Pembangunan di era modern tidak lagi hanya dinilai dari segi keuntungan finansial, melainkan juga dari dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat. Hal ini menjadikan ekonomi lingkungan sebagai fondasi penting dalam perencanaan dan pengambilan keputusan proyek. Ekonomi lingkungan mengajarkan bahwa aktivitas ekonomi, baik produksi, konsumsi, maupun distribusi, tidak bisa dipisahkan dari lingkungan alam yang menyokongnya. Sumber daya alam yang digunakan untuk produksi bukanlah barang bebas, tetapi memiliki nilai yang harus diukur dan dikelola dengan bijak. Di sisi lain, aktivitas ekonomi sering menimbulkan dampak eksternalitas, seperti pencemaran udara, kerusakan lahan, dan penurunan kualitas ekosistem, yang apabila diabaikan dapat menimbulkan biaya sosial jauh lebih besar di masa depan. Oleh sebab itu, konsep ekonomi lingkungan menjadi dasar integrasi dalam studi kelayakan agar keputusan investasi dan pembangunan selaras dengan prinsip keberlanjutan.
Dari perspektif perencanaan, studi kelayakan adalah instrumen utama yang membantu penentu kebijakan maupun investor untuk mengetahui apakah sebuah proyek dapat dijalankan dengan layak. Studi kelayakan berfungsi menilai proyek secara menyeluruh dari berbagai aspek, termasuk pasar, teknis, manajemen, hukum, lingkungan, dan keuangan. Dengan adanya kajian ini, risiko proyek dapat diminimalkan karena keputusan "dilanjutkan atau tidak" dibuat berdasarkan analisis yang terukur, bukan asumsi semata. Misalnya, aspek pasar memastikan adanya permintaan nyata, aspek teknis menilai ketersediaan teknologi dan sarana, aspek hukum memastikan legalitas, sedangkan aspek keuangan menghitung potensi keuntungan jangka panjang. Yang tidak kalah penting adalah aspek lingkungan, di mana dampak proyek terhadap alam dan sosial masyarakat harus dihitung agar tidak terjadi kerugian yang lebih besar di masa depan.
studi kelayakan tidak cukup hanya menilai faktor internal (sarana kesehatan, pola penyakit, teknologi, SDM/ ketenagakerjaan RS, Organisasi, kinerja dan keuangan) tetapi juga harus memperhatikan aspek eksternal yang berada di luar kendali langsung proyek. Analisis eksternal ini mencakup kebijakan pembangunan, kondisi demografi, sosial-ekonomi, budaya, SDM kesehatan, derajat kesehatan, SKM kesehatan, hingga kondisi geografis wilayah. Sebagai contoh, proyek pembangunan rumah sakit atau kawasan industri harus menyesuaikan dengan rencana pembangunan daerah (RPJMD) dan peraturan tata ruang. Pertumbuhan penduduk juga menjadi indikator penting yang menentukan besar kecilnya kebutuhan fasilitas, sementara aksesibilitas wilayah serta kondisi ekonomi masyarakat turut menentukan keberhasilan jangka panjang. Dengan demikian, studi kelayakan eksternal memberikan gambaran peluang dan ancaman, sehingga proyek tidak hanya sesuai kebutuhan internal tetapi juga relevan dengan dinamika lingkungan sekitarnya.
Tahap berikutnya yang tidak kalah penting adalah uji kelayakan lahan. Bagian ini menerjemahkan hasil analisis teoritis dan makro ke dalam kondisi nyata di lapangan. Uji kelayakan lahan menilai apakah lokasi proyek memenuhi syarat legal, teknis, lingkungan, sosial, dan ekonomi. Dari sisi legal, status kepemilikan tanah dan izin tata ruang harus jelas untuk menghindari konflik hukum di masa depan. Dari sisi teknis, kondisi fisik lahan seperti topografi, drainase, dan risiko bencana harus sesuai agar biaya pembangunan tidak membengkak. Sementara itu, dari sisi lingkungan, kualitas tanah, ketersediaan air, serta potensi dampak terhadap ekosistem wajib diperiksa. Aspek sosial pun berperan, karena penerimaan masyarakat lokal akan sangat menentukan keberhasilan implementasi proyek. Analisis ini kemudian dilengkapi dengan perhitungan biaya dan manfaat menggunakan metode finansial seperti NPV dan IRR, sehingga keputusan investasi benar-benar berbasis data.
Dari seluruh tahapan tersebut, terlihat jelas bahwa ekonomi lingkungan, studi kelayakan, analisis eksternal, dan uji kelayakan lahan merupakan rangkaian yang saling melengkapi. Konsep ekonomi lingkungan memberikan pijakan normatif agar dampak eksternalitas masuk ke dalam perhitungan. Studi kelayakan menyediakan kerangka analisis komprehensif, sementara studi eksternal menempatkan proyek dalam konteks sosial ekonomi dan kebijakan yang lebih luas. Pada akhirnya, uji kelayakan lahan memastikan bahwa rancangan proyek dapat diwujudkan secara nyata di lapangan dengan mempertimbangkan kondisi fisik, legal, sosial, dan lingkungan setempat. Dengan pendekatan integratif ini, pembangunan yang dihasilkan bukan hanya layak secara finansial, tetapi juga berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat maupun lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI