Mohon tunggu...
Adi Lagaruda
Adi Lagaruda Mohon Tunggu... -

Tau Battu ri Bone Lassuka ri Gowa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesan-pesan Kepemimpinan dalam Lontara Makassar

22 Agustus 2010   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 4856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lontara, selain merupakan nama aksara (Aksara Lontara) juga adalah merupakan naskah (catatan) yang didalamnya memuat informasi atau pesan-pesan penting. Termasuk didalamnya adalah pesan-pesan kepemimpinan. Berikut adalah sedikit pesan-pesan yang terdapat dalam lontara makassar mengenai kepemimpinan antara lain : Bagaimana kedudukan pemimpin dan rakyat, apa-apa yang harus diperhatikan bagi seoarang pemimpin, kriteria dalam memilih seorang pemimpin, apa-apa yang harus diperhatikan dari seorang pemimpin, pantangan bagi seorang pemimpin serta masalah pembagian waktu bagi seorang pemimpin.

Kedudukan pemimpin serta rakyat

Pemimpin dalam lontara diibaratkan sebagai Angin (anging), Air (je'ne), juga sebagai Jarum (jarung). Adapun rakyat diibaratkan sebagai Daun (leko' kayu), Batang Pohon (batang kayu), Benang (bannang panjai'). Hal ini dapat dilihat dalam ungkapan :

1) Anging na leko' kayu ; anginmako na ikambe leko kayu, miri'ko anging namarunang leko' kayu. Artinya Raja atau pemimpin di ibaratkan sebagai angin dan rakyat diibaratkan sebagai daun. Dimana angin berhembus nampak daun bergoyang mengikuti arah angin.

2) Je'ne na batang mammayu ; je'nemako ikau na ikambe batang mammayu, solongko je'ne namammayu batang kayu. Artinya Raja/ Pemimipin diibaratkan sebagai air dan rakyat di ibaratkan sebagai batang yang hanyut. Kemana air mengalir kesana pula batang akan hanyut. Apa kehendak Raja/ Pemimpin rakyat akan patuh.

3) Jarung na bannang panjai' ; jarungmako Ikau na ikambe bannang panjai, ta'leko jarung namminawang bannang panjai. Artinya Raja/ Pemimpin diibaratkan sebagai jarum dan rakyat diibaratkan sebagai benang kelindang. Jarum tidak akan ada gunanya tanpa didukung oleh benang kulindang, kalau pada suatu saat jarum digunakan atau menggunakan diri tanpa benang hanya akan merusak dan menimbulkan rasa sakit. Benang juga merupakan lambang pemersatu. Namun hal ini disanggah dengan ungkapan : IA SANI LAMBUSUPPI NAKONTU TOJENG. Artinya, angin boleh berhembus dan daun akan bergoyang, air boleh mengalir dan batang akan ikut, jarum boleh merajut dan benang akan ikut. Hal ini akan terwujud bila Raja/ Pemimpin berada dalam kejujuran, arif dan bijaksana.


Hal tersebut dapat pula dilihat dalam ikrar/ sumpah (Aru) orang Gowa terhadap  Rajanya, yang cuplikannya sebagai berikut :

Ikau anging Karaeng
Na ikambe leko' kayu
Mirikko anging
Namarunang leko' kayu
Iya sani madidiyaji narunang

Ikau je'ne Karaeng
Na ikambe batang mammayu
Solongko Je'ne
Namamminawang batang kayu
Iya sani sompo bonangpi kiayu

Ikau jarung Karaeng
Na ikambe bannang panjai'
Ta'leko jarung
Namamminawang bannang panjai'
Iya sani lambusuppi nakontu tojeng.

Yang harus diperhatikan bagi seoarang pemimpin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun