Ketika pertama kali masuk kampus sebagai mahasiswa baru, satu hal yang sering muncul di kepala bukan hanya soal tugas kuliah, tapi justru pertanyaan yang jauh ke depan seperti  "Setelah wisuda nanti, saya akan jadi apa? Apa yang harus saya lakukan setelah itu?" Pertanyaan itu kadang bikin resah, apalagi kalau melihat banyak cerita tentang sulitnya mencari pekerjaan atau jalur hidup setelah lulus.
Seiring waktu, rasa bingung itu pelan-pelan diimbangi dengan pengalaman. Dari pertemuan dengan para dosen, diskusi dengan teman, sampai ikut kegiatan organisasi, saya belajar bahwa proses kuliah bukan cuma tentang nilai di KRS, tapi juga tentang mempersiapkan diri untuk masa depan. Dan dari situlah, pandangan saya soal wisuda mulai berubah.
Setiap kali melihat senior di hari wisuda, ada rasa campur aduk. Kagum karena mereka berhasil menyelesaikan perjalanan panjang, tapi juga muncul rasa cemas, "kapan giliran saya?" dan "apakah saya bisa sampai ke titik itu?" Di balik senyum dan bunga yang mereka terima, saya tahu ada banyak perjuangan yang mungkin tidak terlihat. Justru itu yang bikin momen wisuda terlihat begitu berharga.
Sejak awal saya menargetkan bisa lulus tepat waktu. Bukan hanya soal gengsi, tapi karena saya ingin memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Meski begitu, saya juga sadar kalau target itu bukan sekadar angka tahun, melainkan tentang bagaimana bisa selesai dengan bekal ilmu dan pengalaman yang cukup untuk melangkah ke tahap berikutnya.
Bagi saya, wisuda impian itu sederhana tapi penuh makna seperti mengenakan toga, berjalan di panggung dengan kepala tegak, lalu melihat kedua orang tua tersenyum bangga di bangku tamu. Tetapi hal yang paling penting adalah rasa lega dalam hati karena akhirnya perjuangan bertahun-tahun terbayarkan.
Wisuda, bagi saya, bukanlah akhir dari perjalanan. Justru itu awal dari tantangan baru di dunia nyata. Namun wisuda tetap mempunyai arti yang besar, ia adalah simbol bahwa saya berhasil melewati salah satu fase penting dalam hidup. Ia bukan sekadar ijazah, melainkan bukti bahwa rasa lelah, kebingungan, air mata, dan usaha yang tak terlihat, akhirnya berbuah manis.
Dan mungkin, nanti ketika hari itu benar-benar datang, saya akan tersenyum pada diri saya sendiri. Mengingat masa awal sebagai maba yang bingung memikirkan "setelah wisuda jadi apa," lalu menyadari bahwa perjalanan ini sudah membawa saya lebih jauh dari yang pernah saya bayangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI