Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dibangkitkan untuk Menjadi Penyelamat

12 Mei 2024   20:34 Diperbarui: 12 Mei 2024   21:05 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: pinterest.com/ENCOURAGE

Pernahkah kita bertanya kepada Tuhan, "Mengapa saya yang dipanggil atau dipilih dalam keluarga saya menjadi hamba Tuhan?" "Mengapa bukan abang saya? Mengapa bukan kakak saya?" Pasti kehadiran kita di lembaga atau pendidikan Teologi bukanlah sebuah kebetulan, karena tidak ada yang kebetulan di dalam dunia ini. Semua yang terjadi, termasuk kehadiran kita di lembaga ini adalah suatu rencana dan kehendak Tuhan.

Artinya, kehadiran kita di lembaga ini adalah karena Tuhan yang memanggil kita dan kita sedang merespons panggilan itu. Makanya kita ada di sini. Ketika Tuhan memanggil kita, maka pasti Tuhan memiliki tujuan dan Tuhan ingin memakai hidup kita untuk melakukan kehendak-Nya. Stephen Tong dalam buku "Pemuda dan Krisis Zaman" mengatakan, "Mengapa kita hadir, kita lahir di zaman ini? Mengapa kita tidak lahir 100 tahun yang lalu atau 100 tahun yang akan datang? Itu bukanlah kebetulan, melainkan karena Tuhan ingin kita berguna bagi zaman ini, kita mempengaruhi zaman ini dan memenangkan zaman ini".

Demikian halnya ketika Tuhan memanggil kita untuk menjadi hamba Tuhan pada zaman ini dan dibentuk atau diproses di lembaga ini. Tuhan ingin kita menjadi hamba Tuhan yang berintegritas, yang militan, yang penuh kuasa, yang pandai berkhotbah, pandai mengajar, pandai mengembalakan, pandai memimpin pujian, pandai penginjilan, pandai mengajar anak-anak. Supaya ketika kelak kalian diutus, maka kalian dapat menjangkau dan memenangkan zaman ini untuk Tuhan.

Mengapa zaman ini harus dijangkau? Apakah begitu buruk dan jahat? Sekarang ini adalah abad XXI, abad yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena kemajuan teknologi yang begitu cepat terjadi, maka menciptakan suatu era yang disebut era globalisasi yang membuat dunia seolah tanpa batas. Di satu sisi kita mendapat banyak kemudahan karena kemajuan teknologi ini. Tetapi pada sisi yang lain, ada ancaman serius bagi iman, bagi kehidupan rohani, kehidupan spiritual kita.

Akibat kemajuan ini, maka siapa pun, di mana pun kita dapat melakukan kejahatan, kalau kita tidak memiliki integritas. Makanya tidak mengherankan apabila setiap hari kita bisa membaca, menonton, mendengar berita atau kabar kriminalitas. Ada suami memutilasi istri, ada orang yang membunuh dan memasukkan ke dalam kopor, dan lain-lain. Kepada zaman yang bejat inilah, Tuhan membangkitkan kita untuk menyelamatkannya.


Kalau kita membaca Hakim-hakim 3:7-11, di sana kondisi bangsa Israel kurang lebih sama. Mereka sedang dalam kondisi yang terpuruk. Ada pola yang ditunjukkan oleh orang Israel dalam kitab Hakim-hakim dan saya menyebutnya sebagai circle sin. Di mana dalam pola ini ditunjukkan bahwa orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, Tuhan murka kepada mereka, Tuhan menghukum mereka dengan membiarkan mereka dijajah oleh bangsa lain, Israel tertindas dan mengingat Tuhan, Israel meminta pertolongan, Tuhan membebaskan, Hidup tentram dan aman, kemudian kembali lagi berbuat dosa dan kejahatan. Pola seperti ini banyak dijumpai dalam kitab Hakim-hakim. Dan pola ini juga yang mengawali kisah dalam 3:7-11, ketika Otniel dibangkitkan menjadi hakim bagi Israel.

Seperti yang dikemukakan dalam ayat 7, "Orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, mereka melupakan Tuhan, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera". Hal ini terjadi sebagai dampak dari orang Israel yang menikahi perempuan Kanaan dan akhirnya menyeret mereka untuk jatuh dalam penyembahan berhala. Pada 2:11 juga telah disampaikan hal yang sama, sehingga dapat dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh orang Israel ini adalah pemberontakan yang disengaja untuk melawan Tuhan -- karena mereka telah diperbudak oleh keinginan dan nafsu mereka sendiri.  

Melupakan Tuhan berarti mereka tidak lagi dikendalikan oleh apa yang mereka ketahui tentang Tuhan. Mereka tahu siapa Tuhan itu. Mereka tahu apa yang Tuhan minta. Namun mereka melupakan Tuhan. Meskipun mereka tahu siapa Tuhan dan apa yang Tuhan kehendaki, hal-hal itu tidak penting dan tidak berarti apa-apa bagi manusia. Hal ini relevan dengan tindakan mereka beribadah kepada para Baal dan para Asyera. Dosa beribadah kepada para Baal dan para Asyera pasti berdampak kepada tindakan-tindakan amoral yang mendukakan hati Tuhan.

Akibat dosa ini, Tuhan kemudian menghukum mereka dengan membiarkan mereka takluk bangsa Aram Mesopotamia selama 8 tahun. Bahkan dalam ayat 8 dikatakan, "Tuhan menjual mereka". Sebenarnya, frasa ini sangat kuat menegaskan tentang kemurkaan Allah akibat dosa mereka.

Akan tetapi ketika orang Israel tertindas dan berseru kepada Tuhan maka dengan penuh kasih dan sayangnya menolong dan membebaskan mereka dengan membangkitkan Otniel sebagai hakim bagi mereka.  Ada yang mengatakan Otniel ini adalah anak Kaleb, tetapi sepertinya lebih tepat untuk memutuskan Otniel sebagai ponakan Kaleb, karena dia adalah anak Kenas dan Kenas inilah yang merupakan adik dari Kaleb. Nama Otniel sendiri berarti orang yang penuh kuasa dari Allah. Tentunya artinya ini relevan dalam tugasnya sebagai hakim Israel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun