Nama Prabu Jayabaya, raja Kediri abad ke-12, selalu melekat dengan ramalan yang dipercaya masih relevan hingga hari ini. Salah satunya adalah nubuat mengenai datangnya zaman goro-goro, masa kekacauan, kebingungan, dan terbaliknya tatanan kehidupan.Pertanyaannya, apakah kita sudah berada di masa itu?
Membaca Ulang Ramalan Jayabaya
Dalam kepercayaan Jawa, goro-goro adalah istilah pewayangan untuk menggambarkan situasi kacau, menjelang munculnya keseimbangan baru. Ramalan Jayabaya menyebut masa di mana keadilan sulit ditegakkan, orang pintar kalah dengan orang licik, pejabat mencari keuntungan pribadi, dan rakyat kecil menjadi korban.
Jika melihat situasi hari ini, sulit menutup mata bahwa beberapa tanda itu memang terasa. Ketimpangan sosial masih nyata, korupsi tak pernah hilang, media sosial penuh informasi simpang siur, sementara suara rakyat seringkali tertutup oleh hiruk pikuk kepentingan politik.
Refleksi Sosial Kita
Namun, apakah benar ini zaman goro-goro seperti ramalan? Atau hanya siklus alami kehidupan bangsa yang sedang menghadapi ujian? Ramalan tidak bisa dijadikan kepastian sejarah, tapi ia menyimpan pesan moral: bahwa kekacauan hanya bisa ditaklukkan dengan kesadaran, persatuan, dan perubahan perilaku manusia itu sendiri.
Bagi masyarakat Jawa, ramalan Jayabaya adalah cermin. Ia mengingatkan bahwa setiap zaman punya “goro-goro”-nya sendiri. Tinggal bagaimana kita membaca tanda-tanda itu, lalu mengambil sikap.
Mungkin kita tidak sedang menunggu akhir zaman, melainkan tengah menjalani fase ujian yang harus dilalui bersama. Apakah bangsa ini tenggelam dalam goro-goro, atau justru melahirkan tatanan baru yang lebih adil? Jawabannya ada pada kita semua.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI