Tulisan ini merupakan lanjutan dari catatan perjalanan "Banjarmasin Selayang Pandang".
Sebelum membaca tulisanku ini, harap difahami jika trip jurnalku dibuat tahun 2011 yang lalu, saat ini liburan ke Derawan sudah lebih mudah dan murah jika dibanding dahulu, walau tetap terasa mahal jika harus pergi sendirian, sebaiknya pergi secara berkelompok karena share budget traveling jadi lebih ringan. Mungkin beberapa informasi yang termuat dalam tulisan ini sudah berubah, sekali lagi harap maklum.
Setelah jalan-jalan di Banjarmasin, selanjutnya aku mau bercerita tentang jalan-jalan di Derawan, buat para Traveler nama “Derawan” merupakan lokasi wisata yang “Wajib” dikunjungi.Pertama kali tahu tentang Derawan, tahun 2008 silam, terinspirasi kisah perjalanan backpacker paling nge-TOP di Indonesia, Trinity, lewat bukunya Naked Traveler #1, dalam buku itu dituliskan perjalanan ke Danau Kakaban yang penuh dengan Jelly Fish (Ubur-ubur) jinak yang tidak menyengat, danau yang berada di satu pulau dikelilingi atol (karang) yang berada ditengah lautan, telah ditetapkan oleh Unesco pada tahun 2004 sebagai “World Natural Heritage Area”. Di dunia tempat seperti itu hanya ada di 2 tempat, 1. di Pulau Kakaban, Derawan (Kalimantan Timur) dan 2. Di Palau (Rep. Palau), tapi menurut Trinity paling bagus yang di Kakaban, katanya berenang di danau Kakaban seperti berenang dalam kolam cendol, hihihi….nggak kebayang deh dingin-dingin empuk. Pertengahan tahun 2010 yang lalu, kembali aku diingatkan tentang mimpi ke Derawan, lewat inflight Magazine yang dikeluarkan oleh Batavia Air, disitu ditulis tentang perjalanan ke Derawan jauh lebih mudah via Berau, aku sampai meminta majalah tersebut ke Pramugarinya buat kusimpan, ya… suatu saat aku harus sampai disana.
*sekedar info yang aku kutip baik dari blog maupun buku, perjalanan ke Derawan bisa ditempuh melalui tiga cara :
1.Jakarta – Tarakan (Pesawat 2,5 jam penerbangan) Tarakan – Derawan (speed boat 3 – 4 jam).
2.Jakarta – Samarinda (Pesawat 2 jam penerbangan via Balikpapan lalu disambung naik mobil ke Samarinda 2,5 jam) – Berau (naik mobil selama 14 jam ke Tanjung Redeb) – Tanjung Batu (2,5 jam dengan mobil), Tanjung Batu – Derawan (speed boat 30 menit).
3.Jakarta – Balikpapan (2 jam penerbangan), Balikpapan – Berau (30 menit penerbangan), Berau (Tanjung Redeb) – Tanjung Batu (2,5 jam dengan mobil), Tanjung Batu – Derawan (speed boat 30 menit).
ØBisa juga dari Tanjung Batu – Derawan, pakai speed boat selama 2 jam, ini lebih praktis hanya budget nya sedikit lebih mahal, setahuku sekali jalan tarif speed boat Rp. 1.000.000,- (PP Rp. 2 juta, blum lagi ongkos boat dari Derawan putar-putar ke 3 pulau besar, yang mencapai Rp. 1,5 juta), jika budget jalan-jalannya unlimited atau ada yang kasih gratisan no problem hehe......
ØSekedar saran, sorry bukan sok ngajarin yaa… bagi teman yang tidak terbiasa naik speed boat dengan kecepatan tinggi dalam waktu yang lama, sebaiknya pilih opsi no. 3 saja, karena naik speed boat Tanjung Batu – Derawan hanya dalam kisaran 30 menit tidak sampai berjam-jam. Effek samping yang dikuatirkan, bisa muntah-muntah alias mabok laut sebaiknya minum antimo/jamu tolak angin sebelum berangkat, dan bagi yang tidak kuat menahan buang air kecil bisa masalah nie…mau pipis di laut ??? hahahaha…. Silahkan saja…
ØMaskapai Penerbangan yang menuju Berau ada 4 yaitu : Batavia Air, Sriwijaya Air, Trigana Air dan Kalstar Air.
Mimpi ke Derawan aku simpan selama 3 tahun, bahkan sempat aku chat dengan sobat-sobat, bertanya apa mereka sudah pernah ke Derawan, ternyata tak satupun pernah kesana, padahalsalah satu temanku bermukim di Balikpapan, saat kutanya kenapa koq gak tertarik mengunjungi Derawan, alasannya simple, pergi wisata ke Derawan biaya tour nya sama besar dengan wisata ke negeri tetangga, dengan alasan gengsi mereka lebih suka jalan-jalan ke luar negeri dari pada ke Derawan, hikksss…menyedihkan sekali mendengarnya, padahal para turis asing bela-belain pergi ke Derawan, lha ini orang Indonesia malah gak faham letak Derawan itu dimana. Aku memaklumi soal selera jalan-jalan setiap orang, ingat kita tidak bisa menyamakan selera, karena sifatnya personal sekali, tidak mungkin memaksakan gaya traveler yang suka ke alam lepas dengan gaya jalan-jalan kaum urban metropolis yang lebih nyaman keluyuran keluar masuk mal-mal di kota-kota besar. Aku punya teman yang hoby traveling ke luar negeri tapi yang dituju pusat-pusat perbelanjaannya saja, hmmm…. Nggak aku banget dah! Sorry to say kalo aku ini rada norak, pernah aku nyasar alias tersesat didalam mal. Hahaha….
Penantian ke Derawan menemui titik terang, di akhir September yang lalu aku harus ke Banjarmasin untuk satu keperluan, aku ingat dengan mimpiku, jika sudah menjejakkan kaki ke Kalimantan, destinasi ke Danau Kakaban, harus ikut disambangi. Mengingat saat ini sedang nge-trend traveling ala Flashpacking, makna simple nya, gaya jalan-jalan serba kilat, hihihi….ini arti versi AMH aja. Berhubung yang suka flashpacking itu rata-rata anak muda dan para lajang, tentu tidak ada masalah dalam mengatur waktu traveling. Sedikit berbeda dengan diriku yang statusnya emak-emak, mengatur perjalanan yang singkat benar-benar suatu keharusan, mengingat weekendays harus sudah dirumah bersama anak-anak. Jadi aku menamai gaya travelingku kali ini Flashpacking ala Emak ! jadi buat emak-emak, aku ingatkan jangan kuatir pergi traveling ke tempat-tempat indah di Indonesia, asal dapat ijin dari suami dan siap dengan informasi serta contack person di tempat tujuan.Waktu yang aku perlukan untuk kunjungan ke Banjarmasin dan Derawan cukup 4 hari saja (berangkat hari Selasa dan pulang hari Jum’at, rada crazy kalau dipikir-pikir, karena hari Sabtu harus sudah dirumah kembali, maklum namanya juga Emak !), anggap saja waktu traveling kali ini buat survey lokasi dulu, jika okay…aku akan kembali dengan membawa pasukan bodrek, hihihi….
Kujunganku ke Derawan memakai rute Banjarmasin – Balikpapan – Berau (semua dengan pesawat), sudah kujelaskan diatas, rute dari Banjarmasin itu kuputuskan untuk efisiensi waktu semata, kalau harus balik ke Jakarta dulu benar-benar tidak praktis. Catatan tentang flashpacking di Banjarmasin akan aku buat dalam tulisan terpisah.
Ingat dengan pesan Trinity, Browsing before Traveling, ini wajib dilakukan, berpergian ke tempat-tempat indah di penjuru Indonesia saat ini sangatlah mudah, tinggal click internet, tanya ke mang Google, ketik kata “Derawan” maka segera muncul beragam situs dan blog-blog pribadi yang memuat perjalanan para traveler ke Derawan, lengkap dengan contack person plus nomor telepon mereka, berikut alamat penginapan dan rumah makan yang bisa dikunjungi, nah….mudah bukan???
Aku masuk ke Blog milik Indah Sajahttp://ndahsaja.wordpress.com(thanks Ndah, info dari blog mu bermanfaat buatku) dalam blog ini cukup lengkap memuat informasi yang aku perlukan, aku langsung menghubungi salah satu nomer telpon yang diberikan, milihnya secara random/acak saja. Aku mencoba menanyakan tawaran paket tour yang disediakan, ternyata harganya cukup mahal jika harus aku tanggung sendiri, ya iyalah….murah kalau perginya ramai-ramai, harga bisa patungan bayarnya, masalahnya… aku tidak punya group tukang jalan yang bisa diajak patungan, selain itu kepergianku yang dikaitkan dengan urusan pekerjaan, dilakukan di hari kerja, bukan hari libur. Lengkap sudah…harga mahal dan tidak punya teman jalan pula! Langsung teringat apa kata temanku yang di Balikpapan, bahwa harga paket tournya sama seperti paket tour ke Luar Negeri.
Walau menemui sedikit “tantangan” dari segi budget, aku tidak kehabisan akal, aku cari lagi nomor telpon yang lain, kali ini aku tidak mau pake jasa tour agent, gaya mandiri traveling sudah merasuki diriku sejak keranjingan baca bukunya Trinity, thanks ya sista… gara-gara baca buku-bukumu, aku jadi makin tertantang untuk memilih jalan-jalan ke penjuru nusantara yang indah ini. Aku menghubungi satu nomer telpon nama contack person Pak Taher (diakhir tulisan aku tulis semua nomor-nomor contack person yang bisa dihubungi), beliau ini khusus mengurus jasa transportasi laut khususnya persewaan perahu, aku perlu informasikan, jasa persewaan perahu ini termasuk biaya yang besar, kalau soal penginapan cukup bervariasi harganya tergantung kemampuan dan selera masing-masing orang. Tapi khusus jasa persewaan perahu ini tidak bisa milih mau yang murah karena harga bensin yang mahal membuat kita harus faham kenapa budget dibagian ini terasa agak berat. Aku tidak punya pilihan lain, tetap harus bayar sendirian, kalau tetap nekad mau pergi saat itu. Sempat sih nelpon tour agent, untuk bergabung dalam group yang sudah mereka persiapkan, tapi waktu nya tidak matching dengan jadwalku.
Dalam blog Ndah, disebutkan harga persewaan perahu untuk mengelilingi ke 3 pulau favorite di kep Derawan yaitu Pulau Sangalaki, Pulau Kakaban dan Pulau Maratua, antaraRp.1.200.000,- s/d Rp. 1.500.000,- ( harga ditahun 2010 lho..), itu persewaan dari pulau Derawan, sedang aku minta jemput naik Perahu dari Tanjung Batu, tentu beda harganya. Setelah agak alot tawar menawar lewat telepon, disepakati harga Rp. 1.800.000,- lengkap dijemput dan diantar pulang sampai ke Tanjung Batu kembali. Aku menilai harga sewa boat ini reasonable, mengingat harga bensin di Derawan bisa mencapai Rp. 8.000/liter (info dari Pak Taher), sediih yaaa…. para pelaku bisnis Pariwisata di Derawan khususnya awak angkutan umum darat dan lautan, harus bersabar dengan kondisi keterbatasan bahan bakar serta harga yang jauh lebih mahal dari harga resmi. Di Derawan tidak ada SPBU, jika beli bensin harus di Tanjung Batu, itupun sering kehabisan jatah.
Satu kesalahan fatal yang aku lakukan dalam trip kali ini, tidak melakukan reservasi hotel/penginapan jauh hari, padahal aku menghubungi pak Taher 2 minggu sebelum keberangkatan, termasuk pesan tiket pesawat. Aku pikir perjalananku kali ini dilakukan pada hari kerja, bukan weekendays atau hari libur, ternyata….dugaanku meleset! Aku baru memesan hotel 2 hari sebelum keberangkatanku, ternyata hotel semua fully booked, ada event besar di Derawan, PT. Berau Coal mengadakan “14th IFRC – Indonesian Fire and Rescue Challenge dari tanggal 16 – 27 September 2011” antar perusahaan-perusahaan tambang yang ada di Indonesia,duuh….keinget aku sempat ngetawain tamu yang gak dapat kamar saat trip ke Bromo kemarin, huhu…kini kejadian itu menimpa diriku, akhirnya aku harus rela nginep di “Homestay” milik orang tua pak Taher, lumayan deh daripada homeless hehehe… harga yang ditawarkan untuk kamar dengan fasilitas tempat tidur Springbed ukuran King Size plus AC serta dapat minum dan snack di malam hari plus sarapan pagi cukup membayar Rp. 200.000/hari, pak Taher juga membantu urusan transportasi dari Tanjung Redeb ke Tanjung Batu PP, beliau merekomendasikan pak Totok untuk mengantar kami sekaligus menjemput kembali. Biasanya kalau naik mobil dihitungRp. 50.000./orang, tapi disaat Derawan sedang kebanjiran tamu kali ini, jasa angkutan umum ambil kesempatan narik jasa borongan. Mereka minta bayaran Rp.400.000/sekali jalan, untuk waktu tempuh perjalanan selama 2,5 jam, aku bilang mahal amat, kalau ditempatku sewa mobil dengan harga segitu bisa seharian pakai.Pak Totok memberi kami harga special, Rp.500.000, buat antar jemput PP antara Tanjung Redeb – Tanjung Batu. Jadi total biaya Akomodasi plus Transportasi Rp. 2.500.000,- diluar jajan dan makan-makan, tapi cost makan ini tidak begitu mahal.
Setelah fix harga paket tour ala independen yang aku urus sendiri, beda jauh dengan yang ditawarkan tour agent, hanya untuk sewa boat saja bisa mencapai Rp. 4.500.000,- itu blum termasuk hotel dan transportasi darat. Yah….disatu sisi naluri emak-emak yang hobby nawar memang sedikit menguntungkan, khusus untuk tiket pesawat harga yang aku dapat cukup standart mengingat harga tiket tidak murah, Penerbangan Banjarmasin – Balikpapan – Berau – Balikpapan - Jakarta, tiket yang harus aku bayar seharga Rp. 2.200.000,- (seharga tiket Jakarta – Balikpapan – Berau – Balikpapan – Jakarta). Aku dapat harga sebesar itu saat booking tiket 2 minggu sebelum jadwal keberangkatan. Soal harga tiket ini tidak terlalu aku pikirkan karena ada yang bayarin hehehe…. Jadi aku tinggal pesan, ini sisi untungnya kalau trip sisipan, menyelipkan acara jalan-jalan dalam urusan pekerjaan, hmmm….bagusnya ketemu mitra kerja yang sangat kooperatif.
Berhubung terbiasa traveling bawa rombongan bodrek, saat jalan sendiri berasa sepi, aku mikir siapa yang bisa menemaniku jalan-jalan kali ini, yang pasti harus perempuan, aku milih yang single aja, kalau sesama emak-emak agak ribet exit permit sama pasangannya belum lagi kalau anak-anaknya tidak mau berpisah dengan emaknya. Ada beberapa teman yang aku hubungi tidak bisa ikut karena kesibukan, maklum deh…lha wong rencana trip dadakan model kek aku ini hanya bisa jalan kalau punya jiwa nekat, ikut gaya Trinity, yang penting berangkat urusan selanjutnya lihat saja di lapangan, hehehe… tapi aku kan tidak nekad 100%, buktinya aku sudah mempersiapkan itinerary secara detail.
Akhirnya aku ingat dengan satu nama, cewe tomboy masih single dan hobby traveling juga, aku mengenalnya 2 tahun lalu lewat komunitas citizen journalism, lalu berlanjut kopdar, dia pernah main ke kotaku. Dia baru saja pulang jalan-jalan ke Karimun Jawa, lalu di status jejaring social dia nulis “Mau explore Indonesia”, ini dia…calon tandemku. Aku langsung telpon dia, “Lida, kamu masih punya cuti kerja kah?” maklum dia ini orang kantoran, “Masih ada, emang kenapa Cikdhe ?” dia balik tanya, “Mau ke Derawan nggak?”, “Mau…” jawab Lida antusias, “Tapi hanya 3 hari 2 malam, jadwal kita hari Rabu berangkat dan pulang kembali hari Jum’at”, jelasku. Lida minta waktu untuk konfirmasi ke pihak kantornya, karena harus ambil cuti 3 hari. Syukurlah Lida dapat ijin, kami lalu sepakat mengurus tiket penerbangan (Lida thanks ya sudah bersedia menemaniku bahkan bersedia bayar tiket pesawat sendiri), untuk urusan tiket pesawat aku serahkan pada Lida, aku tinggal bayar via atm. Berhubung aku ada urusan di Banjarmasin, tidak praktis kalau harus kembali ke Jakarta, Lida mencarikan penerbangan Banjarmasin–Balikpapan-Berau untuk keberangkatanku, sedang Lida langsung dari Jakarta-Balipapan-Berau, kami berjanji akan bertemu di Tanjung Redeb, Berau. Pokoknya aku dan Lida saling kontak via telpon untuk mengatur itinerary, khususnyasaat kami tiba di Berau nanti.
Trip dengan waktu singkat hanya 4 hari (Banjarmasin, Balikpapan, Berau, Derawan) seharusnya tidak perlu bawa banyak pakaian, tapi yang namanya emak-emak, bawa ransel yang ukuran 30 l, rasanya berat banget, padahal isinya sudah dibuat minimalis banget! Baju hanya bawa 4 setel (kemeja 2, kaos 2), celana panjang bawa 2, baju buat renang, jilbab, mukena+sajadah (bahan parasut bisa dilipat sampai kecil banget!), buku bacaan buat di jalan, Camera+aneka chargers, kertas-kertas kerja, plus…sedikit oleh-oleh buat teman, kerabat dan contack person, sebenarnya yang terakhir ini nggak perlu lah…tapi demi menjaga hubungan relasi yang baik, kita lebih baik memberi daripada diberi. Toh beratnya kalau pergi saja, pulang nanti kan kosong, (hahaha…teori, gimana kalau pulangnya beli oleh-oleh dari sana?). Pilihanku untuk memakai ransel demi kepraktisan semata, kalau bawa trolley bag agak ribet jika kita mau lari-larian misalnya nguber pesawat, hihihihi….
Aku meminta pada Lida untuk membawa sedikit snacks/makanan ringan, mengingat harga-harga di lokasi wisata biasanya jauh lebih mahal. Lagian kalau nggak nemu warung di jalan atau di laut kan bisa ada sediaan makanan, yang harus diingat juga, di Derawan tidak ada ATM, jadi aku sudah menyiapkan semua pembayaran dalam bentuk uang cash, secukupnya sih… dari budget Rp. 2,5 juta aku siapkan Rp. 3 juta, yah siapa tahu harus kasih uang tip dan mau jajan makanan kecil. Kalau kata sobatku, dengan budget segitu tidak bisa dibilang backpackers, hihihi….itu namanya traveler, what ever they said – lah…. yang penting bisa jalan-jalan.
Sedikitcatatan, mengingat jadwal trip yang hanya 1 hari untuk mengelilingi 3 pulau sekaligus, tidak bisa berharap banyak untuk diving dan snorkeling, jika ingin melakukan kedua aktivitas water sport tersebut minimal stay 4 hari 3 malam di Derawan. Ada sedikit kekhawatiran jika cuaca buruk tiba-tiba datang, maka alamat bisa jutek seharian tidak bisa kemana-mana, aku sempat bertanya pada pak Taher bagaimana kondisi cuaca di Derawan apakah sedang musim hujan angin, jawabnya simple banget…cuaca di Derawan tidak bisa diprediksi, alamak…. Kalau sudah seperti ini, satu kata yang harus dilakukan….berdo’alah pada Tuhanmu, semoga diberi rizki udara yang cerah agar travelingmu bisa berjalan sukses, hehehe…
vSetelah semua confirm petualangan di Derawan dimulai…..dibaca yuuuk….
Hari Pertama, Banjarmasin-Balikpapan-Berau
Penerbangan Banjarmasin – Balikpapan pukul 14 wita, aku harus transit selama 3,5 jam di Balikpapan, penerbangan ke Berau baru boarding pada pukul 18.45 Wita, seharusnya aku bisa keliling kota Balikpapan, tapi karena sendiri dan baru pertama kali pula, aku tidak mau ambil resiko ketinggalan pesawat kalau harus keluar bandara, jadi aku habiskan waktu menunggu di bandara sambil baca buku dan membalas pesan2 via bbm. Lida sudah tiba di Berau jam 14 siang, dia naik pesawat pagi langsung Jakarta - Balikpapan – Berau,maunya sih berbarengan berangkatnya tapi karena aku ada keperluan yang berbeda, jadilah kami beda jalur saat berangkat ke Berau.
Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.30 malam, saat pesawat Sriwijaya Air mendarat dengan mulus walau landasan pacu agak pendek, bandara Kalimarau (Tanjung Redeb, Berau) terlihat sepi walau bangunannya tampak megah, koq gelap ya..? rupanya itu bandara yang baru dibangun, sedang bandara yang lama jauh lebih kecil, kami diangkut dengan satu bus menuju bandara lama. Aku langsung keluar bandara, menanti mobil jemputan, yang kutunggu akhirnya tiba juga, lumayan deh nunggunya, Lida tidak ikut menjemput, hanya pak supir dari perusahaan tambang yang diminta tolong pak Gatot (temannya Lida) untuk menjemputku. Aku ajak ngobrol pak supir, bertanya asalnya dari mana, asli Berau kata dia, tapi parahnya dia tidak tahu Derawan itu seperti apa?! hahaha....duuuh nelongso amat, orang Berau tapi belum pernah pergi ke Derawan.
Tanjung Redeb adalah kota kecil, untuk mencari losmen yang kami sewa tidak lah susah, setelah ketemu losmennya, pak supir langsung kembali ke base camp nya. Letak penginapan kecil yang dipilih oleh Lida tepat berada didepan sungai Segah yang membelah kota Tanjung Redeb. Sungai Segah termasuk sungai yang sangat lebar, terlihat kapal-kapal pengangkut batu bara berlabuh ditengah-tengah sungai yang tenang itu. Di Berau banyak terdapat tambang batubara, jika kita lihat dari udara (aku mengintip dari jendela pesawat saat mau landing) tampak area penambangan batubara terhampar luas. Hasil tambang inilah yang menjadi devisa utama Kabupaten Berau, selain itu pemasukan dari bisnis pariwisata di Berau khususnya Kecamatan kepulauan Derawan, menjadi salah satu andalan Kabupaten Berau untuk dikenal secara luas baik di tingkat nasional maupun internasional. Ingat Indonesia bukan hanya Bali tapi ada juga Derawan di Kalimantan Timur.
Losmen yang tidak ada namanya ini cukup murah sewanya Rp. 88.000,-/malam. Sederhana kondisinya, ada 2 dipan, kipas angin dan kamar mandi didalam, air pam nya agak keruh, mau bagus ada tuh Hotel Bumi Segah, tapi semalam tarifnya paling murah Rp. 450.000,-/mlm. Setelah beberes sebentar, aku mau sholat, karena kamar losmen agak kecil, Lida usul sholat di masjid yang ada disamping losmen. Pergi lah kami ke masjid itu, eh taunya itu masjid di kunci, so aku sholat di pelatarannya saja, masjid ini bangunannya gede lho, bahkan dilengkapi fasilitas mobil jenazah, sumbangan dari perusahaan tambang batubara yang ada di Berau.
Lepas sholat, kami memutuskan mau cari makan malam, berjalan menyusuri jalan di kota kecil ini seperti melontarkan aku ke kota kelahiranku Palembang di tahun 70-an. Rumah-rumah kayu yang sederhana, tapi walau rumahnya biasa-biasa saja, mereka punya mobil-mobil yang bagus punya, sepertinya tidak melihat mobil-mobil jelek di kota ini, bahkan motor-motornya saja bagus. Effek devisa tambang memang cukup signifikan buat masyarakat kota kecil ini, banyak perantau dari pulau Jawa yang memilih mengadu nasib di kota ini (aku satu pesawat dengan rombongan pekerja tambang, para lelaki yang usianya masih cukup muda antara 18-25 tahun). Ibu pemilik warung nasi yang kami datangi malam itu, asalnya dari Surabaya, kami membeli mie rebus dan mie goreng buat makan malam sama teh manis anget plus sebungkus kerupuk, kami harus bayar Rp. 35.000,- , hmm… lumayan mahal ya, jadi inget aku pernah sarapan pagi di Tegal, nasi ayam plus kopi susu buat ber 3 orang, hanya Rp. 27.000,- . Tapi aku harus maklum, ini kan IBT (Indonesia Bagian Tengah) dimana kebanyakan bahan makanan harus didatangkan dari P.Jawa, tentu ada biaya transportasi kan... Setelah makan malam sederhana itu, kami pulang kembali ke Losmen, malam itu udara cerah, sayang banget kalau harus melewatkan malam tanpa menikmati bintang dan rembulan di tepian sungai Segah, bawaannya koq mendadak mellow… sambil mendengar lagu-lagu “Kahitna” lewat my playlist. Udara malam cepat membuat mataku ngantuk, kami berdua kembali ke losmen, sambil menghidupkan alarm di HP ku, biar tidak telat bangun karena besok setelah sholat subuh harus ke Tanjung Batu, untuk memulai petualangan mengelilingi Derawan yang Indah. Sebelumnya aku sudah menelpon pak Totok untuk memastikan dia sudah siap menjemput kami pukul 5 pagi.
Hari Kedua, Tanjung Redeb-Tanjung Batu-Derawan
Tepat pukul 5 pagi, pak Totok menelponku, dia sudah berada dekat losmen kami, alhamdulillah.. pak Totok orangnya baik dan suka bicara, usianya sekitar 35tahun aslinya orang Tanjung Batu, profesinya sebelum jadi sopir travel adalah nelayan. Perjalanan Tanjung Redeb - Tanjung Batu ditempuh 2,5 jam perjalanan terasa singkat, walau pemandangan yang kami temui sepanjang jalan terasa agak membosankan, hanya hamparan hutan dan bukit, kondisi jalan yang lumayan mulus walau ada beberapa bagian jalan yang berlobang dan masih dalam taraf perbaikan. Armada mobil-mobil pekerja tambang sudah hilir mudik sejak pagi hari. Kami sempat mengabadikan satu lokasi pertambangan batubara yang sempat kami lewati.
Kata pak Totok, kondisi keamanan di Berau sangat kondusif, tingkat kriminalitas sangat rendah, karena masyarakat tidak kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Kalau mau jalan malam pun nggak apa-apa, awalnya aku mau milih menginap di Tanjung Batu, tapi berhubung dapat info perjalanan ke Tanjung Batu tidak aman kalau malam, membuat aku mengurungkan niat bermalam di Tanjung Batu, akhirnya bermalam di Tanjung Redeb. Di Berau, yang sulit itu justru pasokan bahan bakar kendaraan. 3 tahun terakhir ini para awak angkutan umum harus banyak bersabar dengan kondisi yang serba tidak pasti ini. Di luar SPBU bahan bakar bensin bisa Rp. 8.000,-/ liter. Miris ya..kalau mendengar bahwa Berau sangat dekat dengan Balikpapan yang banyak tambang minyak mentahnya. Pak Totok sempat curhat, kalau mau menaikkan ongkos kendaraan resikonya dijauhin penumpang, akhirnya tetap bertahan dengan harga lama, walau hanya dapat untung sedikit. Cuaca pagi itu agak mendung, semakin mendekati Tanjung Batu, langit terlihat gelap, bakal hujan besar pikirku dalam hati. Sampai juga kami di Tanjung Batu, Pelabuhan/Dermaganya cukup besar, ada kantor perwakilan olahraga berlayar disana. Dulu saat Kaltim menjadi Tuan Rumah PON, 2 tahun yang lalu, Berau sebagai daerah untuk pertandingan olahraga berlayar. Kami tidak bisa langsung menyebrang ke Derawan, karena hujan deras. Huhuhu...alamat kesiangan dan waktu buat explore ke 3 pulau otomatis berkurang. Tapi aku tetap selalu berpikir dan berprasangka positif, bahwa Allah akan selalu memberi waktu yang terbaik buat kami agar selamat dalam perjalanan menikmati alam ciptaan-NYA. Pak Totok yang mantan nelayan, menenangkan kami, dia bilang biasanya selepas hujan lebat, laut akan teduh/tenang, tidak berombak, jadi cuacanya sangat bersahabat buat berlayar, aamiin…. Segala sesuatu indah pada waktunya.
[caption id="attachment_238937" align="aligncenter" width="300" caption="Pelabuhan Tanjung Batu, Berau."][/caption] Pak Totok, menawarkan kami untuk makan pagi di warung yang ada dekat dermaga (lupa catat nama warungnya), kata beliau warung ini paling enak dan bersih kondisinya, kami ikut saja apa saran dari local people. Aku pesan nasi goreng, cumi goreng dan kopi susu, Lida dan pak Totok pesan nasi putih biasa. Makan pagi kali ini rasanya nikmat banget, nasi goreng pake sosis, trus cumi gorengnya enak banget. Semua makan yang kubayar Rp. 45.000,-buat ber-3, lumayan tidak mahal menurutku apalagi rasanya juga enak. [caption id="attachment_238985" align="aligncenter" width="300" caption="Menu sarapan pagi di Tanjung Batu, sederhana tapi yummie."]

Pak Totok sempat berkisah tentang asal usul nama-nama pulau yang akan kami kunjungi itu, Pulau Derawan (Perawannya), P. Sangalaki (Lelakinya), P. Kakaban (Kakaknya) dan P. Samama (Emaknya) hehehe…lucu juga ya. Orang-orang di Pulau Derawan lumayan relijius, sebagian besar muslim, mereka sangat senang sekali kalau ada Ustad atau Ustazah kondang dari Jakarta yang mau bertandang ke Derawan, daripada undang artis mending undang Da’i atau Kyai…(ini kata beberapa supir yang aku ajak ngobrol di dermaga Tanjung Batu, menanggapi hiburan artis-artis yang akan datang ke Derawan dalam acara Indonesian Fire and Rescue Challenge tsb) hmm…pak Ustad Uje dan mamah Dede, main ke Derawan dong. Sebelum naik boataku janjian sama pak Totok untuk menjemput kami lagi esok harinya saat pulang.
[caption id="attachment_238944" align="aligncenter" width="300" caption="Dengan boat yang kecil ini kami mengelilingi kep. Derawan."]

Jam 10.30 boat nya datang, aku sempat kaget sama boatnya yang jauh lebih kecil dari bayanganku, Hiiiiiii...koq berasa seram ya, sampai lupa mau pakai safety jacket. Untung belum jauh ketengah laut, aku cepat-cepat pakai jacket pelampung biar tidak scary aja. Speed boat yang kami tumpangi ukurannya kecil, kalau kata supirnya (Iskandar, namanya) boat ini bisa membawa 5 penumpang plus 1 supir. Hmmm....keknya overload deh kalo bawa 5 orang, lha aku pikir maksimal 3 penumpang cukup, aku dan Lida duduk dibelakang, supirnya didepan sendirian.
Mulailah perjalanan 30 menit menyebrangi lautan menuju kepulau Derawan. Cuaca yg masih agak mendung serta agak berangin, membuat laju speed boat kami melompat-lompat bak roller coaster diatas gelombang ombak, hihihi....asli menimbulkan sensasi adrenalin yang memuncak dan hanya bisa diatasi dengan berteriak-teriak buat mengatasi rasa takut itu. Salut sama Lida yang duduk dengan kalem dan tenang, padahal katanya dia tidak bisa berenang, tapi punya nyali naik boat di lautan lepas, hebaaat…deh temanku yang satu ini, jujur saja selama naik boat aku selalu memegang tangan Lida, hihihi….alasannya satu biar badanku yang kurus ini tidak mental jika boat harus terlompat melawan ombak lautan. Aku tidak minum antimo ataupun jamu tolak angin, sebenarnya tidak beli dan tidak perlu minum juga, tubuhku cukup kooperatif dengan kondisi cuaca di lautan, justru yang harus kuatasi itu perasaan takut dengan ombak laut. Saat kami berada ditengah laut tiba-tiba muncul ribuan ikan-ikan kecil yang berlompatan disisi boat kami, waah kereeen banget! Dari buku dan tulisan yang sempat aku baca, di perairan kepulauan derawan banyak dihuni beragam jenis ikan bahkan katanya ribuan jenis, ada ikan Barakuda dan ada satu jenis ikan pari raksasa yang banyak dicari para divers yaitu “Manta Ray”, ikan ini suka seliweran diperairan Derawan, khususnya di Pulau Sangalaki. Ada juga ikan hiu (shark) hiii…sereem amat ya kalau ketemu mereka, kita juga bisa menemui ikan lumba-lumba yang sering muncul diperairan antara pulau Kakaban dan pulau Maratua.
Boat kami tiba di Derawan pukul 11 siang, deretan cottages tepi pantai yang cozy terlihat manis dari atas boat yang kami tumpangi, hiiikkkss sayang banget aku belum bisa nginep disana. Kami bertemu pak Taher yang sudah menanti diatas perahu nelayannya, usianya sekitar 45 tahun, wajahnya typical orang bugis walau dia mengaku asli Bajau, sebenarnya di Pulau Derawan sebagian besar penduduknya keturunan suku Bajau, yang memang dikenal sebagai suku Pelaut. Aku dan Lida tidak sabar langsung foto-foto, hehehe…ampuun bawaan narsis susah banget hilangnya.
Setelah mengabadikan beberapa pose, kami diantar Iskandar menuju ke Homestay yang letaknya hanya 100 meter dari tepi pantai. Rumah permanen dua lantai ini ada warung kelontongan didepannya, aku intip warungnya ada freezer minuman dingin, asyik ada Teh Kotak minuman faveku. Kami berkenalan dulu dengan ibunya pak Taher (maaflupa nanya nama, kami taunya itu ibunda pak Taher), aku menyerahkan sedikit oleh-oleh kepada beliau yang diterima dengan senang hati, kami dipersilahkan masuk dan melihat kamar kami, lumayan lah ada AC dan Springbed ukuran king size serta lemari pakaian yang berkaca, maunya sih jendela kamarnya bisa memandang laut, tapi ini yang terlihat hanya rumah penduduk setempat. Tetap bersyukur masih dapat penginapan, kami meletakkan ransel dulu di kamar, dan membawa sedikit barang dan camera buat melintas pulau-pulau. Makan siang berupa nasi kotak sudah disiapkan oleh pak Taher, pokoke kami tinggal makan. Mana mungkin mau nemu warung nasi di pulau terpencil itu, tujuan kami adalah 3 pulau, Sangalaki, Kakaban dan Maratua.
Pulau Sangalaki
Pukul 11.30 kami mulai mengarungi lautan kembali, Derawan - Sangalaki ditempuh selama 45 menit. Aku sempat memperhatikan Iskandar mengemudikan speed boat dengan cekatan, kalau di darat bisa diandaikan dia supir angkot yang lincah tahu cara menghindari jalan yang berlubang, di laut dia tahu cara melalui ombak dan mengendalikan laju speed boat tetap seimbang, aku cukup tenang dengan caranya membawa speed boat. Pukul 12.15 kami tiba di Sangalaki, berhubung aku mau sholat maka Iskandar menyarankan aku untuk mengambil wudhu di rumah Jagawana (Posko Pemantau Lingkungan milik Dinas Kehutanan) yang ada di Pulau Sangalaki, ada persediaan air tawar disini, fasilitas posko ini cukup lengkap ada genset buat mengalirkan listrik, ada parabola mini keluaran Telkom, bahkan ada sinyal handphone, jejakmu tetap terpantau walau ngumpet di Sangalaki hihi.. , kabarnya beragam fasilitas disini sebagian bantuan dari negara Jerman, yang sangat mendukung konservasi Penyu Hijau.
[caption id="attachment_238947" align="aligncenter" width="300" caption="Pantai Pulau Sangalaki yang berpasir putih bersih."]


Pantai di pulau Sangalaki benar-benar indah, pasirnya putih bersih, kami foto-foto dulu sambil menikmati keindahan alam yang sulit aku ungkapkan biarlah lewat foto-foto yang sempat aku abadikan bisa menjadi tanda kebesaran Tuhan memberi alam Indonesia yang super duper indah!!! Karena jadwal kami terpenggal cuaca hujan, tentu tidak bisa berlama-lama di pulau Sangalaki masih ada 2 pulau yang harus didatangi, makanya aku segera sholat jama' qoshor dzuhur – ashar, para jagawana disana baik-baik semua, aku dikasih ijin sholat di kamar mereka. Selepas sholat, aku sempat motretrumah Jagawana yang ada foto-foto penyu hijau, karena posko jagawana ini khusus untuk menjaga habitat penyu hijau yang banyak bertelur di Pulau Sangalaki. Pulau ini merupakan kawasan alami konservasi penyu. Setiap malamnya hampir 50 ekor penyu menuju pantai untuk bertelur, Pulau Sangalaki merupakan habitat terbesar penyu hijau di Asia Tenggara, juga termasuk pusat habitat Pari Manta di dunia (dikutip dari Brosur dinas Pariwisata Kabupaten Berau).
Berhubung kami datang pas siang hari jadi gak ketemu penyu kata mereka kalau mau ketemu penyu nanti malam, duuh mana mungkin mau malam-malam gentayangan ke Sangalaki hehe... kami tidak sempat snorkeling di Sangalaki walau menurut info yang aku dapat perairan di Pulau Sangalaki banyak terdapat terumbu karang dan beragam jenis ikan-ikan yang cantik termasuk si Manta Ray yang fenomenal itu.Kunjungan kami ini sebatas melihat keindahan alam yang ada diatas permukaan laut saja, sedang underwaterpanorama belum sempat di explore, sayang juga sih…tapi mau gimana lagi, pilihan waktu yang sempit plus mepet, bisa menjelajah ke tiga pulau utama saja sudah puas.
Sudah kubilang sejak awal, ini baru kunjungan penjajakan, besok hari aku akan bawa rombongan bodrek kesini, baru deh siap-siap buat snorkeling, tapi kalau bakal ketemu ikan hiu, mending nggak usah deh! Sebelum melanjutkan ke Kakaban, kami muter-muter sebentar di Pulau Sangalaki yang sepi dan berpasir putih bersih, buat motret dan menyari jejak penyu diantara pasir pantai yang lembut, kami menemukan lubang-lubang tempat penyu bertelur dan jejak penyu dewasa yang membekas di pasir pantai. Puas muter di Sangalaki, jam sudah menunjukkan pukul 13.45 siang, yaaa harus segera ke perahu, Kakaban sudah menanti.
Pulau Kakaban
Perjalanan ke Kakaban sekitar 30 menit. Pukul 14.15 kami tiba, di Kakaban. Walah...kami melihat ada satu kapal pesiar yang membuang sauh agak ketengah laut karena tidak mungkin mendekati pulau yang berperairan dangkal. Oya selama di lautan kami sempat ketemu sama turis manca negara yang lagi asyik diving, mereka pakai kapal-kapal besar yang bagus, kebayang aku sama Lida, naik speed boat kecil cuma ber 2 pula. Mereka, para turis itu melambaikan tangannya pada kami, ya kami balas sambil melambaikan tangan juga.
Pulau Kakaban sudah terlihat, perairannya bening sekali tampak jelas karang-karang indah yang ada didalam laut. Pulau Kakaban telah ditetapkan sebagai Kawasan Warisan Dunia (World Natural Heritage Area) pada tahun 2004 oleh Unesco. Aku dan Lida turun ke pulau Kakaban, waaah berharap menemui ketenangan disini, yang ada justru keramaian yang kami temui, banyak turis asing yang asyik snorkeling disana. Aku sempat menyapa salah seorang turis, seorang ibu paruh baya asal Florida, US. Dia bersama rombongannya melakukan perjalanan yang lama, eh madame apa bedanya sama kami yang berada di Indonesia. Tuh…kebayang deh orang-orang asing pada semangat ke Derawan, jauh-jauh dibelain.
[caption id="attachment_238949" align="aligncenter" width="300" caption="Jeramba kayu menuju danau Kakaban, Pulau Kakaban, Derawan."]


Kami melalui jalan yang terbuat dari kayu (jerambah) dengan kondisi naik turun karena karang yang berkontur harap hati-hati ada tangga kayu yang cukup curam sebagian malah letaknya renggang, lumayan deh buat olahraga, saat melintas jeramba kayu itu aku ketemu sama seorang aki-aki bule yang sudah gemetaran jalan sendiri, duuh jangan sampe deh aku yang jauh lebih muda kalah sama tuh aki-aki hihi... Pulau Kakaban ini merupakan pulau karang (atol) yang berada ditengah lautan, bentuknya mirip angka 9 jika kita intip via Google Map (kata Ndah), ada banyak hewan melata disini, seperti ular, kadal, biawak dan aneka serangga lainnya, termasuk semut rang-rang, aku tidak terpikir kuatir ketemu hewan melata apapun, yang ada hanya rasa excited dan rasa penasaran untuk melihat danau Kakaban yang indah itu. Setelah melintas jalan dan tangga kayu selama 5 menit…diantara rerimbunan pohon yang bewarna hijau, terlihat danau yang tersembunyi didalamnya, Subhanallah….indaah banget, sumpah….aku benar-benar bersyukur diberi-NYA kesempatan untuk menikmati keindahan ini secara langsung. Lalu aku segera menuju tepi danau untuk melihat ribuan ubur-ubur air tawar yang jinak, berenang dipermukaan danau. Memotret dan memperhatikannya, gak tahan juga aku langsung ingin nyebur ke dalamnya. Sstt...nunggu agak sepi dulu, abis banyak bule dan ketemu lagi sama turis lokal yang jumpa di warung makan Tanjung Batu tadi pagi, hehehe….pizz deh! Sore itu danau Kakaban sedang full house ceritanya. Aku nyebur dengan peralatan snorkeling meraih ubur-ubur dengan tanganku, Lida sibuk jeprat jepret motretin aku hihi.... Saat aku naik, gantian Lida yang nyebur aku yang motretin, sayang sekali kami tidak bawa camera underwater, tapi sekali lagi kami sudah bersyukur kesampaian megang ubur-ubur jinak yang tidak beracun ini. Air danau agak berasa asin…maklumlah walau dibilang ini danau air tawar tapi resapan air laut tetap berpengaruh, untuk diketahui letak permukaan danau ini kabarnya lebih tinggi dari permukaan laut. Ada 4 jenis ubur-ubur didalam danau ini, seperti yang kukutip dari inflight magazine Batavia Air,ada empat species ubur-ubur di danau Kakaban, yang pertama berwarna kecoklatan – merah muda (martigias papua), kedua coklat tua berbentuk jamur (Cassiopeia Ornata) mengambang diatas karena butuh sinar matahari. Sementara lainnya berbentuk payung transparan raksasa (Aurelia Aurita) dan terakhir sekecil ibu jari (Tripedalia Crystophora), kedua ubur-ubur yang disebut terakhir ini adalah species langka dan dilaporkan sulit dilacak. Duh nama latin ubur-ubur itu cantik-cantik ya…Aurelia (inget nama anaknya Anang dan KD, hihihi), aku Cuma bertemu dengan 1 species tepatnya yang jenis kedua, karena hobby nya mengambang di permukaan air danau, bagi yang berani nyoba nyebur ketengah danau dan menyelam sampai kedasar danau bisa jadi ketemu dengan semua jenis species yang sudah aku sebutkan diatas.
Pulau Kakaban merupakan kerajaan ubur-ubur tak menyengat. Dr. Thomas Tomascik, seorang ahli kelautan berkebangsaan Kanada mengatakan bahwa pulau Kakaban merupakan surga kekayaan biologi yang ada di Indonesia. Misteri bagaimana hewan dan tumbuhan terisolasi dalam danau. Kakaban merupakan salah satu objek yang sangat diminati oleh ilmuwan untuk diungkap karena itu laut ini memang pantas menjadi konservasi alam yang harus dilindungi dan dilestarikan (dikutip dari Brosur dinas Pariwisata Kabupaten Berau).
Kami diingatkan oleh Iskandar, nggak bisa lama-lama karena harus ke Maratua, tadi nya mau snorkeling di pantai pulau Kakaban, tapi gak jadi mengingat waktu sudah pukul 15.30 wib. Oya..aku tadinya mau makan siang di Kakaban, tapi koq gak ketelan ya abis excited banget berasa kenyang duluan. Kami bergegas ke boat, Lida sepertinya agak kecewa gak bisa berenang di pantai, tapi Iskandar bilang nanti snorkelingnya di Derawan saja. Dari pulau Kakaban, rencanaku langsung ke Maratua, mau lihat Paradise Dive Resort yang bagus kata orang. Sempat Iskandar berujar bahwa udara sepertinya bakal ada badai sore nanti, dia tidak yakin apa bisa ke Maratua, saat mendengar dia bicara seperti itu, aku agak kecewa, lha aku kan sewa boat untuk perjalanan ke 3 pulau, masa' harus dikurangi jatah perjalanannya, hmmm….. gak mau rugi aku. Akhirnya aku bujuk secara persuasif, udah nanti aku kasih tip tambahan deh. Bawa boat nya jangan kenceng-kenceng kalo ada angin kebayang kan harus melawan ombak, kata Iskandar "jika bawa speedboat nya pelan-pelan rugi di bensin, karena akan makan banyak bahan bakar, kalau ngebut kan cukup main gas tidak mengurangi bensin, cepat sampai pula.” Syukurlah Iskandar bersedia membawa kami ke Maratua, sambil berpesan agar kami siap jika ketemu ombak besar. Aku senyam senyum....tenang kalau ketemu ombak laju kapal dipelankan. Jika bensin nya berkurang ya beli lagi! Hehehe... Gampang banget ya aku ngomong. Padahal di pulau-pulau terpencil itu mana ada SPBU.
Pulau Maratua
Perjalanan ke Maratua sangat menyenangkan dugaan bakal ada badai tidak terbukti. Kami sempat bertemu lagi dengan ribuan ikan kecil-kecil yang berlompatan disisi speed boat kami, lalu ada sekelompok camar laut yang terbang bergerombol diatas laut, ternyata....dibawahnya ada sekelompok ikan lumba-lumba yang berlompatan tidak jauh dari speed boat kami, Subhanallah... "Lumba...lumba...", teriakku dan Lida berbarengan, so amazing! aku tidak sempat memotretnya, karena lumba-lumba begitu cepat menyelam kembali kelautan. Setelah puas melihat atraksi lumba-lumba langsung di habitat aslinya kami meneruskan kembali perjalanan ke Maratua Island. Sayang kami tidak menemukan si Manta Ray, kata Iskandar dia tidak mau memunculkan diri karena ada kapal besar yang masuk di Kepulauan Derawan, halah jadi ingat kapal pesiar asing yang masuk ke pulau Kakaban. [caption id="attachment_238955" align="aligncenter" width="300" caption="Maratua Dive Resort."]



Aku menikmati langit sore yang cerah dan awan yang indaah banget, rasanya naik boat sore itu bikin aku nyaman banget. Sempat boat kami berhenti ditengah jalan menghampiri satu kapal nelayan yang ukurannya jauh lebih besar dari boat kami, rupanya Iskandar mengambil satu bungkusan dari kapal itu. Kami tanya, itu bungkusan apa, Iskandar menjawab, "Sosis" ya ampun transaksi sosis di tengah laut, aku tanya sosis itu darimana? kata iskandar, dari Malaysia, kiriman keluarga bapaknya. Memang posisi Kep Derawan, tidaklah jauh dari perairan yang berbatasan dengan Malaysia. Aku tanya lagi "enak mana, sosis dari Indonesia atau dari Malaysia ?" jawabnya "enak dari Malaysia" kata Iskandar. hmmmmm..... mungkin dia belum tahu ada sosis enak buatan Indonesia yang iklannya suka muncul di TV hehe… Pukul 16.30 sore, kami tiba di Derawan, kami menyempatkan diri berenang dahulu sebelum pulang ke penginapan. Kami berkenalan dengan anak-anak Derawan yang lucu-lucu. Ada seorang anak laki-laki umur 3 tahun bernama Uman (Lukman) yang pandai berenang, aku amati dengan geli...ini anak hebat banget berenangnya aku saja kalah gesit renangnya, aku tanya sama kakaknya, Sari (umur 6 tahun jago renang juga), "Uman belajar renang sama siapa?" "Belajar sendiri, langsung nyebur ke laut !" jawab Sari sambil tertawa, hahahaha....hebat anak-anak suku Bajau ini, mereka adalah suku pelaut yang tangguh.
[caption id="attachment_238977" align="aligncenter" width="300" caption="Tawa ceria anak-anak nelayan di Derawan."]

Anak-anak Bajau ini semuanya periang dan suka tertawa, kami sempat melihat seorang bapak memanggil anaknya, kami bilang ke mereka "Hei...itu bapakmu manggil nyuruh kamu pulang!" disahutin oleh anak-anak itu "Itu bukan bapak kami!" hihi…jadi kalau bukan bapaknya mereka sah-sah saja terus berenang sampai malam menjelang. Lantas ada seorang ibu memanggil anaknya, kami kembali bilang "Hei itu ibumu yang memanggil, hayo cepat pulang!", mereka jawab "Itu bukan emak kami!" hahaha.....jadi kalau bukan emaknya anak-anak itu tetap terus bermain air. Akhirnya kami yang meminta anak-anak itu segera pulang kerumah mereka dengan alasan besok mereka harus sekolah. Anak-anak itu semangat ingin mengajak kami melihat penyu bertelur di malam hari, kami menyambutnya dengan senang hati ajakan mereka. Sebelum berpisah, aku sempat meminta Lida memberikan permen Yuppie yang dia bawa buat anak-anak manis itu, Lida berpesan jangan saling rebutan, aduuh anak-anak ini rupanya hobby di foto juga ya, mereka bersemangat sekali saat aku dan Lida bergantian membidik mereka dari camera kami masing-masing.