Mohon tunggu...
Des Semar
Des Semar Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kapitalis yang Berdosa

22 Februari 2019   02:40 Diperbarui: 22 Februari 2019   02:45 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam sebagian harta kita ada hak orang lain di dalamnya. hal ini mengartikan apa yang kita miliki dalam akumulasi material tidak bersifat kepemilikan secara total melainkan kepemilikan pribadi sebagian saja dan sebagiannya milik orang lain.

Padahal hasil itu ialah jerih paya kita namun anehnya dalam bahasa agama hal itu bukan dalil untuk kita miliki sepenuhnya. ada hak orang miskin disitu, ada hak kaum janda dan hak kaum anak yatim disitu. Wajarlah kamu marxis marah jika ada akumulasi kapital yang dijadikan kepemilikan pribadi.

Ala kuli hal, bahwa apapun yang kita miliki secara kerja keras terdapat nalar kemanusiaan/ tanggung jawab. 

Cara bertanggung jawab terhadap harta benda kita dengan cara mengeluarkan hak barang itu. artinya setiap barang punya hak tersendiri, selain kita punya hak terhadap barang tersebut. apa haknya? hak barang ialah untuk kaum papa, janda dan anak yatim.

Dengan begitu kita mendapatkan nalar ontologis didalam setiap yang kita miliki. indikasinya yang kita berikan kepada orang lain ialah terkait dengan hak Tuhan pada barang tersebut. sehingga hak tuhan itu saya, anda berikan kepada mereka yang membutuhkan jika tidak maka anda mengambil hak tuhan sebagai hak anda secara individu.

Jadi kepemilikan pribadi bukan sekedar barang akumulasi yang kita kumpulkan melainkan lebih dari itu yakni kita jadikan hak tuhan menjadi kepemilikan pribadi. Dengan begitu mengambil hak tuhan sama dengan menafikan adanya keesaan ilahi, pada saat bersama'an kemanusiaan, kaum papa terus tercipta sebagai konsekuensi logis.

Mungkin awal kerusakan sosial dan tumbuh suburnya kaum miskin karena kita sudah terlalu mengambil hak tuhan seakan engkau yang menjadi tuhannya.

Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun