Mohon tunggu...
Adi Lagaruda
Adi Lagaruda Mohon Tunggu... -

Tau Battu ri Bone Lassuka ri Gowa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kitab Galigo Tidaklah Lebih Tua dari Aksara Lontara

3 Agustus 2010   08:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kitab dan Aksara ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Kitab Galigo atau biasa juga disebut Sureq Galigo adalah sebuah epik mitos penciptaan dari peradaban Bugis Makassar di Sulawesi Selatan (sekarang bagian dari Republik Indonesia) yang ditulis diantara abad ke-13 dan ke-15 dalam bentuk puisi kuno, ditulis dalam huruf lontara kuno. Puisi ini terdiri dalam sajak bersuku lima dan selain menceritakan kisah asal-usul manusia, juga berfungsi sebagai almanak praktis sehari-hari. Epik ini panjangnya melebihi Mahabharata dari India, bahkan ada yang menduga bahwa epik ini lebih tua dari Mahabarata yang dari India tersebut.

Aksara Lontara adalah aksara yang dipakai dalam kitab La Galigo, dan sebagaimana dikatakan diatas bahwa Kitab tersebut ditulis dalam aksara lontara kuno, jadi bukan ditulis dalam lontara yang ada sekarang (lontara belah ketupat). Berikut aksara lontara kuno yang dipakai dalam kitab tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Matthes sang penulis ulang, dikutif oleh Holle (1882).

Adalah Daeng Pamatte yang dikenal sebagai pencipta aksara lontara ini, sebagaimana disebutkan dalam Lontara Gowa (catatan harian kerajaan), berikut kutipannya :

(...iapa anne karaeng uru apparek rapang bicara, timu-timu ri bunduka. Sabannarakna minne Karaenga nikana Daeng Pamatte. la sabannarak, la Tumailalang, iatommi Daeng Pamatte ampareki lontarak Mangkasarak).

(...Baru Raja inilah yang pertama membuat undang-undang dan peraturan perang. Syahbandar raja ini bernama Daeng Pamatte, dia syahbandar dan dia juga Tumailalang, Daeng Pamatte inilah yang membuat lontarak Makassar).

Lahirnya aksara lontara (1538) bermula karena ia (Daeng Pamatte) diperintah oleh Karaeng Tumapa’risik Kallonna untuk mencipta hurup Makassar. Hal ini mungkin didasari kebutuhan dan kesadaran dari Baginda waktu itu, agar pemerintah kerajaan dapat berkomunikasi secara tulis-menulis, dan agar peristiwa-peristiwa kerajaan dapat dicatat secara tertulis. Aksara lontara sendiri sudah mengalami perkembangan dan perubahan baik jumlah maupun bentuknya sejak diciptakannya.

Lantas apa yang membuat orang-orang beranggapan/ berpendapat bahwa Kitab Galigo lebih tua dari Aksara Lontara itu sendiri...? Jawabannya adalah karena Kitab Galigo tersebut bercerita mengenai awal dimulainya "penciptaan" dunia serta bercerita mengenai "manusia pertama" sebagai penghuni bumi, juga tidak lepas dari isinya yang penuh dengan mitos. Kalau demikian apa bedanya dengan Al-Quran sebagai kitab suci serta kitab-kitab suci lainnya yang ada sekarang ini, yang juga didalamnya banyak bercerita mengenai awal penciptaan dunia serta penciptaan manusia pertama, yang didalamnya juga banyak mengandung makna yang tersembunyi. Dapatkah kita katakan bahwa Kitab Suci tersebut lebih dahulu ada daripada tulisan/ aksara yang dipakai dalam kitab tersebut...? Jawabannya adalah TIDAK...oleh karena tidaklah mungkin suatu kitab bisa tercipta tanpa adanya aksara/ tulisan lebih dahulu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kitab Galigo tidaklah lebih tua dari Aksara Lontara. Adapun tua (lebih dahulu ada) yang dimaksud adalah ceritanya dan bukanlah kitabnya, oleh karena suatu cerita dapat hidup dan berkembang sepanjang keberadaan manusia itu sendiri.

Wassalam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun