Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pilih Jadi Wartawan daripada PNS

19 Maret 2023   19:10 Diperbarui: 19 Maret 2023   20:41 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wartawan sedang mengambil gambar. Foto dari bola.com

Sekitar sembilan tahun lalu saya dapat tugas berat. Seorang teman yang diterima menjadi wartawan Kompas meminta saya hadir pada acara syukuran di rumahnya. 

Namun, tugas saya bukan sekadar menghadiri syukuran. Si empunya hajat yang usianya bertaut mungkin belasan tahun, meminta saya menghadap orangtuanya.

Tentu bukan bermaksud untuk melamarnya. Posisi saya sudah resmi jadi suami dengan dua anak laki-laki semua.

Teman itu minta tolong. Saya diminta bicara dengan ibu dan bapaknya. Khususnya ibu. 

Inti pesan saya adalah menguatkan kondisi mental si ibu kalau anak perempuannya jadi wartawan. Jurnalis di Kompas. Salah satu media terbesar di Indonesia. Paling besar mungkin.

Besar dari sisi nama. Besar dari sisi pendapatan. Juga besar dari sisi gaji. Juga besar peluang berkembang di masa depan. 

Saya pun mengiyakan. Malam usai isya saya datang. Saya kala itu masih bekerja di sebuah harian paling tua dan paling punya nama di provinsi tempat saya mukim.

Usai datang, saya dan beberapa yang lain ikutan makan. Makan besar. Nasi dan lauk pauk lengkap. Acara resmi dengan tetangga dan lainnya sudah digelar sahibul hajat. 

Ini acara anak muda dan kawan-kawan dari teman yang diterima sebagai wartawan Kompas.

Usai itu, saya kemudian mengajak ngobrol orangtua teman tadi. Dari situ cerita inti mengalir. 

Si ibu masih belum rida benar kalau anak wedok-nya kerja sebagai wartawan. Kebayang dalam benak ibu ini, anaknya kerja kesana kemari mencari berita. Hilir mudik mengejar narasumber. Pergi ke tempat jauh untuk melakukan liputan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun