Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

PDB Terus Naik, tapi IHSG Kok Malah Ambyar?

13 Februari 2020   09:01 Diperbarui: 13 Februari 2020   09:02 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Growth Domestic Bruto (sumber: https://previews.123rf.com)

Belum lama ini, saya menemukan sebuah fakta yang cukup menarik bahwa pada tahun 2018, pertumbuhan Growth Domestic Bruto (GDB) Indonesia telah menembus angka 1 triliun USD.

Jika dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya, pertumbuhan tadi boleh disebut cukup pesat. Sebab, pada tahun 2008, GDB Indonesia masih berada di kisaran 500 miliar USD. Hanya dalam waktu yang relatif "singkat", nilainya ternyata bisa naik double digit!

GDB Indonesia (sumber: dokpri)
GDB Indonesia (sumber: dokpri)
Hal ini tentu menjadi sebuah indikator yang positif dalam menilai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebab, semakin pesat pertumbuhan GDB sebuah negara, berarti semakin makmur rakyatnya.

Hal ini bisa dimaklumi karena GDB dihitung dengan menjumlah semua produk dan jasa yang dihasilkan sebuah negara dalam waktu satu tahun.

Kalau dibandingkan dengan negara lain, pertumbuhan GDB Indonesia sebetulnya masih kalah jauh. Ambil contoh pertumbuhan GDB Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2018, GDB AS telah mencapai angka 20,5 triliun USD. Jumlah ini 20 x lipat-nya GDB Indonesia.

GDB Amerika Serikat (sumber: dokpri)
GDB Amerika Serikat (sumber: dokpri)
Untuk mencapai pertumbuhan sebesar itu, AS tentu telah melalui banyak sekali peristiwa. Ada perjalanan panjang yang mesti ditempuh hingga AS berada di posisi sekarang.

Meski begitu, jika merunut catatan sejarah, kondisi ekonomi AS pada masa lalu sebetulnya mirip dengan kondisi ekonomi Indonesia pada masa kini.

AS berhasil mencapai GDB 1 triliun USD pada tahun 1969, sementara Indonesia baru meraih angka yang sama pada tahun 2017.

Pencapaiannya sama, hanya yang beda adalah soal tahun. AS memperoleh "prestasi" tersebut lebih cepat 48 tahun daripada Indonesia!

Walaupun pertumbuhan GDB Indonesia masih tertinggal, bukan berarti tidak akan ada perkembangan pada masa depan. Saya pribadi justru memandang bahwa perekonomian Indonesia akan terus bertumbuh pada tahun-tahun berikutnya.

Alasannya? Pertama, karena jumlah penduduk Indonesia akan terus bertambah.

Berdasarkan data Bank Dunia, per tahun 2018, penduduk Indonesia tercatat berjumlah sekitar 267 juta jiwa. Angka ini boleh jadi akan terus meningkat, mengingkat tingkat fertilitas di Indonesia masih terbilang tinggi.

Untuk sebuah negara di kawasan Asia, kondisi ini masih tergolong bagus. Coba kalau kita lihat komposisi penduduk dari negara-negara asia lain, seperti Jepang.

Walaupun mempunyai GDB sebesar 4,9 triliun USD, pada saat ini, Jepang malah sedang mengalami "krisis kependudukan", karena jumlah penduduknya yang berusia tua lebih banyak daripada yang muda.

Hal itu bisa terjadi karena anak muda di Jepang "malas" berkeluarga dengan bermacam alasan. Tingkat fertilitas di sana rendah, sehingga jumlah penduduknya dalam satu dekade terakhir cenderung berkurang!

Maka, jangan heran, pertumbuhan GDB Negeri Sakura terlihat jalan di tempat dalam beberapa dekade terakhir.

Kedua, Indonesia tengah menikmati bonus demografi. Bonus demografi sejatinya adalah sebuah kondisi yang mana jumlah penduduk berusia produktifnya (15-64 tahun) jauh lebih besar daripada penduduk berusia nonproduktif.

Situasi ini sebetulnya bisa menguntungkan Indonesia. Pasalnya, peningkatan penduduk yang berusia produktif bisa diiringi peningkatan daya beli. Bukankah kalau ada banyak orang yang mendapat pekerjaan, roda perekonomian akan berputar lebih lancar?

Kondisi tersebut bisa terwujud kalau pemerintah dapat menyediakan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat. "Keran" investasi mesti dibuka lebih lebar agar ada banyak investor yang tertarik menanamkan modal di tanah air. Kalau hal ini terjadi, pembangunan akan bertumbuh, lapangan kerja akan tersedia, dan rakyat akan tambah sejahtera.

Kalau melihat faktor-faktor tersebut, hal itu tentu bisa menjadi "kesempatan emas", terutama bagi investor saham. Maklum, pertumbuhan GDB umumnya menjadi salah satu acuan dalam mengukur pertumbuhan bursa saham. Semakin pesat pertumbuhan GDB suatu negara, semakin tinggi potensi kenaikan suatu pasar saham.

Dengan mencermati hal-hal tadi, investor tentu bisa berandai-andai bahwa nilai IHSG akan terus mengalami kenaikan pada masa depan.

Biarpun pada tahun ini, IHSG cenderung ambyar ke kisaran 5900-an karena terus "diberondong" oleh pelbagai sentimen negatif, bukan mustahil beberapa tahun lagi, nilainya akan melampaui puncak tertingginya!

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun