4.Siswa terlalu dominan atau terlalu pasif

Terkadang di dalam suatu kelas terdapat siswa yang pemalu/pasif kemudian ada yang terlalu aktif sehingga mendominasi karena kelompok bersifat heterogen maka dapat diberikan alternatif solusi dengan memberikan tambahan siswa untuk berpasangan apabila siswa tersebut secara kognitif kurang atau pasif. Pada saat berkelompok dengan kelompok ahli, bisa juga dengan memberikan arahan kepada kelompok ahli untuk benar-benar memastikan rekannya itu paham, jika belum paham maka didampingi atau diberikan penjelasan extra teman sebayanya.

5.Tidak semua materi bisa dibagi

Pada model ini dibutuhkan materi yang bersifat informatif dan bisa dibagi menjadi beberapa sub topik yang setara, namun pada kenyataannya tidak semua materi pelajaran dapat dibagi atau dipecah menjadi bagian-bagian sub topik yang berdiri sendiri namun saling terkait.

Model pembelajaran jigsaw menjadi refrensi bagi guru untuk menerapkan pembelajaran yang aktif, guru tidak hanya melakukan ceramah yang membuat pembelajaran siswa gen z atau gen alpha bosan, namun juga bisa memvariasikannya dengan menyulut keaktifan siswa. Dimulai dari belajar bersama, saling berkolaborasi untuk memahami sub topik akan mengasah keterampilan berpikir kritis, komunikasi, kolaborasi yang penting dimiliki siswa untuk menghadapi situasi zaman yang semakin cepat. Selain itu dibutuhkan peran guru dalam mengelola kelas agar pembelajaran berjalan maksimal dan optimal menghadapi tantangan di dalam kelas. Setelah mengetahui model jigsaw, apakah anda tertarik untuk menerapkannya di kelas?  

Daftar Pustaka:

Abbas, M. L. H. (2019). Penerapan pembelajaran model jigsaw untuk meningkatkan minat dan hasil belajar fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, 5(2), 270--277. https://doi.org/10.29303/jpft.v5i2.1409

Khoerunnisa, P., & Aqwal, S. M. (2020). Analisis model-model pembelajaran. Fondatia: Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1), 1--27. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/fondatia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun