Tak lama kemudian Kondektur yang bertugas datang dan meluruskan permasalahnya. Saya pun mendapatkan hak saya. Tapi, karena terlanjur tidak enak sendiri dengan penumpang lainnya dan mood saya berantakan.
Apalagi tempat Bapak-Bapak tersebut yang sebenarnya berhadapan dengan saya dan saya bawaannya ingin menyiksa Bapak-Bapak tersebut dengan jurus-jurus Kung Fu saya, akhirnya saya memilih pergi ke restorasi untuk cooling down sejenak dengan memesan satu cup Kopi Hitam. Saya pun berada di restorasi hingga Kereta Api Majapahit sampai tujuan akhir, Stasiun Pasar Senen.Â
Lain waktu lagi, kejadian berulang, saya yang menumpang Kereta Api Bima menuju Jakarta harus merelakan kursi strategis saya sudah ditempatin Ibu-Ibu yang jelas saya tidak akan memprotesnya. Tapi untungnya Ibu-Ibu tersebut turun di Semarang.
Kenapa saya suka sekali memilih tempat duduk di samping jendela ? Karena saya malas ngobrol dengan orang asing. Saya bukan orang yang pandai berbasa-basi. Saya memiliki kecenderungan introvert.
Dengan duduk di samping jendela, saya  bisa menikmati pemandangan sambil merenung dengan sepuasnya. Juga agar bisa berimajinasi tentang apapun, yang pasti bukan hal-hal saru yang saya pikirkan. Selain itu merenung juga bisa sebagai sarana introspeksi diri dan mengumpulkan lagi semangat agar optimisme meraih cita-cita tetap terjaga.
Saya sendiri juga buka tipe orang yang suka mengambil hak orang. Jika kurang beruntung tidak memperoleh posisi tempat duduk disamping jendela, maka saya juga tidak melakukan tindakan menempati kursi orang lain tanpa ijin dan/atau meminta tukar tempat duduk.
Sekarang jika kursi strategis saya ditempati orang lain, maka saya tidak segan melapor kepada kondektur.
