Mohon tunggu...
Adhe Unyu
Adhe Unyu Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

As simple as me Menyukai musik Ibu dari satu anak yang luar biasa😘😘

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

(Dan) Karena Hidup Adalah Perjuangan

18 September 2016   09:25 Diperbarui: 18 September 2016   10:15 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Engkong yang selalu ceria menunggu sang pembeli (dokpri)

Rutinitas Pagi

Biasanya kalau sedang "kumat" saya suka malas ngapa-ngapain, bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja, pinginnya jalan-jalan terus (apalagi habis liat hasil photo surga dunia versi Mbak Gana yang bagus itu), atau ke spa dipijit-pijit untuk menghilangkan penat yang ada (mimpi) hehehehe. Dari bangun tidur, kalau lagi rajin siapin sarapan untuk suami yang baru selesai "jaga" dari warnet, malas datang biasa beli...setelah beberes membersihkan diri, gantian saya yang ke warnet untuk bersih-bersih dan persiapan buka jam 9 pagi, terkadang sudah ada pelanggan yang datang menunggu di depan dengan segala "keributannya" mulai dari bertanya sudah buka Tan? PC 7 kemarin ga bisa Tan buka Minecraft, DOTA2 update Tan, PC 3 ga ada suara Tan bla..bla..bla

Ga berat sih kerjaan saya, tapi rasanya manusiawi juga jika kebosanan melanda, "penjaga warnet juga manusia" (halah)...suara cempreng pake segala nyanyi, bisa kabur kucing-kucing saya,hikz.

*****

Ngomongin soal kucing, saya ada (tak sengaja) memelihara 2 ekor kucing betina lokal, diberi makanan basah dan kering, tapi untuk campuran saya beli juga ikan pindang (kalau di daerah saya disebutnya ikan cue) di pasar tradisional, gegara nyetok ikan ini saya jadi harus pagi-pagi banget ke pasar,sebab saya beli pada agen besar yang rerata pembelinya warung makanan, siang sedikit bisa kehabisan. Nah karena keseringan ke pasar inilah saya sering melihat banyak sekali pedagang (kecil) yang sudah tua-tua, sudah memasuki masa pensiun yang harusnya sudah menikmati hidup bersama dengan orang-orang yangmereka cintai.

Mereka masih semangat menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan, Duhhh saya seenaknya saja bilang bosan sama rutinitas sehari-hari. Saya sangat support sekali kepada orang-orang tua yang masih mau bekerja keras dengan berdagang dibanding memilih jalan pintas mengemis. ketika ke pasar saya pasti membeli dagangan mereka walaupun ga butuh-butuh banget, gapapa masih bisa disimpan. Dari sekian banyaknya orang tua yang berdagang saya memilih 3 orang tua ini menjadi contoh buat saya, kalau ga mau bilang ditampar oleh mereka.

Menunggu pembeli (dokpri)
Menunggu pembeli (dokpri)
Orang tua ini biasa saya panggil Engkong (sebutan kakek dalam bahasa Betawi), pembawaannya sangat ceria, masih terlihat sehat di usia senja, dagangannya ga tetap, kadang bawa buah pisang, daun pisang, mangga, daun salam, pepaya, malahan pernah hanya membawa buni dan menteng buah yang sangat langka itu untuk ukuran zaman sekarang. Hanya di jajakan di pinggiran jalan, menunggu pembeli datang, suami sering melarang saya pake adegan tawar menawar kalau belanja sama Engkong, ahhh kan memang gitu proses belanja di pasar tradisional biar lebih "hidup" dan mencairkan suasana (ngeles mulu). Tapi lama-lama saya turuti juga kata-kata penjaga hati saya itu...emang dasar si Engkong baik hati, ga ditawar juga tetep aja saya di kasih lebih (semoga sehat-sehat terus ya Kong). Saya meminta izin ketika itu untuk memoto dirinya, dan ia pun bercanda "Kong mau masuk Tipi ya Neng" hehehehe...Besok kesini lagi ya Neng, Imbuhnya dengan muka polos.

Yang ini si Mbah penjual Cenil, jajanan tradisional yang saya suka sejak kecil, di pinggir jalan juga di depan sebuah toko, kadang suka terkantuk menunggu pembeli datang,  si Mbah sangat halus tutur katanya, setiap hari ia menggendong dagangannya dengan bakul dan tampah, ahhh luar biasa si Mbah ini...saya jadi ingat ibu. Biasa beli 5000 dapat 2 bungkus (dibungkus dengan daun pisang)...maknyusss.

si Mbah penjual cenil (dokpri)
si Mbah penjual cenil (dokpri)
Yang terakhir si Mbah penjual udang, hanya udang yang ia jual, terkadang ada juga ikan bandeng tapi kebanyakan hanya udang. Jika stocknya banyak ia buat juga bakwan udang besar-besar, dijajakan di pinggir jalan juga, kadang terhimpit dengan motor yang lalu lalang ketika pasar sedang macet-macetnya, tapi tak pernah menyurutkan langkahnya, ia terus berjualan disitu setiap pagi, wajahnya terlihat sangat tegas, terlihat jelas sisa-sisa perjuangan keras dalam guratan keriput wajahnya...wanita perkasa. 

si Mbah penjual udang (dokpri)
si Mbah penjual udang (dokpri)
Boleh jadi mereka belum berhenti bekerja karena biasanya jika terbiasa bekerja terus ga ngapa-ngapain badan malah pada sakit-sakit, saya hanya berpikir yang baik-baik saja..bukan karena anaknya tak melarang, atau mungkin bisa jadi merekalah tulang punggung keluarga. Pernah satu waktu, ketika malam sudah larut, saya dari Arion Mall dekat rumah, naik bajaj yang narik kakek tua...Hah, sampe malam Pak saya tanya padanya, Ia jawabnya..tadi sepi belum dapat penumpang banyak, anak saya yang kecil masih sekolah SMA, besok katanya mau atletik tuh di Balap Sepeda (Velodrome, Rawamangun) uangnya belum cukup...Ohh hanya itu kata saya. Kakek tua ini tidak memakai kacamata, tidak menggunakan jaket...kehabisan kata-kata saya..Tanggung jawab seorang ayah.

Berkaca dari orang-orang tua di atas yang masih mau berjuang setiap harinya, menahan kantuk, menahan panas matahari, kadang hujan juga pake acara geser-geser lapak, Tak tahu diri banget saya merasa bosan dengan rutinitas hari-hari yang saya lewati (padahal kata suami saya ratunya mall), saya hanya duduk manis di depan layar monitor sambil memantau orang-orang yang bermain, masih bisa sambil berselancar di dunia maya, kadang menulis, kadang chit chat dengan teman lama, siang hari atau malam masih bisa nongki-nongki cantik di mall dengan suasana yang adem (walau ga setiap hari), membeli minuman yang saya suka, atau ngemil kudapan favorit, bisa jadi juga saya memilih nonton film di bisokop kesayangan...kurang apa coba???? Sungguh Terlaluuuuuuuuu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun