Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kisah Hj. Evalinda, Tertatih-tatih Merintis d' Besto Sekarang Tersebar di Indonesia

22 Juli 2016   15:19 Diperbarui: 22 Juli 2016   20:24 12656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Goreng ayam (chicken dan burger) spesifik d' Besto. Di Padang, lokasinya berada di depan kampus Fakultas Kedokteran Unand, Jati. (FOTO: DOK. PRIBADI)

Dari usaha tertatih-tatih, teraniaya, hingga berjualan kue keliling pelosok Jakarta, namun berkat ketabahan serta doa Bunda, Allah pun memberi rahmat. Kini beragam nikmat sudah dikecap dan dirasakan dokter hewan (drh) Hj. Evalinda Amir bersama suaminya yang juga dokter hewan, Setyajid.

Uniknya, kedua dokter hewan jebolan IPB itu dalam kesehariannya bukan mengabdi mengembangkan peternakan, tapi ‘mengorbankan’ 12 ribu ekor ayam untuk melayani pelanggannya melalui usaha kuliner d' Besto (chicken dan burger), semacam kafe yang jumlahnya saat ini sudah 165 cabang tersebar di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Sumatra Barat, dan Riau. Kafe itu juga akan mengembangkan sayapnya ke Lampung, Jambi, dan Sumatra Utara.

Evalinda Amir, putri pedalaman Sumatra Barat, itu memiliki ranah kelahiran berjarak 135 kilometer dari Padang, tepatnya di Desa Ampanggadang, Talago, Kecamatan Guguk, wilayah utara Kabupaten limapuluh Kota.

Sementara suaminya, Setyajid, berasal dari Bojonegoro. Ikan di laut, asam di gunung, dalam belanga bertemu juga. Begitulah jodoh. Bogor, jadi kota nostalgia bagi pasangan pengusaha kuliner sukses itu.

Eva Amir mengatakan 'sukses' yang didapatnya saat ini bukan datang tiba-tiba. Tapi melalui onak duri kehidupan yang luar biasa nestapanya.

D’Besto Selalu ramai dikunjungi pelajar dan mahasiswa. (FOTO: DOK. PRIBADI)
D’Besto Selalu ramai dikunjungi pelajar dan mahasiswa. (FOTO: DOK. PRIBADI)
Pasangan serasi Eva dan Setyajid adalah dua anak muda Indonesia, tamatan IPB tahun 1989 namun masih sejak di bangku kuliah sudah mulai merintis usaha kuliner tahun 1994 di Jakarta dengan kafe 'KuFC', dengan menu favoritnya ayam goreng yang sejenis dengan ayam goreng asal luar negeri.

Berkat ketabahan menjalankan usaha, 'Ku FC' bisa buka cabang delapan buah di Jakarta. Namun, Jakarta bergejolak. Tahun 1998 Pak Harto jatuh. Jakarta rusuh. 'Ku FC' bangkrut.

“Luar biasa cobaan waktu itu,” kata Eva saat berlebaran di kampung halamannya di Ampanggadang baru-baru ini.

Bukan ‘'Ku FC' saja yang bangkrut. Banyak lagi usaha lainnya. Krisis ekonomi menyusul kejatuhan Pak Harto, sangat memukul usaha kuliner yang dibina Eva Amir dengan susah payah. Tidak mungkin bangkit lagi.

“Namun kami tidak patah arang. Kami kemudian berjualan kue dan dipasarkan ke kedai minuman. Dinihari sudah bangun, termasuk orangtua ikut membantu. Banyak jenis kue yang kami bikin. Peminatnya terus bertambah. Lega juga kami sekeluarga. Allah tampaknya sayang pada umatnya yang bekerja keras. Ini memang kami buktikan,” paparnya.

Di saat usaha beragam kue semakin laris, Eva dan suaminya bangkit lagi dengan merintis usaha ayam goreng bernama d' Besto. Artinya 'bagus'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun