Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Allah yang Berbelas Kasih

19 September 2021   11:38 Diperbarui: 19 September 2021   20:44 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber image: https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/jemima/ajari-arti-pengorbanan-cerita-kematian-isa-almasih-yang-disalib

Allah adalah kasih. Sekalipun manusia seringkali mengkhianati-Nya, tetapi Allah selalu berinisiatif untuk mengikat perjanjian (covenant) dengan manusia. Di mana covenant yang diikat dengan manusia, Tuhan berjanji akan memberikan keselamatan kepada sekelompok orang. PL memberikan penjelasan kepada kita bahwa Allah telah mengadakan covenant dengan Adam, Nuh, Abraham, Musa dan Daud (puncak dari covenant ini adalah Yesus Kristus). Covenant ini biasa disebut covenant of Grace.

Apabila berlajar tentang teologi covenant maka dapat dibagi ke dalam tiga jenis. Pertama, Covenant of redemption (perjanjian penebusan). Perjanjian ini berlangsung dalam kekekalan, bahkan sebelum dunia dijadikan. Ini adalah kesepakatan antara tiga pribadi dalam Allah Tritunggal, yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiganya bersepakat untuk bekerja sama dalam karya penebusan manusia. Allah Bapa yang membuat rencana, Allah Anak (Yesus Kristus) yang menjalankan rencana tersebut, dan Allah Roh Kudus yang mengaplikasikan rencana kekal itu ke dalam hidup manusia. Itu sebabnya walaupun Yesus sudah mati dan bangkit 2000 tahun yang lalu, kita masih dapat mendapatkan berkat keselamatan-Nya hari ini (Efe. 1:3-6; Yoh 3:16).

Kedua, Covenant of work (perjanjian kerja). Kesepakatan ini hanya terjadi antara Tuhan dan manusia pertama, Adam dan Hawa. Keduanya diciptakan dengan sempurna, tetapi cinta dan ketaatan mereka perlu diuji (Kej 2:16-17). Respons Adam dan Hawa menentukan apa yang terjadi pada generasi berikutnya, sampai hari ini. Sayangnya mereka memilih untuk menjadi tuan atas hidup dan diri mereka sendiri, sehingga semua manusia lahir dengan tabiat sebagai pelanggar kovenan. Kita tidak perlu diajar untuk mencari perhatian, berfokus pada diri sendiri, memanfaatkan situasi dan orang lain, dsb.

Ketiga, Covenant of grace (perjanjian kasih karunia). Memang, setelah Adam dan Hawa memutuskan untuk tidak menaati Allah, mereka menerima konsekuensinya. Rusaknya hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan, realitas penyakit, penderitaan, kematian, dan sebagainya mewarnai kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun. 

Tetapi mereka juga menerima janji anugerah Allah, "Aku (Tuhan Allah) akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya" (Kej 3:15). Dari titik itulah kovenan anugerah mulai berlaku yang kemudian bertumbuh dan berkembang sepanjang sejarah. Mulai dari Adam, dilanjutkan ke Nuh, Abraham, Musa, Daud, dan berpuncak pada Kristus.

Covenant of grace berisi janji Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya. Tapi pada  sisi yang lain, umat Tuhan juga diberikan kewajiban untuk taat dan setia kepada perjanjian itu. Itulah sebabnya, Tuhan memberikan hukum (hukum Taurat) kepada bangsa Israel untuk dijadikan pedoman hidup mereka. Di mana dalam hukum itu termaktub salah satu perintah "jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku... jangan membuat bagimu patung,... jangan sujud menyembah kepadanya" (bdk. Kel. 20:3-6). Akan tetapi orang Israel selalu saja jatuh dan gagal menaati hukum itu, karena mereka berulang kali justru jatuh dalam dosa penyembahan berhala.

Termasuk dalam Hakim-hakim 3:7-11, di mana sekali lagi mengisahkan kegagalan bangsa Israel untuk setia kepada perjanjian dengan Allah. Ayat 7 menegaskan bahwa orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan, mereka melupakan Tuhan, Allah mereka, dan beribadah kepada para Baal dan para Asyera.

Dewa Baal adalah dewa kesuburan dan pertanian yang disembah oleh penduduk Kanaan. Dewa Baal selalu disandingkan dengan dewi Asyera. Orang Kanaan beranggapan bahwa dewa Baal dan Asyera dapat meningkatkan hasil gandum dan anggur. Itulah sebabnya, ketika orang Israel pun menyembah Baal maka tentunya dengan sebuah harapan bahwa hasil pertanian mereka akan dilipatgandakan oleh Baal.

Akan tetapi bukankah tindakan ini telah mendukakan Tuhan Allah. Oleh karena Tuhan Allah telah memberikan penyertaan yang sempurna bagi orang Israel, telah membuat mereka menang atas penduduk-penduduk Kanaan bahkan telah mencukupkan segala yang mereka perlukan. Akan tetapi mereka malah mengkhianati Tuhan dengan menyembah Baal dan Asyera.

Dosa penyembahan berhala adalah kekejian bagi Allah, karena Allah tidak ingin diduakan. Selain menyembah berhala dikategorikan sebagai perzinaan rohani (bdk. Kisah nabi Hosea diperintahkan untuk menikahi seorang pelacur bernama Gomer). Itulah sebabnya, sangat wajar apabila dosa ini menimbulkan kemurkaan Tuhan. Sehingga Tuhan pun "membiarkan" orang Israel dikalahkan oleh bangsa lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun