Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Ang Mada Bana" dan Nasib Memprihatinkan Oplet di Kota Padang

8 Agustus 2019   20:49 Diperbarui: 10 Agustus 2019   15:35 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Danrem 032/Wirabraja, Brigjen TNI Kunto Arief Wibowo, didampingi Dandim 0312/Padang, Letkol Czi Rielman Yudha, memasangkan stiker tanda peserta lomba adu tangkas driver angkot se-Kota Padang, Rabu (7/8/2019).

KODIM 0312/Padang menampilkan kegiatan unik menarik dalam rangka memeriahkan HUT ke-350 Kota Padang dan HUT ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI). 

Tak tanggung-tanggung, kegiatan itu tampilan komunikasinya 'luar biasa'. Belum pernah dilakukan selama ini. Begitu tepat sasarannya. Walau hanya menampilkan komunitas angkutan kota, tapi gaungnya begitu menggema. Sebab, nama kegiatannya sungguh unik: 'ang mada bana'. Ucapan hardik menjengkelkan bagi mereka yang minim sopan santun di tanah bertuah ini. Jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia, artinya kira-kira: 'kamu sangat bandel'.

Hardikan berang dengan ucapan 'ang mada bana' biasanya disampaikan ayah atau mamak pada anak atau kemenakannya yang lelaki pemalas, bandel, dan tak patuh pada orangtua. Ucapan itu pertanda sangat berang. 

Meski ucapan itu sudah sering dilontarkan, namun mereka yang jadi sasaran cenderung tidak mengindahkan. Tetap saja tak tertib, bandel, pelawan, dan masa bodoh. Tentu, sopir oplet di kota tercinta ini tak kita kehendaki demikian.

Kontes adu tangkas yang disponsori Kodim 0312/ Padang dan disupport Korem 032/Wirabraja di lapangan Imam Bonjol, Kota Padang, Rabu (7/8/2019), terbilang menggelitik dan memunculkan hiburan yang bermakna. 

Apalagi, pesertanya sopir oplet bersama kendaraannya. Yang membuat tertawa atau setidaknya tersenyum simpul adalah istilah 'ang mada bana' yang dimunculkan. Sungguh bermakna dan sangat dalam artinya.

Sudah sangat lama angkutan oplet jadi 'raja jalanan' di kota tercinta ini. Perannya luar biasa sebagai moda transportasi murah meriah. Berpenumpang maksimal 10 orang, mampu melayani warga kota ke sehala penjuru sesuai dengan jurusan atau trayek yang ditetapkan. 

Kini, nama besar oplet sudah mulai memudar. Kalah saing dengan angkutan milik perusahaan berlevel 'unicorn' yang sudah 'menyerbu' kota tercinta ini. Go-jek, Go-car, dan Grab sudah begitu berkuasa. Tak terbendung. Oplet merana, penumpangnya berpindah ke angkutan modern.

Oplet yang tak ramai lagi penumpangnya terkadang sopirnya, meski tidak semua, tampil ugal-ugalan. Terutama oplet yang disopiri anak-anak muda. Menyalip kendaraan lain, berhenti mendadak, bermusik keras, berkaca gelap. 

Risih menghinggapi banyak pihak. Terus terang, oplet di Padang kini nasibnya memprihatinkan. Sehingga, sopirnya terkadang meradang, berang, tertawa, atau 'marutok surang', penumpang pun menghilang. Berpindah ke angkutan yang lebih menjanjikan kenyamanan.

Seandaianya saja banyak warga Kota Padang yang kurang simpati dengan sopir oplet sekarang dan kontes di Imam Bonjol memunculkan istilah 'ang mada bana', mau tak mau kita kita akui sajalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun