Mohon tunggu...
Ade Suerani
Ade Suerani Mohon Tunggu... -

Orang Muna, tinggal di Kendari Sultra.\r\nklik juga :\r\nadetentangotda.wordpress.com\r\nadesuerani.wordpress.com\r\nadekendari.blogdetik.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Homoseksual Bukan Bawaan Lahir

6 Agustus 2010   02:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:16 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya mencoba search di kompasiana, rekan-rekan yang menuliskan tentang homoseksual rupanya sudah banyak. Saya tertarik dengan tulisan Sdr Abutholib, namun saya akan mencoba menindaklanjuti dari perspektif agama sebatas pemahaman dan pencarian literatur.

Kisah kaum Nabi Luth adalah asal muasal adanya homoseksual dituliskan. Sebagaimana disinggung dalam wahyu (QS 7:80),  bahwa perbuatan fahisyah (baca : homoseksual), sebelumnya tak ada satupun makhluk yang melakukannya di alam raya ini. (Quraish Shihab - tafsir Al Mishbah).

Kamus wikipedia juga bercerita, Luth yang semula tinggal bersama dengan Ibrahim di Mesir memilih memisahkan diri bersama kaummnya. Ia dan rombongannya beranjak menuju Yordania tepatnya suatu tempat yang bernama Sodom. Berbaur dengan masyarakat Sodom, kaum Luth akhirnya terjangkit "virus" homoseksual sebagaimana perilaku masyarakat Sodom.

Dari ayat dan kisah ini, saya menarik kesimpulan bahwa nenek moyang atau makhluk hidup zaman dulu di alam raya ini, tak ada yang homo kecuali masyarakat Sodom itu sendiri. Ditempat asalnya, rombongan Luth tidaklah homo, nanti setelah bermukim di Sodom, barulah mereka terpengaruh dalam aktviitas homo masyarakat Sodom.

Kesimpulan saya ini sekaligus membantah statemen SMM, bahwa homoseksual adalah kelaziman dan dibuat oleh Tuhan, bahwa Homoseksual adalah alami, dstnya...

Dari pandangan medis, saya juga tidak menemukan pendapat dokter atau hasil riset medis bahwa homoseksual adalah bawaan lahir (CMIIW), kecual ketidakseimbangan hormon. Seperti diketahui, biasa kalau konsultasi penyakit perempuan di dokter kandungan, tidak seimbangnya hormon seksual seseorang karena makanan, udara, juga psikologi. Yang terakhir ini menurutku paling berpengaruh terbentuknya kecenderungan homoseksualitas seseorang. Psikologi atau kondisi jiwa seseorang fluktuatif, tergantung kondisi lingkungan sosialnya. Khusus homoseksual, sangat tergantung dengan siapa dia berteman, berbicara, bercurhat, apa yang dilihat dlsbnya....


Menurut Sandor Rado (Fact about Sexuality and Mental Healt: 2007) berpendapat bahwa homoseksual diakibatkan hanya oleh pengalaman individu bersama kedua orangtuanya, yang dimulai sejak masa oedipal period (sejak umur 4-5 tahun). Sedangkan Charles Socarides: 1968 (Fact about Sexuality and Mental Healt: 2007), mengungkapkan bahwa perkembangan homoseksual individu dimulai sejak masa pre-oedipal dan sesuadahnya. Seorang laki-laki dapat menjadi seorang gay bila memiliki hubungan yang terlalu erat dengan ibunya atau karena kurang dan  hilangnya figur kebapakan dalam keluarga, sehingga bapak yang terlalu disiplin yang pada perkembangan selanjutnya memunculkan kebencian pada laki-laki secara umum. Hal ini berlaku terbalik pada kasus perempuan lesbian dimana posisi ibu hilang atau terlalu disiplin dan ayah yang terlalu dekat dengan anak perempuannya. Sebagian besar psikolog dan psikiatri percaya bahwa hal ini adalah “penyebab” utama homoseksualitas yang baru kemudian mengubah proses biologis dalam tubuh (Hosea Handoyo: 2007).

Untuk itulah saya berpendapat, homoseksualitas sebenarnya penyakit sosial, bukan bawaan alami, sehingga bisa disembuhkan. Kepada kelompok HAM dan JIL, jika anda mendukung hak hidup seseorang, mari kita berjuang sama-sama agar mereka bisa disembuhkan. Pusat-pusat rehabilitasi layaknya pecandu narkoba semestinya yang diperjuangkan untuk didirikan. Ndak usah minta revisi UU Perkawinan agar mereka dilegalkan. Ndak usah utak atik ayat untuk mencari pembenaran.Wallahu’Alam (***)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun