Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Editor Malas, Naskah Memelas

13 Februari 2012   00:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di media cetak, koran, tabloid, dan majalah misalnya, proses berita naik tayang dimulai dari reporter. Berita atau artikel yang ditulis kemudian disunting editor atau redaktur. Hasil editing, redaktur pelaksana biasanya memeriksa lagi. Pemimpin redaksi sebagai pucuk pimpinan tertinggi news room, juga ikut mengecek.

Dari redaktur, redaktur pelaksana, sampai pemimpin redaksi, tugas utama mereka ialah editing. Tak sekadar kalimat, tetapi yang terpenting arah artikel itu sesuai tidak dengan kebijakan media massa. Apakah kontennya tidak menyinggung masalah sensitif dan apakah artikel itu bakal disukai pembaca atau tidak.

Pekerjaan rinci keeditoran, seperti kalimat, tanda baca, judul, subjudul umumnya dikerjakan di redaktur. Di redaktur, idealnya sebuah naskah itu sudah jadi. Sudah bagus. Enak dibaca. Nah, andaipun ada item editing lain di korektor bahasa atau copy editor, tidak terlalu banyak perubahan lagi. Copy editor "cuma" memperbaiki tanda baca, huruf kecil atau huruf kapital, dan sejenisnya. Yang parah kalau tugas editor tidak maksimal. Yang mestinya menjadi pekerjaan editor, tak dilakukan dengan baik. Akibatnya, ia menyisakan beban kerja yang diemban copy editor.

Kalau sekadar salah ketik atau miss type mungkin tak bermasalah. Yang menjadi beban kerja menumpuk jika kalimat masih bertele-tele, logika tidak pas, bahkan editing yang berantakan di san-sini.

Editor memang rekan penulis. Redaktur memang editornya reporter. Tanggung jawab bagus tidaknya naskah ada di mereka. Tidak kepada yang lain. Bukan juga di copy editor. Jadi, tanggung jawab editing mutlak di mereka. Jika hasil editing tidak rapi, mereka yang dipersalahkan. Ini penting agar setiap editor menjalani pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Tidak membebani pekerjaan kepada yang lain meski secara struktur kerja memang demikian.

Maka itu, meski editor andal, pekerjaan yang remeh-temeh pun mesti dilakoni. Memperbaiki tanda baca, huruf kapital-kecil, meringkas kalimat, dan sebagainya.
*
Saya kebetulan menjadi pembina di dua ekstrakurikuler jurnalistik sekolah di Bandar Lampung. Melatih siswa menulis artikel berita dan nonberita memang mesti sabar. Sebab, namanya saja berlatih, dalam rentang tertentu, mereka masih sulit menulis dengan bagus. Soal logika kalimat, konten yang bagus, dan pengaturan paragraf, bolehlah dimaklumi. Tapi, yang mengherankan, penggunaan tanda baca--yang merupakan dasar-dasar menulis--tidak bisa ditempatkan secara baik. Termasuk "di" yang menjadi kata depan atau penunjuk, juga banyak yang salah.

Ini sekadar contoh kalimat yang ditulis siswa SMA yang sedang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik.
"Untuk menerapkan belajar efektif itu sebenarnya tidak sulit yang mempersulit adalah siswanya sendiri kebanyakan siswa hanya melakukan pembelajaran di sekolah ,itupun belum tentu siswa dapat menerima pelajaran yang di dapat disekolah itu dengan baik bahkan saat dirumah pun kebanyakan siswa tidak mengulang pelajaran kembali, mereka banyak menghabiskan waktu untuk menonton tv,bermain atau yang lain - lain ketika ditanya hampir seluruhnya memberi alasan “malas” atau “capek” ada lagi yang beralasan “lupa” dan sebagainya."

Coba kita perhatikan bareng. Enggak enak kan bacanya. Yuk, kita ubah, hitung-hitung belajar!

Untuk menerapkan belajar efektif itu sebenarnya tidak sulit. Yang rumit ialah siswa sendiri. Kebanyakan murid hanya melakukan pembelajaran di sekolah. Padahal di sekolah belum tentu menerima pelajaran dengan baik. Parahnya, saat di rumah, kebanyakan siswa tidak mengulang pelajaran. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi. Kalau ditanya mengapa banyak bermain, hampir seluruhnya memberi alasan “malas” dan “capek”. Ada lagi yang beralasan “lupa”.

Nah, kalau begini kan lebih mudah memahami isi tulisan. Aktivitas editor ya memang begitu. Meski dalam maqam tertentu ia tidak terlibat dalam teknis perbaikan ejaan, asasinya editor demikian. Tak bisa mengabaikan begitu saja. Menertibkan bahasa, memberikan bobot pada tulisan, memperkaya khazanah dalam konten tulisan adalah tugas-tugas editor. Ya termasuk memperbaiki salah ketik dan tanda baca.

Kalau semua teksnya ada kesalahan elementer, editor bisa meminta penulis memperbaiki lebih dulu. Itu kalau mayoritas tulisannya berantakan. Isinya barangkali sarat manfaat, tetapi penulisannya kurang bagus. Komunikasi ini dibangun agar si penulis juga bertanggung jawab penuh dengan tulisannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun