"Kak, main yuk" ucap anak kecil berusia 8 tahun yang sedang mengulik-ulik mainan kecilnya itu.
Adik saya, seorang anak lelaki kecil yang berusia 8 tahun dan sedang duduk di kelas 2 SD. Awalnya saya berpikir bahwa dia hanya mengajak saya untuk ikut mengulik-ulik bermain mainan-mainan kecil yang sedang ia genggam, dengan wajah menghadap saya, dan saya pun menuruti kemauannya dan menyela waktu sejenak untuk bermain.
Tetapi saat saya mulai ikut bermain menyusun puzzel balok miliknya, dia kembali menatap saya dan berkata dengan kata lirih dan rayuan "kak, ayoo main" dengan nada yang lebih menekan. Saya pun mulai bingung karena saya sudah bermain dengan mainan-mainan yang sedang ia mainkan, saya pun mulai bertanya  "Mau main apa?". Dan benar saja, setelah penjelasan panjang yang ia sampaikan dengan emosional rayuan si kecil, saya pun memahami bahwa dia tidak menginginkan main yang seperti itu. Lalu ia pun mengungkapkan kemauannya "Aku mau jalan-jalan", saat setelah ia mengatakan itu saya langsung mengambil cara untuk sekaligus melatih emosionalnya. Karena juga kebetulan beberapa saat yang lalu ayah dan ibu juga mengatakan ingin pergi ke pantai.
"Oh, adek mau jalan-jalan, okey ayuk deh ajak ayah ibu, tapi.." langkah pertama saya tidak langsung menyetujui akan tetapi saya juga memberi beberapa kesepakatan untuknya.
"tapi nanti adek di sana nggak boleh nakal ya, nanti disana nurut ayah ibu sama kakak, kalo mau main agak jauh bilang, nnti kakak temenin, dan kalo adek kenapa-kenapa dan mau sesuatu bilang baik-baik jangan marah-marah, bisa?"
"bisaa" jawabnya
"okedeh ayuk kita jalan-jalan, nah kan sekarang kan kakak mau nurutin kamu, berarti besok-besok kamu juga harus lebih nurut sama ayah ibu, oke?"
"oke kak, memang kita mau kemana kak?"
"okedeh kalo gitu, yuk siap-siap karna kita mau ke- pantai!"
"yey! Ke pantai"