Mohon tunggu...
Adhe Unyu
Adhe Unyu Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

As simple as me Menyukai musik Ibu dari satu anak yang luar biasa😘😘

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ada Rasa Indonesia pada Band Australia The Temper Trap

18 November 2016   09:04 Diperbarui: 18 November 2016   09:23 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Temper Trap (last.fm)

Sejak 2005 Band ini sudah malang melintang di Jagad Australia di bawah bendera indie, namanya juga indie tentu jangkauannya tak cukup luas. Namun sejak debut album pertama Conditions mereka keluarkan di tahun 2009 single Sweet Disposition mulai di kenal banyak orang dan menjadi hit internasional sejak muncul di film “(500) Days of Summer”, single itu juga yang membuat mereka semakin terkenal karena menjadi lagu top dibeberapa negara.

*****

Band asal Melbourne yang bergenre Alternative Rock ini di gawangi oleh Dougy Mandagi (vocals, guitar), Jonathon Aherne (bass), Toby Dundas (drums) and Joseph Greer (keyboards,  guitar). Membaca nama Mandagi tentu tak asing untuk orang Manado, yup benar sekali Dougy sang vokalis adalah asli orang Indonesia, pria kelahiran Bandung ini sudah di tinggal oleh ayahnya yang meninggal karena kecelakaan pesawat sejak kecil, dari Bandung sang ibu hijrah ke Bali baru kemudian pindah dan menetap di Melbourne. 

Dougy Mandagi sang vokalis
Dougy Mandagi sang vokalis
Lagu-lagu mereka pun tentu sudah sangat familiar di telinga pecinta musik tanah air, maka tahun 2010 mereka di jadwalkan untuk tampil di Bali, Jakarta dan Bandung. Penjualan tiket pun laris manis karena memang sudah ditunggu-tunggu oleh penikmat musik disini. Di tahun 2012 kembali mereka mengeluarkan album kedua yang diberi label The Temper Trap. Lagu-lagu mereka kembali menduduki Top Chart di Inggris, Australia dan Irlandia. Dari sinilah seorang Mick Jagger tertarik untuk mengajak mereka untuk menjadi Band pembuka penampilan The Rolling Stone saat tur konser di beberapa negara bagian Amerika Serikat, Kanada dan tentunya London. Untuk itu pula mereka akhirnya hijrah ke London karena memang kesempatan karir lebih berkembang.

Tahun 2013 mereka kembali datang ke Jakarta untuk menjadi Band pembuka Blur dalam acara Big Sound Festival 2013, tentu Dougy tertarik karena ini menjadi perjalanan pulang kampung untuknya. Fans sendiri merasa puas terhibur dan bangga.. Bisa dibilang, Dougy merupakan satu-satunya orang Indonesia yang membentuk sebuah band dengan skala internasional, Ia memang motor Band ini karena hampir sebagian lagu dibuat olehnya. Dougy sendiri selalu menyapa dalam bahasa ibu (Indonesia). Kata-kata seperti “Jakarta, udah lama gak ketemu nih” meluncur fasih dari bibirnya, tak pelak juga Ia menggunakan dialek Betawi yang kental seperti “Ehhhhh penonton” untuk berkomunikasi dengan penggemarnya. Ia memang terlihat sangat sederhana alias tak banyak ulah. 

Di tahun ini kembali mereka menelurkan album ketiga yang diberi judul Thick as Thieves dengan lagu jagoan Fall Together, ahh lagu ini membuat saya jatuh cinta kembali dengan lengkingan tinggi suara falsetto Dougy yang memang khas itu dan berat rasanya untuk meninggalkan musik Rock yang selalu membuat adrenalin saya memuncak dan bersemangat. Bulan Mei kemarin mereka kembali datang untuk promo album mereka dan tampil dalam acara We The Fest, Kedatangan mereka ke WTF pun merupakan bagian dari tur dunia album terbaru mereka.

Sebelumnya mereka sudah tampil di Melbourne, Sydney dan Selandia Baru untuk membuka tur. Sekalipun tanpa Jonathan Aherne (bass) dan Toby Dundas (drum), aksi Dougy dan Joseph tetap memikat kala memainkan gitar akustik yang saya nikmati di acara Tonight Show Net yang di pandu oleh Vincent dan Desta pada kesempatan itu pula Dougy menyatakan mengapa hijrah ke London, menurutnya untuk hidup memang lebih tenang di Melbourne tetapi untuk karir akan lebih baik bila di London.

Tetapi siapa sangka Dougy sang musisi dunia memiliki impian sederhana...suatu hari nanti, saya ingin kembali tinggal di Bali, bersama anak dan istri di rumah berpanorama sawah padi. "Saya akan duduk di pintu rumah, hanya dengan mengenakan sarung dan kaus," katanya sambil matanya menerawang jauh seperti dikutip dari The Telegraph.co.uk.

Salam Tiga Jari....



Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun