Bulan Ramadhan tidak hanya menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga momen yang memperkuat tradisi kuliner, terutama berburu takjil. Takjil tradisional seperti kolak pisang dan es cendol tetap menjadi pilihan utama banyak orang, namun kini bersaing dengan takjil modern seperti dimsum dan donat. Fenomena ini memunculkan pertanyaan: apakah harga menjadi faktor utama dalam menentukan pilihan konsumen?
Fenomena Takjil di Bulan Ramadhan
Pasar takjil selama Ramadhan selalu ramai, mencerminkan tingginya permintaan masyarakat. Takjil tradisional, yang sudah lama menjadi bagian dari budaya berbuka puasa, kini harus berbagi panggung dengan takjil modern yang menawarkan inovasi rasa dan tampilan menarik. Inovasi ini sering kali didorong oleh media sosial, di mana foto dan video takjil kekinian menjadi viral dan menarik perhatian generasi muda.
Meskipun begitu, takjil tradisional tetap memiliki daya tarik tersendiri. Hidangan seperti kolak biji salak, es cincau, dan gorengan tidak hanya menawarkan rasa yang akrab di lidah masyarakat Indonesia tetapi juga harga yang lebih terjangkau dibandingkan varian modern.
Data Pendukung
- Â Takjil Tradisional: Berdasarkan pengamatan, hidangan seperti kolak pisang dan es buah masih mendominasi pasar karena harganya yang ekonomis dan mudah ditemukan di pasar tradisional. Harga rata-rata satu porsi berkisar antara Rp5.000 hingga Rp10.000.
- Â Takjil Modern: Takjil kekinian seperti donat dan dimsum dihargai lebih mahal, mulai dari Rp15.000 hingga Rp50.000 per porsi. Namun, daya tarik visual dan inovasi rasa membuatnya populer di kalangan generasi muda yang aktif di media sosial.
Teori Perilaku Konsumen
Menurut teori perilaku konsumen, keputusan pembelian dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Harga: Konsumen dengan anggaran terbatas cenderung memilih takjil tradisional karena lebih ekonomis.
2. Emosi dan Budaya: Takjil tradisional sering kali dikaitkan dengan nostalgia dan nilai budaya, sehingga tetap diminati meski ada opsi modern.
3. Tren Sosial: Generasi muda lebih terdorong untuk mencoba takjil modern karena pengaruh media sosial dan tren gaya hidup.
Kesimpulan