Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"One for The Road", Lebih dari Sekadar Cerita "Pahit" Para Mantan

2 Juli 2022   10:00 Diperbarui: 4 Juli 2022   19:01 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film Thailand "One for The Road" | Sumber: IMDB via Kompas.com

Meski begitu, sutradara Baz Poonpiriya tampaknya melihat bahwa itulah cara terbaik untuk menyelami kehidupan Aood yang penuh liku. Setahap demi setahap, kita bakal dibawa melihat sisi lain Aood, yang sebelumnya tidak banyak tercermin di awal film. Alhasil, setelah memahami kejadian secara keseluruhan, maka persepsi kita terhadap Aood bisa berbalik 180 derajat!

Penampilan Ice Natara sebagai Aood tentu perlu mendapat apresiasi. Totalitasnya dalam berakting tampak jelas di film ini. Ia rela menggunduli rambutnya dan melakukan diet ketat demi terlihat sangat kurus, layaknya pasien kanker yang baru saja dikemo. Aktingnya yang kalem mampu membuat kita bersimpati terhadapnya, meski di sisi lain, kita mungkin bakal menghujatnya jika kita tahu apa yang dilakukannya pada masa lalu!

Film ini jelas memuat banyak unsur simbolik. Buktinya kita bakal melihat hal klasik dan modern di dalamnya. Hal klasik misalnya diwakili oleh mobil tua yang dipakai Aood dan Boss untuk menemui mantan-mantannya. Boleh jadi, mobil tua dipakai untuk melambangkan perjalanan menuju masa lalu.

Pemakaian mobil tua sebagai simbol mengingatkan saya pada film Drive My Car (2021). Dalam film tersebut, penggunaan simbol mobil juga menyiratkan makna yang serupa, sebab tokoh Yusuke Kafuku kerap bepergian mengendarai mobil tuanya. Meski mempunyai cukup uang, ia ogah mengganti mobilnya, semata-mata karena mobil itu sarat kenangan yang berharga. Mobil tersebut kemudian menjadi simbol kesetiaan terhadap sesuatu yang sudah berlalu.

Kembali ke One for The Road. Simbol-simbol lain bisa juga dijumpai dari barang-barang yang dikembalikan Aood kepada para mantannya. Mengapa Aood mesti pergi ratusan kilometer hanya untuk mengembalikannya kepada orang yang mungkin sudah melupakannya sama sekali? Bukankah akan lebih baik kalau itu semua dibuang saja, seperti halnya kenangan getir yang sangat layak dihapus dari ingatan?

Bagi Aood, barang-barang itu mungkin terlalu bermakna untuk dicampakkan begitu saja! Harganya boleh jadi tak seberapa, tapi kenangan di dalamnya bisa jadi tak ternilai. Makanya, ketimbang berakhir di tempat sampah, barangkali akan jauh lebih baik jika barang-barang tersebut dikembalikan saja kepada pemiliknya. Demi membuka jalan bagi sebuah pertemuan. Demi memberi makna baru pada sebuah kenangan!

Film ini sebetulnya merupakan film sederhana, yang dikemas dengan cara yang berbeda. Menyaksikan film ini membuat kita merenungi makna sebuah hubungan. Hubungan antarteman dan hubungan antarkekasih. Jadi, jika kita membayangkan diri kita menjadi Aood yang punya sedikit waktu, bersediakah kita memperbaiki sebuah hubungan yang dulunya telah retak, dan kemudian kita membikinnya abadi dalam ingatan?

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun